Kamis, 18 April 2013

KRIS WITHOUT WINGS (part 9)



        “Sehun…” Kyungsoo berteriak sambil mengejar Sehun yang hampir sampai di parkiran motor. “Kau kini membawa motor?” seru Kyungsoo heran karena ini adalah kali pertama ia melihat Sehun menuju parkiran motor. Biasanya akan ada sopir pribadi yang siap mengantar Sehun kapanpun dan kemanapun.
        “Baru hari ini.” Balas Sehun seolah menganggap itu masalah kecil yang tak harus di besar-besarkan. “Ada apa?”
        “Aku sangat ingin tau rumah barumu. Apa aku boleh ikut?”
        Sehun tampak menimbang-nimbang permintaan Kyungsoo. Bukannya tak mau Kyungsoo datang. Ia hanya tak ingin Kyungsoo bertemu dengan Kris.
        “Begini…” Sehun berusaha bersikap sebiasa mungkin sambil menyentuh pundak Kyungsoo untuk memberikannya pengertian. “Bukannya tidak mau. Tapi ku pikir nanti saja jika Minseok hyung dan Lay hyung sudah mulai masuk kuliah. Kita akan bisa bermain dengan tenang tanpa gangguan dari mereka.”
        Kyungsoo tampak kecewa dengan keputusan Sehun. “Kalo begitu jangan katakan pada mereka kalau aku main ke rumahmu.” Kyungsoo masih berusaha keras membujuk Sehun.
        Sehun juga dua kali lipat lebih berusaha untuk memberi pengertian pada Kyungsoo. “Kalau kau tidak ada di rumah, Minseok hyung pasti akan mencari.”
        “Kita bisa bilang ada kegiatan di sekolah.”
        “Aku tidak mengijinkanmu berbohong.” Ketus Sehun membuat Kyungsoo bungkam. Dulu ia pernah melakukan sedikit kebohongan pada Kris, dan hyungnya itu marah besar. Dan kini Sehun tak ingin Minseok melakukan hal yang sama jika tau Kyungsoo berbohong.
        “Oke.” Ujar Kyungsoo singkat lalu meninggalkan Sehun. Ia memang tak pandai berbohong. Jelas terlihat di wajahnya bahwa Kyungsoo sangat kecewa.
        “Kyungsoo.” Panggil Sehun sebelum Kyungsoo semakin jauh. Kali ini ia yang mengalah untuk mengejar Kyungsoo. “Maaf jika aku mengecewakanmu. Tapi hyungmu tidak akan lama lagi mulai kuliah. Waktunya akan tersita lebih banyak dan kita bisa memanfaatkan itu untuk bermain bersama. Aku tau kau pasti akan kesepian jika Minseok hyung mulai kuliah.”
        Kali ini Sehun berhasil memberi pengertian pada Kyungsoo yang akhirnya bisa tersenyum. “Apa sejak Luhan hyung mulai kuliah kau juga merasakan hal itu?”
        Sehun tertegun mendengar pertanyaan Kyungsoo. Jelas saja jawabannya ‘tidak’, karena saat itu Kris juga masih SMA. Jadi mereka masih bisa bermain bersama. Namun di sisi lain, Sehun terharu karena Kyungsoo sangat perhatian dengannya. Perlahan Sehun menggeleng. Apa itu artinya ia akan mengakui bahwa ia tidak terlalu merasa kesepian karena ada Kris?
        Kyungsoo menatap Sehun bingung. “Maksudmu?”
        “Kan ada kau, Kyungsoo…” Sehun tampak gemas dan menarik Kyungsoo ke bawah lengannya. Sementara Kyungsoo hanya tertawa menanggapi perlakuan Sehun.

@@@

        Tao keluar dari dalam ruangan ayahnya. Di kejauhan, tak sengaja Tao melihat sosok Luhan menuju tempat informasi. ‘Apa yang dilakukan Luhan hyung di sini?’ pikir Tao dalam hati.
        “Tao tunggu…”
        Tao menghentikan langkah karena ia mendengar suara ayahnya memanggil. Tao memang anak dari dokter Jaesuk. “Ada apa lagi, yah?” Tanya Tao malas setelah berbalik.
        Dokter Jaesuk melambaikan tangan sebagai tanda Tao untuk menghampirinya. “Ada yang lupa ku sampaikan.”
        Dengan sangat terpaksa Tao pun kembali masuk ke dalam ruangan ayahnya dan ia sempat melirik Luhan sesaat yang masih berdiri di depan loket informasi.
        Sementara di tempatnya berada, Luhan tampak gelisah menunggu suster mencari data melalui komputernya.
        “Tuan Choi Kris Woo berada di ruangan 527.”
        Tanpa pamit atau sekedar mengucapkan terima kasih, Luhan langsung melesat ke ruangan yang dimaksud suster tersebut. Ia hendak berniat menaiki lift, namun karena ini jam besuk, antrian cukup panjang. Luhan sudah tidak bisa menunggu, ia langsung mencari tangga meski kamar Kris berada di lantai 5.

@@@

        “Hyung?” gumam Kris yang terkejut mendapati Luhan muncul di depan pintu kamar rawatnya.
        Luhan berjalan tergesa-gesa menghampiri Kris. “Kau baik-baik saja? Kenapa bisa sampai begini? Siapa yang mengantarmu ke rumah sakit?” Tanya Luhan bertubi-tubi.
        Kris menegakkan badannya yang bersandar. “Kau berlebihan hyung.” Canda Kris diiringi tawanya.
        “Hei! Aku hampir mati mendengar kau masuk rumah sakit!” omel Luhan merasa kepanikannya hanya dianggap lelucon oleh Kris.
        Kris sebenarnya tak niat bersikap seperti itu. Ia hanya tidak ingin Luhan terlalu mengkhawatirkannya. “Sudahlah hyung. Aku baik-baik saja. Aku ke sini di antar Joongki hyung. Tadi ia sedang main ke rumah.” Jelas Kris. “Maaf mengkhawatirkanmu, hyung.” Sesalnya.
        Luhan pun akhirnya bisa bernapas lega. Ia menghempaskan badannya ke kursi di samping ranjang Kris. Kris menyodorkan selembar tissue sebelum hyungnya itu menyeka keringat menggunakan ujung jaketnya.
        “Siapa yang memberi tahumu aku di sini?” Tanya Kris di sela-sela Luhan menyeka keringatnya.
        Luhan melirik Kris kecewa. “Jadi kau tidak akan memberi tahuku kalau kau di sini?” balas Luhan membuat Kris bungkam. Kris diam dan tak bisa menjawab. Dan Luhan yakin bahwa Kris tidak akan bisa menjawab pertanyaannya yang itu. “Tak penting siapa yang menghubungiku. Yang penting sekarang, apa yang terjadi padamu?”
        Kris dan Luhan sama-sama terperanjat karena Joongki muncul dan membuka pintu dengan sedikit kasar. “Oh, Luhan? Kau sudah di sini?”
        “Jadi kau yang memberi tahu Luhan hyung?” desis Kris penuh selidik. Ia menjadikan Joongki tersangka utamanya. Kris mendesah karena Joongki tak menjawab. “Harusnya aku tau sejak awal.”
        “Ceritakan apa yang terjadi pada Kris?” desak Luhan pada Joongki karena tak mungkin Kris mau buka mulut.
        Joongki melangkah pelan hingga akhirnya kini ia sudah di samping ranjang tempat Kris berbaring. “Ku harap kau selalu mengecek obat Kris. Kau tau sendiri bagaimana adikmu itu.”
        Luhan mendelik dan menatap Kris tajam. Namun adiknya itu pura-pura tak menyadari perlakuan Luhan padanya. Ia kembali menatap Joongki. “Aku sudah memeriksanya semalam. Dan yang ku temui masih banyak.”
        “Kau pasti melihat yang tutupnya biru?” tebak Joongki.
        “Bukankah memang merah?” Tanya Luhan, namun sedetik kemudian ia menyadari maksud ucapan Joongki. “Kenapa kau selalu mengganti warna tutup obat milik Kris?” pertanyaan Luhan kali ini terdengar seperti menyalahkan Joongki.
        “Itu bukan kemauanku.” Joongki tampak membela diri dan tatapannya sesekali tertuju pada Kris. “Kau! Jangan ikut memojokkanku seperti itu.” Protes Joongki mengenai tatapan penuh kemenangan yang ditunjukkan Kris.
        Luhan menjitak kepala Kris. “Kenapa kau memukulku?” protes Kris tak terima dengan perlakuan Luhan.
        “Apa kau tak sadar apa yang lakukan?” ucapan yang terlontar dari mulut Luhan tak sekedar pertanyaan. Namun juga menyiratkan kekecewaan. Bagaimana tidak? Ia bertanggung jawab sepenuhnya atas Sehun dan Kris selama orang tua mereka tak di rumah. Walau Sehun lebih muda, tapi Kris yang butuh perhatian lebih. Dan kini Kris seperti tak bisa diajak kerja sama untuk meminimalisir kejadian seperti ini akan terjadi lagi suatu hari nanti.
        “Sudahlah hyung, nanti sore aku sudah bisa pulang.” Rayu Kris agar Luhan sedikit tenang. Tapi sebenarnya itu tidak berhasil.
        “Kalau kejadian seperti ini terjadi lagi, habis kau!” ancam Luhan serius. Meski sebenarnya ancaman Luhan sama sekali tak menakutkan di mata Kris.

@@@

        Tao akhirnya bisa benar-benar keluar dari ruangan ayahnya, dokter Jaesuk. Lagi-lagi Tao melirik meja informasi tempat ia melihat seorang Luhan di sana. Ia masih penasaran dengan apa yang dilakukan pemuda itu di sini.
        “Apa kau sudah selesai?” suara seseorang yang berbicara tepat di telinga membuat Tao sedikit terlonjak. “Apa yang kau lihat?” Tanya Chanyeol sambil mengikuti arah pandangan Tao.
        Tao sama sekali tak menggubris kata-kata Chanyeol. Matanya tetap lekat tertuju meja informasi yang sebenarnya tak akan memberikan informasi apapun juga padanya jika hanya berdiam diri di sana.
        Tanpa sepengetahuan Tao, Chanyeol mengerling jahil padanya. “Apa kau sedang memperhatikan suster-suster cantik di sana ya?” godanya sambil menyenggol pelan pundak Tao.
        Tao memberikan tatapan membunuh pada Chanyeol. “Apa di otakmu tak ada hal lain kecuali tentang gadis cantik?” desis Tao tajam, namun ia segera pergi dari sana karena tak ingin mendengar jawaban apapun dari mulut Chanyeol.
        “Tao… tunggu…” kejar Chanyeol.

@@@

        Luhan menutup pintu kamar rawat Kris dari luar. “Hyung…” Luhan berusaha menghentikan langkah Joongki. Ia mempercepat langkahnya untuk mencapai tempat Joongki berdiri sekarang.
        “Apa ada yang tertinggal?”
        “Aku hanya ingin bicara sebentar.” Cetus Luhan lalu berbalik.
Joongki mengikuti langkah Luhan lalu mereka duduk di kursi ruang tunggu.
        “Hyung, tolong katakan. Apa yang terjadi pada Kris tadi?” pinta Luhan penuh permohonan. Joongki lah satu-satunya orang yang bisa ia tanyai perihal adiknya itu.
        Joongki terdengar menghela napas berat. “Jantungnya lemah lagi. Terlebih, ia kehabisan obat.”
        Luhan hanya terdiam mendengar cerita Joongki. Ia mungkin tidak akan memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu pada Kris. “Apa obat sangat berpengaruh begitu besar? Tapi Kris sudah tidak bermain basket.”
        “Obat hanya akan mengurangi rasa sakit.” Joongki menatap Luhan untuk memberi pengertian. “Bukan menyembuhkan. Basket juga bukan factor utama penyebab jantung Kris kembali melemah atau tidak.” Joongki diam sejenak. “Apa tidak ada hal lain yang dipikirkan Kris?”
        “Ku rasa hanya tentang kuliah. Dia belum memutuskan universitas mana yang akan dia pilih.”
        “Ku rasa bukan itu.” Kecewa Joongki karena tidak menemukan jawaban yang ia harapkan. Sedetik kemudian, Joongki melirik Luhan dengan wajah cerah. “Bagaimana tentang Chanyeol dan Tao? Yang ku tau, hanya dua pemuda itu yang bisa dekat dengan Kris. Aku juga tau Kris ingin menjauhi mereka, tapi aku sama sekali tidak tau alasannya.”
        Luhan balas menatap Joongki sama cerahnya. “Kau benar, hyung. Hanya Chanyeol dan Tao yang bisa dekat dengannya selain, ayah, ibu, aku, Sehun, kau dan keluarga dekat. Kris hanya tidak ingin Chanyeol dan Tao sulit melepasnya jika sesuatu yang buruk terjadi pada Kris. Tapi…” kali ini Luhan terdengar sedikit ragu. “Apa itu berpengaruh?”
        “Bodohnya anak itu!” omel Joongki. Tapi ia tak sengaja memarahi Luhan hingga pemuda itu menatap takut padanya. “Aku bukan ingin memarahimu.” Sergah Joongki cepat-cepat sebelum Luhan berpikir ia benar-benar memarahinya. “Tapi, Kris salah jika bersikap seperti itu. Justru yang ku ingat saat bersama Chanyeol dan Tao, Kris tidak pernah mencapai titik seburuk ini.”
        “Jadi, apa yang harus ku lakukan?” Tanya Luhan meminta saran.
        “Kita harus mengembalikan suasana hati Kris seperti saat masih bersama Chanyeol dan Tao. Tapi aku juga bingung. Sangat sulit menjaga ‘feel’-nya Kris agar tetap stabil.”

@@@

        “Hyung…” Sehun mengetuk pintu kamar Kris dengan cukup malas. Ia masih sangat mengantuk, tapi Sehun mengalah bangun lebih pagi untuk membangunkan Kris sejak kakaknya itu mulai masuk kuliah.
        Merasa tidak ada jawaban, Sehun memutuskan untuk masuk. Sangat sulit membangunkan Kris tidur, apalagi hanya mengetuk dari luar pintu seperti ini.
        Sehun geleng-geleng kepala melihat Kris masih meringkuk di bawah selimutnya. “Astaga, hyung…” dengan kasar Sehun mengguncang bahkan sampai saling tarik-menarik selimut dengan Kris.
        “Sehun… akh…” pekik Kris yang kini sudah menggelinding ke lantai. Kris memegangi tubuhnya yang sakit akibat pendaratan paksa karena tidak bisa mengimbangi kekuatan Sehun.
        “Kau tidak begitu kau tidak akan bangun!” ujar Sehun sambil melempar selimut tebal ke atas tubuh Kris. Ia sama sekali tidak berniat menolong sedikitpun, bahkan langsung meninggalkan Kris di sana.
        “Astaga, anak itu…” Kris hanya bisa memaki pelan.
Kris mendesah sambil menarik selimut ke dalam pelukannya. Ia belum ingin bangkit dari sana dan kini Kris justru kembali menjatuhkan badannya yang masih di lantai. Ia masih ingin tidur. Kris menghadap ke bawah ranjangnya. Ada sebuah kertas yang tertinggal di sana. Meski tak terlalu penasaran, tapi Kris tetap meraihnya.
        “Ini apaan?” Heran Kris mendapati kertas asing tersebut. seperti surat dari rumah sakit. Tapi itu bukan miliknya, melainkan milik… “Byun Baekhyun?” mata Kris terbelalak mendapati nama Baekhyun tertera di sana. Kris baru ingat, map itu sempat tak sengaja jatuh dan isinya sedikit berceceran di lantai. Ternyata masih ada satu yang tertinggal.

@@@

        “Di mana kau menemukan ini, Kris?” desak Baekhyun sesaat setelah Kris memberikan kertas tersebut dan menemuinya di kantin kampus.
        “Maaf aku tak tau kalau kertas itu ternyata tertinggal.” Seru Kris dengan nada bersalah.
        Baekhyun menghela napas. “Sudahlah Kris.” Ujarnya menenangkan agar Kris berhenti merasa bersalah. “Tapi ku harap kau tidak memberi tahu siapapun tentang penyakit yang ku derita ini.”
        Kris hanya diam. ‘Bagaimana mungkin aku menyebarkan rahasia itu? Aku juga memiliki penyakit yang sama sepertimu, Baekhyun.’ Keluh Kris yang hanya bisa ia jeritkan dalam hati.
        “Tapi, bukankah kau sudah sembuh?”
        Baekhyun mendongak sambil tersenyum seiring tangannya yang memasukkan kertas pemberian Kris ke dalam tasnya. “Sembuh tapi bukan berarti bisa lepas dari penyakit itu sepenuhnya.”
        “Jadi, pengobatan apa yang lakukan dulu dan apa yang kau lakukan sekarang agar penyakitmu tidak kembali?” cecar Kris yang sangat penasaran.
        Baekhyun menatap Kris penuh selidik. “Kenapa kau sangat mendesakku seperti itu?” protesnya.
        “Ku mohon, Baekhyun.” Pinta Kris sungguh-sungguh. “Bukankah aku ini temanmu?” satu serangan pamungkas yang di lancarkan Kris agar Baekhyun mau bercerita, yaitu dengan alasan ‘teman’.
        “Hanya perawatan biasa yang bisa kita dapatkan dari rumah sakit manapun. Aku menuruti semua perintah dokter dan mengalahkan semua keinginanku. Dan yang terberat, ketika aku menyesal meninggalkan sahabat terbaikku ketika kecil.”
        “Sahabat?” Kris mengulangi ucapan Baekhyun dengan nada bingung.
        “Semangat dan kasih sayang dari orang-orang terdekat juga sangat dibutuhkan oleh orang sepertiku. Kau tau? Dulu aku pernah meninggalkan sahabatku karena aku tak ingin ia sedih jika aku tak bisa sembuh. Namun ternyata semua salah.”
        Kris tersentak dengan apa yang ia alami. Ternyata caranya selama ini salah. Tak seharusnya ia menjauhi Chanyeol dan Tao hanya karena egonya.
        “Dan sekarang aku menyesal tak bisa bertemu dengan sahabatku itu. Aku juga tidak tau di mana ia sekarang.” Lanjut Baekhyun.
        Menyesal. Itu dia, satu kata yang sedang menghampiri Kris saat ini. Ia sangat menyesal tak bisa bersama-sama dengan Chanyeol dan Tao. Kris berpikir mereka pasti telah membencinya sekarang.
        “Kris…” tegur Baekhyun membuyarkan lamunan Kris.
        “Maaf…” sahut Kris serba salah untuk bersikap.
        “Kapan kita akan menemui Suho?” Tanya Baekhyun yang tampaknya telah melupakan ucapan terakhir Kris.
        Kris baru sadar, tujuan ia ke sini adalah karena Suho. Tapi kini ia ragu. Jika ia mendekati Suho agar bisa ia perlakukan seperti Chanyeol dan Tao, lebih baik tidak perlu ia lakukan.
        “Bagaimana kalau kita paksa dia untuk makan bersama siang nanti?” usul Baekhyun.
        Kris sedikit mempertimbangkannya. Melihat keceriaan Baekhyun, membuat Kris tersadar. Tak selayaknya ia berniat melakukan hal tersebut pada Suho yang tidak tau apa-apa. Cukup Chanyeol dan Tao. Setelah ini, Kris berniat tidak akan meninggalkan siapapun kecuali hal buruk terjadi padanya. Ia ingin semua orang yang ia sayang ada di sampingnya sampai kapanpun.

@@@

        Kyungsoo melirik Sehun yang sedang merapikan buku-buku pelajarannya. “Apa aku belum boleh main kerumahmu?” bisik Kyungsoo menagih janji Sehun.
        Sehun menertawai pertanyaan Kyungsoo sambil menepuk-nepuk pelan pundak Kyungsoo. “Tentu saja boleh. Tapi bukankah sore ini kau ada les privat?” balas Sehun mengingatkan.
        “Aku ingat.” Ujar Kyungsoo malas. “Tapi aku jenuh harus selalu belajar.” Keluhnya.
        “Besok kan kau libur. Nanti pulangnya, akan ku antar. Oke?”
        Kyungsoo masih kecewa karena ia belum bisa mengunjungi rumah baru Sehun yang kini justru lebih dekat dari pada rumahnya yang dulu.
        Sehun merangkul Kyungsoo untuk mengurangi kekecewaan temannya itu. “Ayolah Kyungsoo.”
        “Iya. Besok kita akan ke rumahmu.” Ujar Kyungsoo akhirnya.
        “Hmm… bagaimana kalau kita makan siang bersama?” tawar Sehun untuk mengobati kekecewaan Kyungsoo.
        “Boleh.” Sahut Kyungsoo yang langsung setuju. “Bagaimana di café tempat Jongin hyung bekerja.”
        “Jongin hyung?” Sehun memastikan pendengarannya.
        Kyungsoo mengangguk penuh antusias. “Tak jauh dari kampus Minseok hyung.”
        “Ayo segera kita ke sana.” Ajak Sehun tanpa pikir panjang. Mereka pun langsung melesat menuju lapangan parkir untuk mengambil motor Sehun.

@@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar