Jumat, 12 Juli 2013

BECAUSE OF STRAWBERRY MILK (part 2) end




Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          :
·        Chunji (Teen Top)
·        Ricky (Teen Top)
·        Niel (Teen Top)
·        LJoe (Teen Top)
·        CAP (Teen Top)
·        Changjo (Teen Top)
Original cast     : Hye Ra
Genre               : romance
Length              : two shoot

***

        Chunji melempar ranselnya sembarangan ke atas kasur. Ia bergegas masuk ke dalam kamar mandi dan menyalakan keran wastafel. Pemuda itu menggulung lengan kaus panjangnya lalu menadahkan air dengan tangan untuk membasuh mukanya. Pemuda itu melakukan hal yang sama beberapa kali dan seperti orang kesetanan. Bajunyapun sampai basah terkena percikan air.
        Chunji meletakan tangannya di tepi wastafel sambil menatap pantulan wajahnya di cermin, lalu ia mengacak rambutnya yang setengah basah, frustasi. Napasnya menjadi berat dan terdengar tak teratur.
        Tak lama, pintu kamar mandi terbuka dengan kasar. Chunji tak perlu repot-repot menoleh karena ia bisa melihat sosok Ricky yang muncul melalui pantulan cermin.
        “Katakan apa yang terjadi? Dan kenapa justru Niel yang bersama Hye Ra? Kapan kau bertemu denga pemuda itu?” Ricky menyerang Chunji dengan beberapa pertanyaan sekaligus.
        Chunji tak langsung menjawab. Ia masih menatap tajam wajahnya sendiri melalui cermin. Tak lama kemudian, Chunji berbalik dan melangkah melewati Ricky ke luar dari kamar mandi. Ia menyambar handuknya untuk mengeringkan wajah serta rambutnya.

*flashback*
        Chunji tak henti-hentinya tersenyum saat ia ke luar dari sebuah toko sambil menggenggam tas kertas yang berisi coklat berbentuk hati. Dia bukan pemuda yang romantis dan hanya itu yang bisa ia berikan untuk Hye Ra. Chunji berjalan menuju mobilnya masih diiringi dengan senyuman. Baru membayangkan saja sudah membuat hati Chunji bahagia. Apalagi jika Hye Ra benar-benar menerima cintanya.
        Chunji baru saja akan membuka pintu mobil bersamaan dengan seseorang menyentuh pundaknya. Chunji berbalik dan mendapati seorang pemuda yang sedikit lebih tinggi darinya. “Niel?”
        Pemuda yang dipanggil Niel oleh Chunji tampak senang karena pemuda itu masih mengingatnya. “Aku senang bisa bertemu lagi denganmu di sini.” Niel memeluk Chunji namun pemuda itu sama sekali tak membalasnya.
        Niel sama saja seperti ancaman untuk Chunji bisa mendapatkan Hye Ra. Pemuda itu mantan kekasih Hye Ra. Mereka berpacaran cukup lama ketika SMA. Setelah lulus, Niel melanjutkan kuliah ke luar negeri dan meninggalkan Hye Ra begitu saja hingga membuat gadis itu sedikit frustasi sampai akhirnya menjadi seorang playgirl.
        “Kau tau apa yang membuat aku meninggalkan Hye Ra dulu?”
Chunji sama sekali tak berniat menebak apalagi menjawab pertanyaan Niel.
        “Karena jika aku bicara baik-baik, aku yakin Hye Ra tidak akan mau melepaskanku dan aku juga akan menderita karena itu. Dan setelah aku kembali ke sini, aku akan menemui Hye Ra dan mengajaknya untuk kembali bersamaku,” jelas Niel.
        Chunji masih diam. Tentu saja itu upaya untuk menahan emosinya.
        Niel menghela napas. “Aku juga mendengar bahwa Hye Ra berubah menjadi sedikit player. Tapi aku tidak peduli. Aku akan menebus semua kesalahanku padanya, apapun itu,” lanjutnya.
        Chunji berusaha menahan dadanya yang mulai sesak. Sejak SMA, Chunji, Ricky dan Niel berteman. Ketika Niel pergi, ia yang selalu berada di samping Hye Ra. Ia yang menjadi saksi betapa terpuruknya Hye Ra saat ditinggalkan Niel. Apapun ia lakukan agar Hye Ra bisa bangkit lagi dari keterpurukannya. Walau Hye Ra menjadi player, ia tak peduli asalkan Hye Ra berhenti memikirkan Niel. Itu juga yang membuat Chunji perlahan mencintai mantan kekasih sahabatnya. Karena memang hanya Chunji yang berada di dekat Hye Ra. Termasuk Ricky, namun nampaknya pemuda itu tak memiliki perasaan apapun pada Hye Ra.
        Dan sekarang, pemuda bernama Niel itu ada di sini. Berdiri tepat di hadapan Chunji. Chunji menghela napas, berat. Ia tak yakin bisa membahagiakan Hye Ra karena gadis itu mulai kembali menyinggung masalah Niel, terlebih setelah putus dengan LJoe. Seolah sudah tak akan ada tempat lagi di hati Hye Ra untuk pemuda lain.
        “Temui Hye Ra di café, sekarang.” Setelah mengatakan itu, Chunji segera melesat meninggalkan Niel yang sibuk dengan pikirannya seorang diri. Terlebih sebelum benar-benar pergi, Chunji memberikan paksa bungkusan di tangannya kepada Niel.
*flashback off*

        Ricky mencegah tangan Chunji yang mulai menggapai tumpukan pakaiannya dari dalam lemari. Chunji belum menjawab, ia bahkan telah menepiskan tangan Ricky. Tanpa pikir panjang, Ricky sedikit mendorong tubuh Chunji, lalu menjauhkan koper besar dari jangkauan Chunji yang akan memasukan pakaiannya ke dalam koper.
        Tanpa bisa berkata-kata, Chunji hanya menatap Ricky kesal. Ia bahkan sudah melempar tumpukan pakaiannya ke atas tempat tidur.
        “Aku tidak akan membiarkan kau pergi ke manapun,” desis Ricky tajam.
        Chunji menghela napas. “Aku hanya akan bekerja di luar kota. Setidaknya Hye Ra sudah menemukan kembali seseorang yang dicintainya.”
        Ricky tampak tak puas dengan jawaban Chunji. “Kau akan melepaskan Hye Ra begitu saja?”
        “Kau sudah melihat Hye Ra bersama Niel, kan?” tebaknya. Tanpa menunggu Ricky menjawab, jawabannya sudah pasti benar. “Aku yakin gadis itu pasti bahagia.”
        “Setidaknya kau harus memberitauku di mana kau bekerja!” tuntut Ricky sekaligus mengalihkan pembicaraan. Chunji terlihat tersenyum tipis. Itu artinya, Hye Ra sudah kembali jatuh ke dalam pelukan pemuda yang benar.

***

        Satu tahun berlalu. Dan Hye Ra tampak cukup menikmati keberadaannya bersama Niel. Mereka selalu memanfaatkan waktu sesempit apapun di tengah-tengah kesibukan mereka bekerja. Namun tak bisa dipungkiri, Hye Ra merasa sangat kehilangan sosok pemuda yang selalu di sampingnya. Siapa lagi kalau buka Chunji? Pemuda itu menghilang tanpa jejak. Mendesak Rickypun percuma. Pemuda itu juga tidak akan mengatakan apapun tentang keberadaan Chunji saat ini.
        Dan sekarang, Hye Ra berdiri di depan kantor Niel menunggu pemuda itu untuk menemuinya.
        “Maaf, membuatmu menunggu lama.”
        Hye Ra menoleh. Senyumnya selalu terukir ketika bertemu Niel. “Aku hanya ingin memberimu ini,” Hye Ra menyerahkan paksa minuman kaleng ke tangan Niel. Perlahan senyuman Hye Ra memudar ketika melihat Niel meresponnya datar. Tidak biasanya pemuda itu berlaku demikian.
        Niel menatap Hye Ra. “Aku tidak suka susu stroberi, tapi vanilla. Yang menyukai ini Chunji,” ujarnya polos.
        Meski ucapan Niel cukup lembut, tapi tetap saja itu semua sukses memberikan Hye Ra sebuah tamparan keras. Bagaimana bisa ia lupa akan hal sekecil itu? Mungkin kepergian Niel selama empat tahun sangat berpengaruh di bandingkan saat ia mendapati Chunji menghilang satu tahun belakangan ini.
        Empat tahun bukan waktu yang singkat. Meski Hye Ra berpacaran dengan banyak pemuda, tapi hanya satu yang selalu mendapat perhatian khusus darinya. Yaitu Chunji. Hye Ra hampir tak pernah lupa mengirimi Chunji sekaleng susu rasa stroberi setiap harinya meski mereka hanya bisa bertemu tak lebih dari satu menit.
        Hye Ra tersadar dari lamunannya. Ia buru-buru merebut kembali minuman pemberiannya dari tangan Niel. “Aku akan menggantinya dengan rasa vanilla.”
        Niel menjauhkan kaleng itu dari jangkauan Hye Ra. Ia menggeleng pelan. “Tidak usah. Kau kembali saja ke kantormu.”
        Tak ingin berlama-lama lagi, Hye Ra segera meninggalkan kantor Niel dan pemuda itu kembali ke dalam kantornya. Ia berjalan sambil menatap hampa minuman di tangannya.
        Selama setahun. Setiap kali Niel ingin mendengar kehidupan Hye Ra selama ia tak ada, nama Chunji tak pernah absen sekalipun terucap dari bibir Hye Ra. sementara itu, di ujung koridor ada seorang pemuda yang mengawasi Niel. Itu Ricky. Mereka bekerja di kantor yang sama. Begitu pula dengan CAP, namun saat ini baik Niel ataupun Ricky sama sekali tak menyadari keberadaan pemuda itu yang juga tengah mengawasi mereka berdua.
        Sampai akhirnya tatapan Niel dan Ricky bertemu. Ricky yang berinisiatif menghampiri lebih dulu karena ia tertarik akan benda dalam genggaman tangan Niel.
        “Itu dari Hye Ra?” tebak Ricky. Niel tak menjawab. Ia hanya menghela napas sambil menatap hampa kaleng minuman di tangannya. Untuk Ricky, semua itu sudah mewakili pertanyaannya. “Ternyata,” gumamnya pelan lalu berniat menginggalkan Niel, namun langkahnya terhalangi pemuda itu.
        “Aku yakin kau pasti tau keberadaan Chunji,” seru Niel di telinga Ricky tanpa menatap pemuda itu.
        “Maaf, Niel. Kau tidak akan menemukan jawaban itu,” ujar Ricky dingin, lalu benar-benar menjauh dari tempat Niel berada.
        Setelah cukup jauh dari keberadaan Niel, Ricky berhenti di sebuah koridor kantornya yang siang itu cukup sepi. “Chunji harus tau kalau ternyata Hye Ra justru masih mengingatnya,” Ricky mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
        Ricky berdecak kecewa karena panggilannya beralih ke voice mail. “Kita harus bertemu. Ada sesuatu yang kau harus tau. Cepat hubungi aku kembali!” Ricky segera memutuskan sambungan setelah selesai mengirimkan pesan suara pada seseorang dengan sedikit memerintah.

***

        Sore itu Niel duduk seorang diri di sebuah taman. Ia masih mengenakan pakaian kantornya meski sudah terlihat sedikit berantakan. Lalu ia menoleh setelah merasakan seseorang duduk di sampingnya. Niel hanya menatap pemuda itu datar. Niel mengenali pemuda itu adalah salah seorang karyawan di kantor tempat ia bekerja, tapi tampaknya mereka belum saling kenal.
        “Aku tau kau. Tapi aku yakin kau tak sedikitpun mengenalku.” Pemuda itu menyadari tatapan bingung yang ditunjukkan Niel padanya. “Panggil saja aku CAP. Dan aku juga tau bahwa Hye Ra adalah kekasihmu.”
        Setelah memahami maksud ucapan CAP tadi, Niel akhirnya tertawa. “Apa hubunganku dengan Hye Ra sepopuler itu?” Tanya Niel heran.
        Sedetik kemudian mereka tenggelam dalam obrolan ringan mengenai Hye Ra. Gadis yang juga sempat menjadi kekasih mereka. CAP bercerita tentang hubungannya, bahwa ia cukup serius dan sudah sangat menyayangi Hye Ra selama mereka berpacaran. Namun ternyata tanggapan Hye Ra berbeda. Beberapa kali CAP juga mendengar cerita Hye Ra tentang Niel. Setelah itu mereka putus hingga membuat CAP kecewa. Ia juga cukup menyesal karena sampat memanfaatkan perasaan Hye Ra terhadap LJoe untuk membalaskan sakit hatinya.
        Hingga akhirnya pembicaraan mereka sampai pada sosok Chunji. Niel mengakui bahwa antara dirinya, Chunji juga Ricky cukup akrab ketika mereka SMA.
        “Chunji mungkin tak menunjukkannya, tapi aku yakin pemuda itu menyimpan perasaan pada Hye Ra sudah cukup lama. Dan Hye Ra sendiri, ku rasa tanpa sadar ia memang selalu memberi perhatian pada Chunji. Bahkan ketika kami berpacaran, Hye Ra selalu menyempatkan diri bertemu Chunji meski ia hanya memberikan sekaleng susu rasa stroberi,” jelas CAP.
        Niel kembali teringat minuman yang Hye Ra berikan padanya siang tadi. Dan ia juga baru menyadari bahwa Ricky tiba-tiba berprilaku cukup janggal setelah melihat dirinya membawa minuman itu.
        Niel menatap CAP yang masih duduk di sampingnya. “Menurutmu, apa yang sebaiknya aku lakukan?” Tanya Niel penuh harapan bahwa CAP bisa membantunya.
        CAP meletakkan tangannya di pundak Niel. “Maaf aku tidak bisa membantu. Tapi aku yakin keputusanmu adalah yang terbaik demi kebahagiaan Hye Ra.”

***

        “Astaga Hye Ra! Bagaimana bisa kau memberikan Niel minuman kesukaan Chunji?” omel Changjo setelah mendengar pengakuan Hye Ra. Sementara LJoe hanya berusaha menengahi keduanya.
Sejak setahun yang lalu hubungan antara Hye Ra dengan Changjo dan LJoe memang cukup baik. Mereka bahkan semakin dekat. Terlebih semenjak Chunji juga menghilang di waktu yang bersamaan.
        “Jadi? Kalau memang bisa memilih, siapa yang akan kau pilih? Chunji atau Niel?” Tanya LJoe lembut. Ia tak ingin Hye Ra merasa semakin terpojokkan. Walau bagaimanapun, mereka harus menyelesaikan masalah Hye Ra secepat mungkin.
        Hye Ra menutup wajahnya menggunakan tangan sambil menggeleng.
        Changjo dan LJoe hanya bisa menghela napas menanggapi jawaban Hye Ra. Tak lama, minuman pesanan merekapun datang. Changjo langsung menggeser salah satu gelas ke hadapan Hye Ra.
        “Minum dulu biar kau tenang,” seru Changjo.
        Belum sempat Hye Ra menyentuhnya, warna minuman itu cukup mencurigakan. Gadis itu lalu memastikan dengan cara mencium aromanya. Sedetik kemudian ia tersadar dan menatap tajam LJoe dan Changjo bergantian. Namun kedua pemuda itu justru membalas Hye Ra dengan tatapan bingung.
        “Kalian mau semakin memojokkanku?” seru Hye Ra dengan nada pelan namun penuh dengan penekanan. Ia sadar di tempat umum seperti ini akan membuatnya menjadi pusat perhatian jika tadi nekat berteriak.
        Tak lama pelayan yang mengantarkan minuman tadi kembali dan mengatakan bahwa minuman yang dipesan Hye Ra tertukar. Lantas pelayan itu membawa kembali gelas di hadapan Hye Ra.
        Samar-samar LJoe sempat mencium aroma minuman yang di bawa pergi pelayan tadi. “Susu stroberi?” gumamnya pelan, bahkan nyaris tanpa suara. Changjo ikut khawatir melihat perubahan wajah LJoe.
        LJoe mengikuti langkah pelayan tadi yang mengantarkan minuman tersebut ke sebuah meja yang dihuni dua orang wanita. Seakan teringat sesuatu, LJoe melirik Hye Ra. Gadis itu juga baru saja menatap ke arah dua wanita tersebut dan kini Hye Ra tertunduk, kecewa.
        “Ku rasa aku tau apa jawabannya,” ujar LJoe lalu menyeruput minumannya. Ia juga tak mempedulikan Changjo yang melemparinya dengan tatapan ingin tau.

***

        Niel menegakkan badannya saat menyadari pintu gudang di kantornya terbuka dari luar. Di sana muncul CAP yang membawa serta Ricky meski dengan sedikit paksaan. Ricky berhenti memberontak saat menemukan Niel sudah berada di sana.       
        “Ku mohon katakan di mana Chunji berada,” pinta Niel sungguh-sungguh.
        Ricky menatap CAP tajam karena pemuda itu pernah menanyakan hal yang sama seperti Niel. “Percuma kalian bertanya padaku. Kalian tidak akan menemukan jawabannya.”
        Niel menarik napas dalam saat menatap Ricky hampir meninggalkan gudang. “Apa kau tidak ingin melihat Chunji dan Hye Ra bersama?” seru Niel. Ia sudah sangat bersusah payah mengatakan hal tersebut.
        Ricky membeku seketika. Tapi ia belum ingin berbalik karena ia belum bisa percaya begitu saja dengan ucapan Niel. Biar bagaimanapun, Niel masih berstatus kekasih Hye Ra. Niel langsung berdecak kecewa saat melihat Ricky memilih melanjutkan langkah dan mengabaikannya.

***

        CAP, LJoe dan Changjo langsung menegakkan badan mereka saat melihat sosok Ricky ke luar dari gedung kantornya. Mereka saling melempar tatapan dan memberi isyarat. Tak lama tampak Changjo mendahului mereka untuk menghampiri Ricky.
        “Masih belum mau memberi tahu keberadaan Chunji?”
        Ricky yang berdiri di samping mobilnya, membatalkan niat untuk masuk. Ia berbalik dan menatap Changjo penuh Tanya.
        Changjo tampak seperti melakukan peregangan otot. Sementara itu, CAP dan LJoe hanya terkikik melihat kelakuan Changjo. “Sepertinya aku terpaksa melakukan cara kasar,” ujarnya meremehkan. Dan tanpa pikir panjang, Changjo mulai melancarakan aksinya. Ia menyambar ponsel Ricky dan segera membawanya kabur.
        Ricky yang panic hampir saja meneriaki Changjo seorang maling. Tapi itu tidak mungkin ia lakukan. Akhirnya, Ricky lebih memilih mengejar Changjo. Di sana CAP dan LJoe sudah menunggu. LJoe sudah bersiap, dan setelah Changjo melempar ponsel Ricky padanya, ia pun segera menjauh. Sementara CAP membantu Changjo untuk menghalangi Ricky dan membawa pemuda itu ke dalam mobilnya. Mereka menghimpit Ricky di kursi belakang.
Sampai akhirnya LJoe masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Ia menengok ke belakang. “Ternyata mereka akan bertemu di taman kota jam 4 sore ini,” ujarnya lalu menyalakan mesin mobil. “Kalian tinggal atur pertemuan Niel dan Hye Ra juga.”
        Mendengar LJoe menyebut nama Niel dan Hye Ra, sontak saja membuat Ricky memberontak. Terlebih, tempat itu adalah tempat yang ia rencanakan untuk bertemu Chunji. Namun ia tampak tak berdaya di tengah-tengan tubuh besar milik CAP dan Changjo. “Apa yang kalian rencanakan untuk Niel dan Hye Ra?” pekik Ricky menuntut penjelasan. Dan tampaknya, LJoe sama sekali tak berniat mengembalikan ponsel Ricky.
        “Diam!” bentak CAP dan sedetik kemudian, ia sibuk dengan ponsel di tangannya. Begitu pula dengan yang dilakukan Changjo. Sementara LJoe mulai menjalankan mobilnya dan membawa mereka ke suatu tempat.

***

        Setelah mengulur waktu cukup lama, LJoe akhirnya menepikan mobil tak jauh dari sebuah taman kota. Mereka berempat ke luar dari mobil. Changjo dan LJoe bergegas meninggalkan CAP yang hanya berdua dengan Ricky.
        “LJoe, ponselku!” teriak Ricky.
        LJoe berbalik dan melangkah dengan berjalan mundur. “Nanti saja,” balasnya dengan teriakan juga.
        “Jadi, kau benar-benar melakukan itu?”
        Ricky menoleh saat mendengar CAP berujar. Namun ternyata, ia sudah mendapati Niel berdiri di samping CAP. Pemuda itu tampak memaksakan senyumnya.
        “Ku rasa itu yang terbaik,” seru Niel akhirnya.
        CAP menepuk pundak Niel. Ia tau pemuda itu sudah sangat susah payah mengatakannya. “Kau hebat, Niel.”
        Kembali, Niel berusaha mengukir senyumnya. CAP cukup kagum melihat itu. Ia sendiri justru menjebak Hye Ra dengan LJoe. Tidak seperti apa yang Niel lakukan. Ricky sendiri hanya bisa menahan kesal karena hanya dia yang tidak tau apa-apa.

***

        Sementara di tempat berbeda, Chunji tampak memasuki sebuah supermarket. Pemuda itu tampak semakin tampan dan dewasa dengan kacamata berbingkai hitam yang menghiasi wajahnya.
        “Apa stok susunya masih ada?” Tanya Chunji pada salah seorang karyawan di sana perihal kaleng susu stroberi yang tak tersisa satupun. Chunji hanya menghela kecewa karena stoknya benar-benar habis. Tanpa sengaja, matanya menangkap seorang gadis yang baru saja melewati pintu supermarket. Segera saja Chunji mengikuti gadis tadi.
        Chunji mengikuti gadis tadi hingga ke dalam taman kota. Di sana gadis itu duduk di sebuah bangku lalu menatap minuman kaleng yang berada di tangannya. Chunji melebarkan matanya saat mendapati gadis itu sudah mengangkat tinggi-tinggi minuman itu seperti hendak membuangnya.
        “Hentikan!” pekik Chunji cepat-cepat demi menyelamatkan minuman favoritnya. Ia menatap gadis tadi setelah kaleng itu berada di tangannya. “Dari pada kau buang, lebih baik ini untukku saja.” Dan tanpa pikir panjang, Chunji segera membuka minuman itu.
        “Chunji!”
        “Kau boleh memarahiku setelah aku menghabiskan minuman ini,” ujar Chunji enteng seakan memang sudah mengantisipasi kejadian itu. Terlebih karena gadis itu adalah Hye Ra.
        Chunji sedikit lega karena rasa hausnya sudah hilang. Dan ia juga sudah siap mendapatkan serangan kemarahan dari Hye Ra.
        “Apa kau sudah merasa hebat sekarang? Pergi tanpa pamit selama setahun? Kau bahkan membungkam mulut Ricky!”
        Chunji justru tersenyum melihat amarah Hye Ra. Tanpa mempedulikan tatapan membunuh dari gadis itu, Chunji justru menariknya ke dalam pelukan. Cukup lama, sampai akhirnya Chunji merasa kemejanya basah dan terdengar isakan tangis seseorang.
        “Maaf, aku yang salah,” suara Chunji terdengar sangat merasa bersalah.
        Hye Ra menggeleng masih dengan posisi dalam pelukan Chunji. “Niel memutuskanku,” ujarnya terisak.
        Chunji menghela napas. Menyesal untuk yang kesekian kalinya karena tidak sempat mengutarakan perasaannya pada Hye Ra. Ia pun melepaskan pelukannya untuk bisa menatap mata gadis itu yang kini basah karena air mata. “Sudah lama sekali aku ingin mengatakan ini,” ujar Chunji lembut sambil mengapus sisa air mata di wajah Hye Ra. “Aku ingin kau memberikanku kesempatan untuk menjadi kekasihmu.”
        Hye Ra menatap Chunji tajam. Mencoba mencari kebenaran di mata pemuda itu. Tanpa di duga, Hye Ra justru menyingkirkan tangan Chunji. “Untuk apa kau kembali?” desisnya dengan nada tinggi. Tanpa menunggu Chunji merespon ucapannya, Hye Ra sudah lebih dulu membalikan badan.
        “Karena aku mencintaimu, Hye Ra!” teriak Chunji tepat di belakang Hye Ra. Ia lalu memutar tubuh Hye Ra agar gadis itu menghadapnya. “Maaf, aku baru kembali sekarang,” ujar Chunji untuk kesekian kalinya ia meminta maaf.
        Air mata Hye Ra kembali mengalir. “Kalau memang kau mencintaiku, ku mohon jangan pergi lagi.”
        Chunji tersenyum lega, lalu menangkupkan wajah gadis itu menggunakan tangannya. Perlahan Chunji mendekatkan wajahnya ke arah Hye Ra seperti akan mencium gadis itu. Semakin dekat dan keduanya saling memejamkan mata. Chunji tak tau kalau Hye Ra sudah menutup mulutnya menggunakan tangan. Merasa ada yang aneh, pemuda itu membuka mata dan mendapati ia mencium tangan Hye Ra.
        Hye Ra menjauhkan tubuh Chunji. “Jika kau ingin menciumku, setidaknya hilangkan dulu aroma susu favoritmu itu,” protesnya.
        Chunji hanya terkekeh karena rasa susu stroberi di mulutnya masih sangat terasa. “Jika kau tidak suka, kenapa kau membeli susu itu?” Chunji mengajukan pertanyaan menjebak. Dan tentu saja Hye Ra tak bisa menjawabnya membuat Chunji tersenyum puas. “Aku tau,” pekiknya. “Itu pasti karena kau sudah sangat merindukanku,” godanya. “Tapi setidaknya, kau menyukai pemuda pecinta susu stroberi sepertiku, kan?” seru Chunji penuh percaya diri.
        Hye Ra mendengus kesal lalu menginjak kaki Chunji dan otomastis pemuda itu langsung meringis kesakitan. “Itu untukmu,” serunya kesal sambil melangkah pergi.
        “Hye Ra kau harus bertanggung jawab!” pekik Chunji kesal sambil berusaha mengejar ditengah kakinya yang berdenyut.
        Di depan sana Hye Ra berhenti. Dan tentu saja Chunji segera mempercepat langkahnya menyusul gadis itu. Gadis itu menatap ke arah 5 orang pemuda di sekitar bangku taman.
        “Jadi ternyata…” Chunji tak melanjutkan ucapannya. Lima pemuda tadi tak lain adalah teman-teman mereka sendiri. Niel, CAP, Ricky, LJoe dan Changjo. Yang membuat keduanya tercengang adalah tumpukan kaleng susu rasa stroberi di dekat 5 pemuda tadi. Bahkan masih banyak yang utuh.
        Chunji segera mendakati dan tak lupa ia menyambar tangan Hye Ra untuk ikut bersamanya. Tepat bersamaan saat LJoe menggoda Niel yang memang tak menyukai susu rasa stroberi itu.
        “Jadi kalian memborong semua susu itu di supermarket?” tegur Chunji. Ia bahkan sudah melepaskan kacamatanya.
        Niel tampak diam karena ia tak tau apa-apa masalah susu dan supermarket. Sementara LJoe tampak menyenggol-nyenggol lengan CAP. Dan Changjo serta Ricky tampak saling melempar pandang lalu tersenyum puas.
        “Setidaknya rencana kami berhasil, kan?” ujar Changjo yang sudah tidak sabar menggoda Chunji karena masih menggandeng tangan Hye Ra.
        Chunji tampak menatap Ricky dan menuntut penjelasan. Namun Ricky tampak mengangkat bahu dan tak mau ambil pusing. “Maaf Chunji. Aku juga menjadi korban di sini.”
        “Jadi kalian juga yang mengatur rencana pertemuanku dengan Chunji?” kali ini Hye Ra yang bertanya, dan tak ada yang berniat menjawab. “Niel?” panggilnya, masih dengan nada menuntut penjelasan.
        Niel tampak tak siap merespon ucapan Hye Ra. Ia melirik yang lain seolah meminta bantuan. Tapi sedetik kemudian, Niel kembali menatap Hye Ra. “Kau pantas bersama Chunji.”
        Ucapan Niel tadi membuat Chunji lega. Sementara CAP yang kebetulan berada di dekat Niel, menepuk pundak pemuda itu.
        “Sudahlah…” Niel berusaha menghentikan perilaku CAP terhadapnya. “Lebih baik kita pergi. Jangan mengganggu Chunji dan Hye Ra,” serunya mengalihkan. Ia juga sudah lebih dulu berbalik menuju mobil. Di susul CAP dan LJoe tak lama kemudian.
        “Sebaiknya kita pergi,” bisik Chunji pada Hye Ra karena sudah mendapat gelagat tak baik dari Changjo dan Ricky. Kedua pemuda itu pasti akan mengganggunya. “Cepat,” seru Chunji sekali lagi sebelum menarik Hye Ra pergi bersamanya.
        “Lain kali kau tidak akan selamat, Chunji!” canda Changjo yang kemudian di tarik oleh Ricky untuk menyusul yang lain.

*_E_N_D_*


1 komentar:

  1. hmm...
    keren bangetttt ceritanya..
    jadi pengen susu stroberi nih..

    hhhuuuuaaaa...
    author harus tanggung jawab belin readers susu stroberi..

    BalasHapus