Sabtu, 20 Juli 2013

WANNA BE LOVED YOU (part 2)



Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
  Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast     : Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast     : (Boy Friend) Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
  Donghyun, Youngmin, Kwangmin
Genre               : romance, family
Length              : part

***

        Hye Ra duduk di samping Myungsoo. Mereka sampai malam menemani Minwoo di rumah sakit.
        Myungsoo menoleh sambil berujar, “kau sudah menghubungi Sunggyu hyung?”
        Hye Ra masih mengotak-atik ponselnya. Ia melirik sekilas. “Dia masih ada urusan di kampusnya.” Tak lama Hye Ra berdiri dan sedikit menjauh dari tempat Myungsoo duduk menuju jendela di ruangan rawat Minwoo. Gadis itu tengah menghubungi seseorang.
        Sementara di tempat berbeda. Woohyun tampak mematikan lampu dapur di café Sunggyu, lalu berjalan ke luar tepat bersamaan saat ponselnya bergetar. Sebuah panggilan dari Hye Ra. “Halo…” sapanya.
        “Oppa, kau masih di café?” Tanya Hye Ra yang berada di rumah sakit.
        “Iya, aku baru akan pulang. Ada apa? Sunggyu hyung sudah pulang?” Woohyun balik bertanya sambil mengedarkan pandangan ke seluruh meja dan kursi yang sudah tertata rapih. Namun ia menangkap sosok Sungyeol di ujung ruangan sedang membereskan beberapa kursi yang tersisa. Pemuda itu juga tampak sudah rapih.
        “Aku masih di rumah sakit menemani Myungsoo. Minwoo cedera pas latihan bola tadi sore. Dan ada buku yang aku harus ambil di café. Bisakah oppa menungguku sebentar? Aku akan ke sana sekarang.”
        “Tapi Hye Ra… halo…” Woohyun menatap layar ponselnya. Dan ternyata Hye Ra sudah memutuskan sambungannya. Pemuda itu memasukan ponselnya ke dalam saku jins dengan kesal.
        Sungyeol yang baru selesai dengan pekerjaannya, menatap Woohyun penuh Tanya. “Kau kenapa, hyung?”
        “Mana Jeongmin dan Hyunseong?” Woohyun balik bertanya.
        “Baru saja pulang.”
        Woohyun tampak berdecak kecewa. “Baru saja aku ingin meminta bantuannya.”
        “Kau butuh bantuan apa, hyung? Mungkin aku bisa menggantikan Jeongmin dan Hyunseong?” tawar Sungyeol.
        Awalnya Woohyun menatap Sungyeol ragu. Terlebih pemuda itu baru hari ini mulai bekerja di sana. “Aku ingin menyuruh mereka menggantikanku menunggu Hye Ra. Anak itu mau mengambil buku katanya. Tapi aku tak bisa untuk hari ini.”
        Sungyeol melirik arlojinya. “Ku rasa aku masih memiliki banyak waktu untuk menunggunya.”
        Woohyun berpikir sejenak. “Apa kau tidak keberatan?” Tanya Woohyun untuk memastikan.
        “Sudahlah, hyung. Aku tidak akan berbuat yang macam-macam,” canda Sungyeol dan Woohyun hanya tertawa menanggapinya. “Nanti akan ku berikan kunci café padanya.”
        “Terima kasih banyak,” ujar Woohyun sebelum meninggalkan Sungyeol seorang diri di café.

***

Naekkeo haja, naega neol saranghae, eo?
Naega neol geokjeonghae, eo
Naega neol kkeut kkaji, chaekim jil ge
Naekkeo haja, niga nal aljanha, eo? niga nal bwat janha, eo
Naega neol kkeut kkaji, jikyeo julge
(‘Be Mine’ : Infinite)

        Sungyeol sengaja memutar lagu melalui ponselnya untuk memecah keheningan café setelah Woohyun meninggalkan tempat itu. Kerap kali ia melirik ke arah pintu masuk, lalu memeriksa jam arlojinya. Ia sudah menunggu selama 15 menit. Dan Hye Ra sama sekali belum memunculkan diri.
        Tiba-tiba ia teringat tumpukan buku milik Hye Ra di kolong meja bar. Ada sebuah novel yang ia lihat. Dan kini Sungyeol berniat meminjamnya untuk dibaca. Buku tersebut berada di tumpukan teratas. Sungyeol masih berlutut di bawah, menatap cover buku berjudul ‘Kris Without Wings’.
        Tak lama terdengar pintu terbuka di susul suara seorang gadis beserta langkah yang terdengar semakin mendekat. “Oppa maaf merepotkanmu.”
        Sungyeol segera menegakkan badannya dan masih memegang buku tadi tepat ketika Hye Ra sudah berada dihadapannya.

Would you be my girlfriend? Oh... 
Nan neoui Boyfriend… Nan neoui Boyfriend
Neon neoui Girlfriend… Neon neoui Girlfriend
Gue eotteon mueotbodado nunbusin neoruel gajgodo
Maeil nan bappa (Bappa) ni mameun apa (Apa)
Nae sarang byeonhaji anha neo malgo boiji anha
Ireon nae mameul wae jakku mollajuneunde
        (‘Boyfriend’ : Boyfriend)

        Lagu dari ponsel Sungyeol berganti seakan mengiringi pertemuan pertama mereka.
        “Kau karyawan baru oppaku?” pertanyaan Hye Ra membuyarkan lamunan Sungyeol.
        “Ah, iya… Namaku Sungyeol,” ujar pemuda itu sedikit gugup. Tiba-tiba saja jangtungnya berdegup dua kali lebih cepat.
        Hye Ra tersenyum dan sukses membekukan Sungyeol. “Aku Hye Ra.” Gadis itu mengulurkan tangannya. Masih dengan kondisi gugup, Sungyeol memaksakan diri untuk membalas uluran tangan Hye Ra. “Hmm… bagaimana aku harus memanggilmu? Apa aku boleh memanggil oppa saja?”
        “Terserah kau,” ujar Sungyeol pasrah.
        Lagi-lagi Hye Ra tersenyum. Lalu gadis itu segera menuju buku-bukunya yang berada di bawah meja bar. Setelah itu, Hye Ra kembali bangkit dan mendapati Sungyeol masih mengawasinya.
        “Terima kasih telah menungguku, dan maaf jika aku merepotkan. Terlebih di pertemuan pertama kita hari ini.”
        Entah dasar apa, senyum Sungyeol tampak sedikit memudar setelah mendengar Hye Ra bicara seperti itu. Pemuda itu tersadar ketika Hye Ra sudah memasukkan buku yang ia cari ke dalam tas.
        “Aku tau Sunggyu hyung belum pulang. Tapi, apa kau sudah makan?” Tanya Sungyeol. Namun sedetik kemudian, ia menyesal dan merutuki ucapannya. “Apa yang kau pikirkan Sungyeol? Dia adik boss mu!”
        Ragu-ragu Hye Ra berpikir. “Apa kau mau menemaniku?”

***

        Di tempat berbeda, Sunggyu tampak bersama seseorang di sebuah restoran. Di hadapannya ada seorang pemuda tampan yang berpenampilan seperti dokter. Pemuda itu memang seorang dokter muda. Namanya Donghyun.
        “Ada apa kau mengajakku bertemu malam-malam begini? Dan di mana Hye Ra? Kau meninggalkannya sendirian?”
        Sunggyu mendongak. “Kau tulus mengkhawatirkan adikku?” pemuda itu justru balik bertanya. Namun tampak seperti ia sendiri ragu akan pertanyaannya.
        “Hye Ra sudah seperti adikku sendiri,” ujar Donghyun.
        Kali ini Sunggyu terlihat kecewa. Dengan malas ia menyandarkan tubuhnya ke kursi. Lalu terdengar desahan napas panjang sari Sunggyu.
        Donghyun menatap Sunggyu penuh selidik. “Sebenarnya apa yang terjadi padamu?”
        Sunggyu menegakkan badannya kalu mendekatkan wajah ke arahh Donghyun sehingga mereka kini saling tatap. “Kau sudah memiliki kekasih?”
        Donghyun tak langsung menjawab. Terlalu banyak pertanyaan yang berkelabat di benaknya tentang apa yang terjadi pada Sunggyu sekarang. “Kalau ternyata belum, kau mau apa? Menjadikanku kekasihmu? Maaf, aku masih normal.”
        “Kau pikir aku bukan pria normal?” protes Sunggyu tak terima.
        “Lantas, apa yang ingin kau bicarakan?” paksa Donghyun yang sudah mulai tak sabar.
        Sunggyu mengusap tengkuknya. “Aku ingin mencarikan kekasih untuk Hye Ra.” Sunggyu cepat-cepat melanjutkan ucapannya sebelum Donghyun kembali melancarkan komentar. “Sebenarnya aku tidak mau melakukan ini, tapi aku juga butuh seseorang di sampingku. Aku tidak bisa selamanya mengawasi Hye Ra.”
        Donghyun tampak mengerti dengan kondisi Sunggyu. Memang berat menjadi seorang Sunggyu yang harus menjaga adiknya seorang diri.
        “Apa kau yakin?” Tanya Donghyun memastikan.
        “Maka dari itu aku ingin mencarikan pria yang pantas untuk adikku. Dan ku rasa pemuda itu adalah kau, hyung.”
        “Apa?” pekik Donghyun memastikan bahwa ia tak salah mendengar. “Kau ingin menjodohkanku dengan adikmu?”
        Sunggyu kembali kecewa. “Jadi kau tidak mau?”
        “Bukan begitu,” Donghyun menjadi serba salah. “Tapi, apa kau pikir Hye Ra akan setuju? Umurku bahkan lebih tua darimu.”
        “Kita tidak pernah tau jika tidak mencoba. Lagi pula kau hanya lebih tua setahun dariku,” Sunggyu tetap bersikeras dengan rencananya. “Jadi kau setuju?” sambar Sungyyu sebelum Donghyun sempat melancarkan protes. Dan Donghyun hanya bisa menahan kesal seorang diri.

***

        Sungyeol memeriksa isi lemari. “Sepertinya kau kurang beruntung hari ini.”
        Hye Ra menutup pintu kulkas lalu berbalik dan membawa ke luar kotak berisi bumbu dapur.
        “Hanya tersisa ini,” ujar Sungyeol sambil menunjukkan dua bungkus mie instan.
        “Sudahlah, kita bisa membuatnya menjadi lebih special.”
        Beberapa saat kemudian, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Hye Ra menyiapkan kompor dan peralatan masak yang lain. Sementara Sungyeol sibuk dengan bahan-bahan yang akan mereka olah.
        Saat melirik Sungyeol, Hye Ra tertegun sesaat. Tapi kemudian ia tersadar dan justru memperhatikan gerak-gerik Sungyeol saat bekerja. “Kau suka masak?”
        Sungyeol menghentikan sesaat kegiatannya untuk menoleh ke arah gadis itu, sesaat. “Aku hanya suka membantu ibuku memasak.” Hening beberapa waktu. Dan Sungyeol menyadari perubahan aura dari Hye Ra. Saat menoleh, Sungyeol mendapati gadis itu seperti tertunduk. “Maaf… Aku tak bermaksud mengingatkanmu tentang…” Sungyeol tak sanggup melanjutkan kata-katanya.
        Hye Ra memaksakan senyumnya terbentuk. “Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu merasa bersalah.”
        Tapi tetap saja Sungyeol tak bisa mengelak bahwa hatinya sakit melihat kesedihan yang terpancar dari wajah Hye Ra. Tiba-tiba suasana canggung menguasai keduanya.
        “Kalau kau tak keberatan, maukah kau bertemu ibuku? Beliau pasti akan sangat senang. Dia sangat menginginkan anak perempuan.”
        “Banarkah?” Tanya Hye Ra penuh semangat. “Kau harus menepati janjimu ya, oppa.”
        Beberapa menit kemudian, mereka menikmati makan malam seadanya namun di sajikan sespesial mungkin. Mereka juga tak berpindah tempat. Masih tetap di dapur karena sebelumnya Chanyeol membawakan kursi dari luar.
        Selama menikmati makanan masing-masing, tak ada sepatah katapun yang ke luar dari bibir mereka. Sungyeol dan Hye Ra pura-pura sibuk dengan makanan meski sebenarnya mereka tak suka dengan suasana canggung seperti ini. Terlebih Hye Ra. Bahkan dia bisa mengakrabkan diri dengan Woohyun, Hyunseong, Jeongmin serta karyawan lain yang bekerja di café ini.

Jikyeobwa wat janha ni sarangeul gin ibyeoreul
Neul sangcheo badeul ba en nan ge na, ah
Kkok baro bwa, uneunge shilheoseo geurae
Apeunge himdeureo geurae, geureon neol bolttae mada
(‘Be Mine’ : Infinite)

        Secara spontan Hye Ra dan Sungyeol memeriksa tas masing-masing setelah mendengar suara dering ponsel. Setelah mendapat apa yang mereka cari, Sungyeol dan Hye Ra saling tatap. Sedetik kemudian mereka tersenyum geli karena ternyata mereka menggunakan sebuah lagu yang sama sebagai nada dering. Dan juga ada sebuah panggilan masuk di ponsel mereka di waktu yang nyaris bersamaan. Setelah itu Sungyeol lebih memilih menerima panggilannya di luar.
        “Iya oppa,” seru Hye Ra pada seseorang melalui ponselnya. Dari Sunggyu.
        “Kau di mana?” Tanya Sunggyu yang saat ini tengah mengemudikan mobilnya.
        “Di café. Ada buku yang harus aku ambil.”
        Sunggyu tampak tak bertanya karena ia fikir biasanya Woohyun yang rela menemani adiknya di sana. “Aku masih di jalan dan sepertinya masih cukup jauh. Kau minta tolong di antar Woohyun saja jika ingin pulang, oke. Sudah ya,” Sunggyu memutuskan sambungan telponnya secara sepihak. Ia sadar tak baik jika menerima telpon ketika mengemudi meski sebenarnya ia yang menelpon Hye Ra.
        Hye Ra menjauhkan ponselnya dari telinga. “Woohyun oppa bahkan sudah pulang dari tadi,” gumamnya.

***

        Sungyeol mengunci pintu café dari luar. Lalu ia menyerahkan kunci café pada Hye Ra. “Ini sudah malam. Ku antar pulang ya,” tawar Sungyeol dan tak ingin ada penolakan. Sebelum Hye Ra merespon, Sungyeol sudah lebih dulu menuju motornya yang terparkir tepat di depan café. Sungyeol menyalakan mesin motornya lalu melirik Hye Ra yang masih berdiri di tempatnya. “Kau takut ku culik?” goda Sungyeol sambil tersenyum.
        Ini sudah cukup malam. Dan mau tak mau, Hye Ra tetap menerima niat baik Sungyeol yang sudah mau mengantarnya. Beberapa menit kemudian mereka sampai di depan sebuah rumah, tidak terlalu besar namun terlihat cukup nyaman untuk ditempati. Dan halamannya cukup untuk memuat satu mobi.
        “Sepertinya Sunggyu hyung belum pulang?” seru Sungyeol yang melihat keadaan rumah masih tampak gelap. “Tak masalah jika kau ku tinggal?”
        Hye Ra sudah turun dari boncengan motor Sungyeol. “Jangan khawatir. Sunggyu oppa pasti sudah dekat,” ujarnya untuk menghilangkan kekhawatiran Sungyeol.
        Sungyeol terpaksa mengangguk meski sebenarnya ia masih ingin di sana dan memastikan sendiri sampai Sunggyu pulang. Dengan berat hati Sungyeol kembali menyalakan mesin motor lalu berpamitan untuk pulang.
        Hye Ra segera masuk ke dalam. Saat akan menutup pagar, sebuah mobil datang dan Hye Ra justru membuka pagar lebih lebar lagi karena itu mobil Sunggyu.
        “Kau baru sampai?” selidik Sunggyu saat ke luar dari mobil. Ia menatap adiknya intens karena rentang waktu saat ia menelpon tadi sudah cukup lama. Sedangkan jarak antara rumah dan café paling tidak hanya memakan waktu sekitar 10 menit.
        “Aku makan dulu di café,” jelas Hye Ra seolah mengerti maksud pembicaraan Sunggyu. Lalu segera melesat ke dalam sebelum Sunggyu membahas Woohyun. Karena yang dipikirkan pemuda itu pasti adiknya di antar oleh Woohyun.
        Cepat-cepat Hye Ra menghilang ke dalam kamar lalu menghempaskan tubuh ke kasur. Hanya sesaat hingga akhirnya ia kembali bangkit. Hye Ra membuka laci meja di samping tempat tidurnya. Menjulurkan tangan hingga tempat yang lebih dalam. Di sana ia menemukan sebuah jam tangan sport berwarna hitam yang sudah rusak tercebur karena masih tersisa air di dalamnya.

*Flash back (2 tahun lalu)*
        Hye Ra menangis di bangku area kolam renang sekolah lamanya. Ia menatap sebuah kalung dengan cincin sebagai liontinnya. Itu hadiah ulang tahun dari ibunya sebelum beliau meninggal beberapa hari yang lalu. Hye Ra bangkit dan berniat meninggalkan tempat itu. Ia masih saja berusaha menghilangkan sisa air mata di wajahnya. Hingga saat berbelok, ia tak tau jika ada seorang pemuda yang berjalan ke arah berlawanan, lalu mereka sedikit bertabrakan.
        Kalung berliontin cincin milik Hye Ra sampai terpental ke dalam kolam. Karena benda itu terlalu berharga, Hye Ra tanpa pikir panjang menceburkan diri ke dalam kolam untuk mengambilnya. Ia tidak sadar jika kolam yang ia masuki adalah bagian yang terdalam.
        “Hye Ra!” pekik pemuda tadi dan langsung menyusul Hye Ra masuk ke dalam kolam untuk menyelamatkan gadis itu yang hampir tenggelam.
        Setelah berhasil membawa Hye Ra ke luar dari kolam, gadis itu tampak tak sadarkan diri. Ketika sadar, Hye Ra telah berbaring di ruang kesehatan. Di sana ia hanya menemukan seorang siswi, teman sekelasnya.
        “Kau baik-baik saja?” Tanya gadis itu pada Hye Ra.
        “Siapa yang menolongku tadi?” Hye Ra balik bertanya.
        Gadis tadi hanya menggeleng. “Tapi aku mendengar teman-temannya memanggil dia ‘Sungyeol’.”
        Setelah kejadian itu Hye Ra tidak pernah bertemu dengan pemuda yang telah menyelamatkan hidupnya. Karena itu hari terakhir ia bersekolah di sana. Yang tersisa dari pemua itu hanyalah jam tangan yang tertinggal di ruang kesehatan dan… sebelum membawa Hye Ra ke ruang kesehatan, pemuda tadi sempat memberikan Hye Ra sebuah napas buatan sebagai usaha pertolongan pertama.
*flashback end*

***

        Hye Ra berlari menuju kelasnya. Bukan karena hari ini ia terlambat, tapi ia sangat ingin cepat-cepat bertemu dengan Myungsoo. Namun saat baru sampai, Hoya tampak lebih dulu mengalihkan perhatiannya.
        “Hye Ra,” Hoya memanggil gadis itu.
        Tentu saja Hye Ra langsung merespon karena yang memanggil adalah Hoya. “Iya.” Gadis itu pun berbelok ke tempat Hoya berada.
        “Kemarin ada yang menitipkan ini,” Hoya menyodorkan sepaket buku pelajaran beserta beberapa alat tulis milik Hye Ra. “Sepertinya kemarin tertinggal di perpustakaan.”
        Hye Ra baru ingat. Kemarin ia terlalu panic karena Minwoo, hingga akhirnya ia hanya sempat menyambar ranselnya. “Terima kasih,” serunya. Gadis itu masih berdiri di sana tanpa melakukan apa-apa.
        Tak lama tampak Haesa dan Sungjong datang. Gadis itu langsung menuju kursinya di samping Hoya. Dengan terpaksa Hye Ra lebih memilih meninggalkan tempat itu. Lagi pula, ada yang ingin ia ceritakan pada Myungsoo.
        Hye Ra menghempaskan ranselnya. “Bagaimana keadaan Minwoo?”
        “Hari ini dia akan pulang. Dan sepertinya setelah istirahat nanti aku akan ijin tidak mengikuti pelajaran.”
        “Aku ikut,” paksa Hye Ra sambil memegang bahu Myungsoo bahkan sampai pemuda itu cukup terkejut.
        “Kau mau melihat Sunggyu hyung menghajarku?” protes Myungsoo.
        Hye Ra menolehkan wajahnya dari wajah Myungsoo dengan raut wajah kesal.

***

        Karena semalam ia sudah menyelesaikan pekerjaannya, pagi ini Sungyeol bisa sedikit bersantai. Ia mencoba duduk di kursi yang menurut informasi dari Woohyun, biasa di tempati Hye Ra jika berada di café. Novel ‘Kris Without Wings’ juga tergeletak di atas meja bar. Ternyata semalam ia meninggalkan buku itu di sana sebelum menemani Hye Ra makan di dapur.
        Hyunseong yang baru datang, menghampiri Sungyeol dari luar meja bar. “Kau baca buku itu juga?” tegurnya.
        Sungyeol mendongak untuk menatap wajah rekan kerjanya itu. “Aku baru melihatnya semalam. Ini milik adiknya Sunggyu hyung. Apa kau sudah membacanya?”
        “Aku tidak punya banyak waktu untuk membaca,” ujar Hyunseong menyombongkan diri. Tentu saja itu hanya candaan kecil karena Hyunseong bicara sambil diiringi tawanya. “Hye Ra pernah menceritakannya padaku, tapi aku sudah lupa. Jika tak keberatan, kau yang membaca. Dan setelah selesai, kau ceritakan padaku.” Hyunseong menunjukkan puppy eyes-nya yang aneh.
        “Aku tidak terlalu suka cerita romance,” seru Sungyeol sambil menunjukkan tatapan menyesal karena tidak bisa mewujudkan keinginan kecil dari Hyunseong. Saat ia ingin meletakkan kembali buku itu, Hyunseong menahannya.
        “Lihat dulu sinopsisnya, itu bukan cerita romance. Tapi lebih ke friendship dan brothership gitu.” Hyunseong berkata setengah merayu. Karena nyatanya buku itu memang bukan kisah romance.
        “Nanti akan ku pinjam,” kata Sungyeol akhirnya membuat Hyunseong tersenyum puas.
        “Ku tunggu ceritanya.” Hyunseong menepuk-nepuk pundak Sungyeol sebelum melesat ke dalam.
        Sungyeol membalikkan buku hendak membaca synopsis di bagian belakang buku. Belum sempat Sungyeol membaca, ia mendengar seseorang memanggilnya.
        “Sungyeol.”
        Saat menoleh, ia mendapati Woohyun memanggilnya dari jendela tanpa kaca tempat biasa Woohyun memberikan masakan yang harus di antar ke pelanggan. “Iya, hyung.”
        “Tolong buatkan segelas cappuchino hangat dan tolong antarkan ke ruangan Sunggyu hyung,” pesan Woohyun dan tanpa buang waktu, langsung saja dikerjakan oleh Sungyeol.
        Sedetik kemudian Sungyeol segera berkutat dengan mesin pembuat kopi.
        “Kau sedang membuat apa?” tegur Jeongmin yang baru saja sampai. “Apa itu untuk Sunggyu hyung?” tebaknya.
        “Iya.” Sungyeol hanya menoleh sekilas karena ia harus menyelesaikan pesanan dari Sunggyu hyung. “Apa kau juga mau mencoba minuman buatanku?”
        “Nanti saja. Karena jika kau membuatkan minuman hanya untukku, Hyunseong pasti akan mengamuk ingin dibuatkan juga.”
        Sungyeol terkekeh mendengar cerita Jeongmin tentang Hyunseong. Bukan hanya Woohyun yang berpendapat, tapi beberapa karyawan lain juga menganggap Jeongmin dan Hyunseong sangat dekat.
        “Nanti katakan saja jika kalian ingin,” ujar Sungyeol sebelum mengantarkan minuman milik Sunggyu ke dalam.

***


14 komentar:

  1. hahahaha
    emang dasar author yeee...
    novelnya ujung2nya KWW juga.. wkwkwk
    tp gpp, itung2 juga promosi juga.. hihihi

    oh jadi Hye Ra dulu pernah ditolongin Sungyeol pas di kolam renang??

    BalasHapus
  2. gak sekedar promosiin Kris Without Wings juga kok... itu nanti akan terlibat juga...

    BalasHapus
  3. oiya, kalo pas Sungyeol nolongin Hye Ra yg tenggelam itu kejadiannya pas 2 tahun lalu, kira2 Sungyeol kelas 3 SMA, Hye Ra nya kelas 1...
    dan setelah itu Hye Ra pindah sekolah, jadi mereka belom sempet ketemu lagi...

    BalasHapus
  4. owh...
    pantesan..
    jangan bilang nanti ada yang sebagian ambil cerita dari situ lagi...

    oh..
    jadi mereka ber 2 ade dan kakak kelas yah??
    knp Hye Ra tiba2 pindah sekolah??

    BalasHapus
  5. ya nggak lah... jelas2 genrenya aja beda, brothership sama teen romance...

    waktu di part awal, Woohyun kan bilang ke Sungyeol kalo Hye Ra dan Sunggyu pindah ke rumah yg lebih kecil dari rumah mereka sebelumnya, gak lama setelah orang tua mereka meninggal...

    kalo kayak gitu kemungkinannya, bisa aja sekolahnya Sungyeol lebih jauh dari rumah hye ra yg baru, jadinya dia pindah...

    BalasHapus
  6. hehehehe
    iya iya.. mianhae..

    oh iye bener..
    mian yah.. sangking seriusnya baca sampe otaknya kadang2.. hahaha

    dan kayanya Sungyeol itu pas Hye Ra pindah masih memendam rasa yang sangat dalam dong yah??

    BalasHapus
  7. dalem banget...
    baru aja bisa deket dan punya alasan buat deketin setelah insiden itu, eh malah gak kesampean...

    BalasHapus
  8. ahahahaha
    dalam banget banget banget...
    iye bener.. dia keburu pindah deh..

    kasian yah Sungyeol..
    sini sini sama aku ajah.. kalo kata author.. *puk puk puk*
    hihihihi

    BalasHapus
  9. ahahaha... gomawo readers... tau aja maunya author...

    BalasHapus
  10. hahhahaha
    chanmaneyo..weits iya dong, apa sih yang ga tau tentang author??
    hihihi
    dah sekarang Yeoli nya ke author dulu yah.. soalnya aku lagi sama Minwoo... :)

    BalasHapus
  11. yak!!!
    hmm... author mau ama main cast yang lain...

    BalasHapus
  12. hahahaha
    author ngamuk.. wkwkwkwk
    mau ama siapa?? Hyunseong? Woohyun? Hoya? Sunggyu? Myungsoo? Dongwoo?
    Jeongmin? Donghyun? Youngmin? Kwangmin?

    BalasHapus
  13. jiah..
    jangan donk.. mereka kan masih dibawah umur, mereka blm pantes dipanggil appa.. ahahahahaha

    BalasHapus