Senin, 15 Juli 2013

WANNA BE LOVED YOU (part 1)



Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
  Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast     : Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast     : Boy Friend (Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
  Donghyun, Youngmin, Kwangmin)
Genre               : romance, family
Length              : part

***

        Hye Ra menghentakkan kaki karena kesal menunggu kakaknya. Sesekali gadis itu juga melirik arlojinya. “Oppa, cepat! Aku hampir terlambat! Aku harus sampai sekolah sebelum Hoya datang!” teriaknya tak sabar ke arah pintu.
        Itu dia pemuda yang sejak tadi di tunggu-tunggu, Sunggyu. Dan ia justru berjalan dengan santainya. Bahkan ia masih mengenakan piyama dan rambutnya tampak berantakan.
        “Kau masih saja memikirkan anak itu? Awas saja! Sampai kapanpun aku tidak akan mengijinkanmu berpacaran degannya!” Sunggyu masuk ke dalam mobil sambil membanting pintu.
        Hye Ra bertambah kesal melihat tingkah laku kakaknya. Ia juga ikut melakukan hal yang sama seperti yang kakaknya lalukan, membanting pintu mobil. “Memangnya kenapa kalau aku berpacaran dengan Hoya?” Tanya Hye Ra seakan tak terima dengan perkataan Sunggyu tadi.
        Sunggyu tak langsung menjawab pertanyaan adiknya. Ia menyalakan mesin mobil lalu menjalankannya. “Kita hanya tinggal berdua. Dan kau pasti akan mengabaikan keberadaanku.” Sunggyu berujar tanpa melirik sedikitpun ke arah adiknya. Ada nada kesedihan di sana.
        Kim Sunggyu dan Kim Hye Ra. Dua kakak beradik yang kini hanya tinggal berdua karena orang tua mereka telah meninggal dua tahun lalu karena kecelakaan pesawat. Beruntung, orang tua mereka meninggalkan sebuah café yang kini dikelola oleh Sunggyu untuk menghidupi mereka berdua.
        Ragu-ragu Hye Ra menyentuh pundak Sunggyu yang tengah focus menyetir. “Oppa,” panggilnya pelan. Ada sedikit rasa bersalah di sana.
        “Hmm…” hanya itu respon dari Sunggyu seakan tak ada yang bisa mengganggunya menyetir.
        “Oppa maafkan aku. Tapi kita harus terbiasa karena suatu saat kita akan menikah dan memiliki kehidupan masing-masing.”
        “Aku tau. Tapi yang tak ku suka karena kau terlalu berlebihan,” seru Sunggyu membela diri dan masih tetap tak ingin menoleh.
        Perlahan sudut bibir Hye Ra terangkat membentuk senyum. Lega akhirnya karena Sunggyu tak benar-benar marah padanya. Hye Ra mencium pipi Sunggyu. “Aku cinta Sunggyu oppa.”
        Sunggyu yang terkejut menghentikan mobilnya.
        “Kenapa berhenti?” protes Hye Ra karena ini belum sampai di sekolahnya.
        “Aku juga mencintaimu.” Sunggyu mengacak sayang rambut Hye Ra. Namun gadis itu buru-buru menyingkirkan tangan Sunggyu.
        “Astaga! Ternyata kau berhenti hanya untuk melakukan itu?” omel Hye Ra yang kembali dibuat kesal oleh kakaknya. Namun Sunggyu tampak tak mempedulikannya lalu melanjutkan perjalanan mereka.
        Beberapa menit kemudian Sunggyu benar-benar menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang sekolah Hye Ra.
        Hye Ra membuka pintu mobil Sunggyu namun ia tidak langsung turun. “Nanti aku akan pulang ke café,” ujarnya dan setelah itu Hye Ra ke luar dari mobil Sunggyu.
        Sunggyu membuka kaca mobil. “Hye Ra,” panggilnya.
        Hye Ra pun segera kembali ke mobil Sunggyu. “Ada yang kau lupakan?”
        “Bukan,” Sunggyu menggeleng samar. “Nanti kau minta jemput Woohyun saja jika ingin ke café,” lanjutnya.
        “Sudahlah, tak usah kau pikirkan. Mungkin aku akan menumpang mobil Myungsoo saja,” ujar Hye Ra sebelum kembali meninggalkan Sunggyu.
        Mobil Sunggyu mulai bergerak sementara Hye Ra berjalan menuju gerbang sekolahnya. Sesampainya di kelas, Hye Ra langsung berjalan menuju tempat duduknya. Di sana sudah ada seorang pemuda, teman semeja Hye Ra, yang juga sepupunya, sedang sibuk bermain PSP sambil mendengarkan mp3.
        Hye Ra dengan jahilnya menarik earphone yang digunakan pemuda itu lalu memasangkan di telinganya. Pemuda itu hanya menoleh sesaat, lalu kembali tenggelam dalam permainannya. Ia tidak akan protes jika yang melakukan itu adalah Hye Ra.
        “Myungsoo,” panggil Hye Ra pada pemuda di sampingnya. Ia ingin memecah keheningan karena pagi ini baru ada mereka berdua.
        “Apa?” seru Myungsoo tanpa menoleh. “Hoya belum datang,” tebaknya seakan tau apa yang akan Hye Ra tanyakan.
        Hye Ra berdecak kecewa. Ia lalu menyandarkan punggungnya ke kursi dengan malas. Matanya sesekali melirik ke arah pintu. Tak lama muncul seorang pemuda yang juga senang mengenakan earphone seperti Myungsoo. Dan tentu saja pemuda itu sukses membuat Hye Ra kembali ceria. Namun sedetik kemudian, senyuman Hye Ra yang belum sepenuhnya terbentuk, harus kembali pudar karena pemuda tadi ternyata tidak muncul sendiri. Tapi, bersama seorang pemuda lagi.
        Hye Ra meletakkan sikunya di atas meja lalu menopang pipi menggunakan telapak tangannya sambil menoleh ke arah Myungsoo dan membelakangi tempat kedua pemuda tadi berada. “Kenapa Hoya harus datang bersama Dongwoo?” bisiknya pada Myungsoo dengan nada kesal.
        “Kau tanyakan saja sendiri,” jawab Myungsoo cuek.
        “Myungso!” desis Hye Ra kesal sambil memukul lengan Myungsoo.
        “Aww!” Myungsoo pun meringis lalu menghadiahi Hye Ra tatapan tajam. “Sakit tau!” protesnya namun Hye Ra justru menghadiahinya juluran lidah.
        “Hye Ra kau sedang apa?” Tanya Dongwoo saat melintas di dekat meja Hye Ra dan Myungsoo.
        Hye Ra memeluk pundak Myungsoo dari samping. “Aku sedang berpacaran dengan Myungsoo,” jawabnya ketus.
        “Setidaknya jangan mengaku berpacaran dengan karyawan café kakakmu lagi ya, seperti Woohyun waktu itu,” goda Dongwoo.
        “Kau mengenal Woohyun?” Tanya Hye Ra sedikit histeris masih dengan posisi memeluk Myungsoo.
        Dongwoo memamerkan senyum lebarnya. “Aku bahkan mengenal hampir semua karyawan di café Sunggyu hyung.”
        Hye Ra berdecak kesal sambil perlahan menjauhkan tubuhnya dari Myungsoo. “Jangan sok akrab memanggil oppaku dengan sebutan ‘hyung’,” protesnya namun tak dipedulikan oleh pemuda bernama Dongwoo tadi. Sementara itu, pemuda yang tadi datang bersama Dongwoo, tampak mengawasi obrolan tiga orang itu.

***

        Sunggyu baru sampai di café. Sehabis mengantar Hye Ra, ia langsung ke sana. Pemuda itu melewati pintu depan yang tak terkunci. Berarti sudah ada salah satu karyawannya yang telah datang. Sunggyu bergegas menuju dapur.
        “Woohyun…” panggil Sunggyu pada seseorang.
        “Aku di dapur, hyung!”
        Setelah mendengar seseorang menyahut, Sunggyu langsung menuju dapur. Tampak seorang pemuda yang tengah sibuk menyiapkan bahan-bahan makanan. Sunggyu masuk ke dalam dapur dan langsung menuju dispenser untuk mengambil air minum.
        Sunggyu meletakkan gelasnya yang sudah kosong di wastafel. “Karyawan baru itu akan datang jam berapa?” tanyanya yang kini sudah berdiri di samping Woohyun untuk membantu pemuda itu.
        “Dia ada di depan, hyung. Sedang bersih-bersih,” jawab Woohyun.
        “Benarkah?” Tanya Sunggyu tak yakin. Ia lantas segera ke luar untuk memasktikan kebenaran ucapan Woohyun. Ternyata benar, ada seorang pemuda yang tengah mengepel lantai. Mungkin ia tak melihatnya saat sampai tadi.
        Tak lama, tampak Woohyun menyusul Sunggyu. “Hyung, aku lupa bilang, kemarin handukmu di bawa ke laundry oleh Hye Ra. Jika kau ingin mandi, kau bisa memakai punyaku dulu,” kata Woohyun karena melihat Sunggyu yang masih mengenakan piyama lengkap. Sunggyu memang sudah biasa mandi di café. Café ini sudah seperti rumah kedua untuknya dan Hye Ra juga.
        “Oke,” jawab Sunggyu singkat lalu meninggalkan Woohyun ke dalam.
        “Sungyeol?” panggil Woohyun.
        Pemuda yang tadi tengah mengepel lantai itu sontak saja menegakkan badan sambil menoleh setelah mendengar seseorang menyebut namanya. “Iya, hyung.”
        “Kau membantuku di dapur saja. Sebentar lagi Jeongmin dan Hyunseong akan datang. Biar mereka saja yang melanjutkan pekerjaanmu,” jelas Woohyun. Setelah mendapat respon dari Sungyeol, Woohyun pun kembali ke dalam.

***

        “Nama saya Lee Haesa,” ujar seorang gadis di depan kelas Hye Ra. Ia berdiri di samping seorang pemuda. Dan tampaknya mereka baru saja menjadi siswa di sana.
        “Saya Lee Sungjong,” lanjut pemuda di samping Haesa.
        “Apa kalian sepasang kekasih?” sahut Dongwoo yang duduk di kursinya.
        “Bukan, kami saudara tiri,” jawab Sungjong.
        Setelah itu Sungjong berjalan menuju kursi yang diberikan oleh guru, tepat di samping Dongwoo. Sementara Haesa berjalan ke arah yang berlawanan. Gadis itu akan menjadi teman semeja Hoya.
        “Kenapa gadis itu harus duduk dengan Hoya?” kesal Hye Ra dengan nada pelan dan bisa dipastikan hanya Myungsoo saja yang mendengarnya.
        Myungsoo memutar matanya. Bosan karena sepupunya itu sangat mengagumi pemuda bernama Hoya. “Apa kau tidak tertarik dengan si Sungjong itu?”
        Hye Ra melirik Sungjong tanpa minat. “Hoya jauh lebih keren,” serunya. “Dan kau. Apa kau tidak tertarik dengan teman semeja Hoya? Jika iya, kita bisa mengatur strategi agar kau bisa duduk bersama Haesa, dan artinya aku bisa bersama Hoya.”
        Myungsoo melirik Hye Ra penuh minat. “Kau benar,” ucapan Myungsoo sukses membuat Hye Ra berada di atas angin. Namun sedetik kemudian, raut wajah Myungsoo berubah. “Tapi aku sama sekali tak berminat.”
        Hye Ra bersandar malas di kursinya dengan wajah cemberut.

***

        Usai membantu Woohyun di dapur, Sungyeol kembali ke depan. Tepatnya ke belakang meja bar. Tapi café tersebut tak menyediakan minuman beralkohol. Sungyeol memang akan ditempatkan di sana. Bar tersebut masih satu area dengan meja kasir. Dan di ujung sana ada satu kursi tinggi.
        Saat melirik ke kolong meja, Sungyeol menemukan tumpukan buku pelajaran. Ia tertarik untuk melihat lebih jauh. Buku-buku itu milik siswa kelas 3 SMA. Dan sepertinya masih terpakai. Sungyeol mengambil buku cetak fisika. Saat melihat sampulnya, tertera nama ‘Kim Hye Ra’.
        “Sungyeol kau sedang apa?” tegur Woohyun karena melihat Sungyeol berlutut di hadapan buku-buku pelajaran milik Hye Ra.
        Buru-buru Sungyeol berbalik. “Tidak, hyung. Aku hanya sedang merapikannya sedikit,” ujarnya membela diri lalu kembali berdiri.
        Woohyun sendiri tampak tak terlalu mencurigai Sungyeol. Karena memang tak ada hal aneh yang dilakukan Sungyeol.
        “Hyung, kalau boleh tau, buku-buku itu milik siapa?” Tanya Sungyeol penasaran namun sambil kembali bekerja membersihkan gelas. Ia sangat tertarik akan hal itu. Terlebih saat ia telah mengetahui nama pemilik buku tersebut.
        “Aku belum cerita.” Woohyun mendekat dan tangannya ikut membantu Sungyeol membersihkan beberapa gelas. “Sunggyu hyung hanya tinggal berdua dengan adiknya. Sepulang sekolah Hye Ra selalu menghabiskan waktu di café ini. Dia lebih suka duduk di meja itu,” Woohyun menunjuk salah satu sudut meja bar dengan sebuah kursi tinggi didekatnya. “Mengerjakan tugas, atau terkadang ia suka membantu di meja kasir.”
        Sungyeol mendengarkan setiap detail cerita Woohyun dengan penuh minat. “Lalu, orang tua Sunggyu hyung…”
        Woohyun lebih dulu menyelak ucapan Sungyeol. “Tuan dan nyonya Kim meninggal sekitar dua tahun lalu dalam kecelakaan pesawat,” nada bicara Woohyun terdengar cukup berat dalam bercerita. “Hanya café ini yang tersisa. Sunggyu hyung harus mengurusnya di samping kesibukannya kuliah.”
        Kali ini Sungyeol sibuk dengan pikirannya sendiri. “Dua tahun yang lalu? Waktunya hampir sama seperti saat terakhir kali aku bertemu dengannya,” gumam Sungyeol dalam hati. Ia sampai sedikit memperlambat pekerjaannya.
        “Sejak kejadian itu, Sunggyu hyung pindah ke rumah yang lebih kecil karena ia hanya akan tinggal dengan adiknya,” lanjut Woohyun. Namun tampaknya untuk yang ini Sungyeol tak terlalu memperhatikan. “Oiya, kau harus memperlakukan Hye Ra dengan baik, ya!” seru Woohyun memperingatkan. Karena tak ada respon, Woohyun menoleh dan mendapati Sungyeol hanya berkutat dengan satu gelas saja. “Sungyeol!” Woohyun menyadarkan Sungyeol.
        Sungyeolpun sedikit tersentak. “Ah, iya hyung.”
        “Apa yang kau pikirkan?” Tanya Woohyun curiga.
        “Tidak, hyung.” Sungyeol menjadi gugup karena kepergok Woohyun sedang melamun. “Aku hanya teringat teman SMA ku, dan namanya Hye Ra juga.” Sungyeol sukses membuat alasan. Ia juga langsung cepat-cepat melanjutkan pekerjaannya untuk mengalihkan perhatian Woohyun.
        Kebetulan hari sudah beranjak siang dan pengunjung café pun mulai berdatangan. Tak lama setelah Sungyeol menyusun gelas di rak, tampak Jeongmin mendekat lalu menyodorkan secarik kertas daftar pesanan salah satu pelanggan mereka. Woohyun yang menerima, lalu kembali menuju dapur sambil membawa kertas tadi.
        Jeongmin sendiri langsung bergabung di tempat Sungyeol berada sambil berkutat membuatkan minuman untuk pelanggan. Sementara Sungyeol mulai sibuk di meja kasir karena aka nada pelanggan yang akan membayar.
        Di sela-sela kesibukan café, tampak Sunggyu datang namun langsung menuju tempat buku-buku pelajaran Hye Ra berada. Ia mencari-cari sesuatu di sana. Pakaiannya pun sudah lebih rapih. Tampaknya Sunggyu akan pergi setelah ini.
        “Kau cari apa, hyung?” Tanya Jeongmin, dan ia meminta Sungyeol untuk mengantarkan pesanan.
        Sunggyu kini sudah menegakkan badannya. “Aku hanya mencari ini,” ujarnya sambil menunjukkan sebuah pulpen.
        Tak lama Sungyeol telah kembali sambil menenteng baki yang telah kosong. Tepat ketika Sunggyu ke luar dari area bar.
        “Aku harus ke kampus. Tolong kalian jaga café sebentar,” pesan Sunggyu sebelum pergi.
        “Hyung, nanti siapa yang akan menjemput Hye Ra?” teriak Jeongmin.
        Sungyeol yang telah kembali ke belakang meja kasir, membeku saat mendengar nama ‘Hye Ra’ disebut. “Kenapa rasanya jantungku berdetak tak karuan seperti ini?” keluh Sungyeol dalam hati.
        “Dia bilang Myungsoo yang akan mengantarnya,” jawab Sunggyu sebelum benar-benar meninggalkan café.
        Sungyeol mengawasi gerak-gerik Jeongmin yang sudah pergi menuju meja pelanggan yang kebetulan baru sampai. Di sana Sungyeol menghembuskan napasnya cukup keras. “Sungyeol… Sungyeol… Kenapa kau memikirkan gadis itu? Jelas-jelas Myungsoo itu pasti kekasihnya!” Sungyeol memaki dirinya sendiri.
        “Sungyeol, tolong antar ini.”
        Suara Woohyun tadi membuyarkan lamunan Sungyeol. Pemuda itu hanya mengangguk sambil meraih baki berisi makanan yang telah disiapkan Woohyun.

***

        Di kelas, Hye Ra mengikat rambutnya menjadi satu dan tak lupa ia mengenakan kacamata berbingkai hitam. Sederhana, namun terlihat sangat manis. Sekiranya itu alasan seorang Hoya beberapa kali kerap melirik ke arah gadis teman semeja Myungsoo itu. Namun saat Hye Ra juga mencuri pandang ke arah pemuda itu, Hoya langsung mengalihkan pandangannya. Terlebih, Haesa juga tampak berusaha meraih perhatian Hoya. Dan itu yang membuat Hye Ra kesal setengah mati.
Hye Ra sendiri langsung membuang pandangannya ke arah lain. Tepat ketika Dongwoo juga menatapnya. Jelas pemuda itu langsung menghadiahi Hye Ra senyuman termanisnya—hanya Hye Ra yang menganggap sebaliknya—yang sukses menambah kejengkelan di hati Hye Ra. Tentu saja Dongwoo sangat terhibur dengan pemandangan itu. Bahkan satu sekolah sudah tau bahwa Dongwoo adalah penggemar Hye Ra nomor satu.
        “Kau ini kenapa?” protes Myungsoo yang merasa terganggu dengan tingkah laku Hye Ra.
        “Kapan kita pulang?”
        Myungsoo menatap ngeri sepupunya itu. “Kita bahkan belum melewati istirahat ke dua.”
        Hye Ra hanya bisa meniup poninya yang ia biarkan tak terikat. Tak lama, bel istirahat terdengar. Hye Ra buru-buru berdiri tanpa merapikan peralatan tulisnya. Tak lupa ia juga menyambar tangan Myungsoo untuk segera meninggalkan kelas.
        Begitu sampai kantin, Hye Ra dan Myungsoo langsung mencari tempat kosong untuk duduk.
        “Sepulang sekolah, bisa antar aku ke café?” pinta Hye Ra.
        “Tapi aku harus menunggu Minwoo selesai latihan sepakbola.”
        Hye Ra tampak mengangguk tak keberatan. “Tidak masalah. Jadi aku bisa mengerjakan tugas dulu di perpustakaan.”
        Myungsoo langsung teringat sesuatu. “Kau benar. Kita bisa mengerjakan tugas dulu. Dan nanti biar aku yang mengabari Sunggyu hyung.”

***

        Hye Ra membolak-balikkan buku di tangannya. Namun tatapan gadis itu justru mengarah ke luar jendela perpustakaan yang menghadap langsung ke area belakang sekolah tempat sebuah lapangan sepakbola berada.
        Sementara Myungsoo duduk di kursi dan benar-benar mengerjakan tugasnya. Ia yang kesal karena Hye Ra tidak juga mengerjakan tugasnya, melempari gadis itu dengan gumpalan kertas.
        Hye Ra menoleh sambil memegangi kepalanya yang terkena timpukan kertas. “Kau mengganggu saja!” protes Hye Ra yang langsung kembali dengan kegiatannya sebelum ini. “Aku masih ingin memandangi Hoya. Apalagi jika dia sedang bermain sepakbola,” ujar Hye Ra mulai membayangi ia benar-benar melihat Hoya bermain sepakbola dari dekat. Saat pemuda itu mendekat ke arahnya, dengan siap sedia Hye Ra memberikannya air minum sambil mengapus sisa keringat di wajah Hoya menggunakan handuk kecil.
        Myungsoo hanya menepuk keningnya menanggapi sikap berlebihan Hye Ra jika sudah menyangkut tentang Hoya.
        “Myungsoo…” gumam Hye Ra pelan dengan tubuh membeku sambil tetap menatap ke luar jendela.
        “Iya aku tau, Hoya pasti terlihat sangat keren saat bermain sepakbola,” cibir Myungsoo mencoba memperagakan gaya Hye Ra jika sedang menggilai seorang Hoya.
        Tapi bukan itu. Hye Ra benar-benar membeku karena di lapangan terjadi sebuah insiden. Salah seorang pemain tampak bertabrakan dengan pemain lain hingga ia tersungkur di rumput. Seketika permainan berhenti dan pemain yang lain mulai mengerubungi pemain yang tersungkur itu.
        Hye Ra membanting buku di tanganya dengan kasar. “MINWOO!” teriaknya dan segera melesat meninggalkan perpustakaan.
        Mendengar Hye Ra menyebut, bahkan meneriakan nama adiknya, Myungsoo langsung bangkit menuju jendela dan memastikan apa yang baru saja dilihat Hye Ra. Tidak terlalu jelas terlihat karena pandangan Myungsoo tertutup pemain lain. Tapi bisa dipastikan telah terjadi sesuatu. Dan tanpa pikir panjang, Myungsoo segera menyusul Hye Ra.

***

        “Yang lain lanjutkan latihannya,” perintah Hoya pada anggota tim sepakbolanya. Terutama untuk angkatan di bawahnya yang segera saja menuruti tanpa protes.
        “Aww! Hyung, sakit!” pemuda yang terjatuh tadi meringis saat Dongwoo yang anggota tim sepakbola juga, berusaha memberikan pertolongan pertama padanya.
        Dongwoo melirik Hoya yang kini sudah berlutut di sampingnya. Seakan meminta bantuan saran apa yang sebaiknya dilakukan untuk anak itu.
        “Minwoo, biasanya Myungsoo masih menunggumu, kan?” Tanya Hoya pada anak yang cedera itu.
        “Itu Hye Ra noona,” tunjuk Minwoo pada Hye Ra yang sudah mendekat.
        Hye Ra mendorong paksa tubuh Dongwoo agar ia bisa berlutut di samping Minwoo. “Apa yang terjadi pada adikku?” Tanya Hye Ra kesal pada Dongwoo seakan pemuda itu penyebab Minwoo seperti ini.
        “Noona, aku bukan bertabrakan dengan Donghoo hyung,” Minwoo tampak membela Dongwoo dan tentu saja pemuda itu membenarkan ucapan Minwoo.
        Sementara itu, Hoya tampak berdiri saat melihat Myungsoo menyusul Hye Ra. “Ku rasa adikmu membutuhkan pertolongan medis.”
        Myungsoo hanya mengangguk tanda mengerti. Ia lalu berlutut di sisi lain Minwoo. “Kau bisa berdiri?” Tanya Myungsoo memastikan keadaan adiknya.
        Susah payah Minwoo berdiri di bantu oleh Myungsoo dan Dongwoo juga. Hoya sendiri baru kembali sambil menyerahkan tas olahraga milik Minwoo.
        “Maaf aku tidak bisa menjaga adikmu dan menemaninya ke rumah sakit,” ujar Hoya sedikit bersalah.
        Tentu saja momen berharga seperti ini tidak di sia-siakan Hye Ra begitu saja. “Kau tidak perlu meminta maaf. Aku yakin kejadian tadi benar-benar kecelakaan. Dan untuk Minwoo kau tidak perlu khawatir karena ada aku dan Myungsoo yang akan menjaganya.”
        Bisa dipastikan Myungsoo merasakan kejanggalan karena tidak ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Saat menoleh, ia mendapati Hye Ra masih berusaha menyibukkan diri bersama Hoya.
        Myungsoo meminta Dongwoo dan Minwoo untuk berhenti sesaat. “Hye Ra!” teriaknya.
        “Iya iya!” seru Hye Ra terpaksa karena menurutnya Myungsoo telah sangat mengganggu.


***

5 komentar:

  1. sepertinya Sungyeol adalah pacar atau mantan pacarnya Hye Ra??

    BalasHapus
  2. sabar part selanjutnya ya... ini kan baru 1...

    BalasHapus
  3. hehehehe
    sipp author..
    ditunggu segera yah author.. ^_^

    BalasHapus
  4. insya Allah setelah Blue Flame part 12 ya...

    BalasHapus
  5. sippp..
    atur ajah..
    yang penting tinggal baca dan comment.. ^_^

    BalasHapus