Senin, 29 Juli 2013

WANNA BE LOVED YOU (part 5)



Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
  Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast     : Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast     : (Boy Friend) Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
  Donghyun, Youngmin, Kwangmin
Genre               : romance, family
Length              : part

***

        Setelah memarkirkan mobilnya, Myungsoo tidak langsung masuk ke kelas, tapi ia menuju pintu gerbang utama sekolahnya. Tak lupa Myungsoo membawa serta adiknya, Minwoo, untuk menemaninya di sana.
        “Kenapa tidak nanti saja kau ceritakan di kelas,” keluh Minwoo yang terlihat tak ikhlas menemani kakaknya.
        Myungsoo mengedarkan pandangan ke jalan raya seperti menunggu kedatangan sesuatu. “Hye Ra harus menjadi orang pertama yang tau. Tidak akan berkesan lagi kalau sudah sampai kelas.”
        Minwoo menepuk-nepuk pundak Myungsoo. Dengan sangat terpaksa Myungsoopun membalikkan badan. “Lalu kau anggap aku dan si kembar itu apa jika kau ingin Hye Ra noona jadi orang pertama yang tau?”
        “Ah, iya… Maaf Minwoo.” Hanya itu yang dikatakan Myungsoo, ia lalu kembali mengedarkan pandangannya ke jalan. Tak lama, Myungsoo tampak menegakkan badannya saat sebuah mobil yang sudah sangat ia kenal berhenti tak jauh dari gerbang.
        “Hyung, tunggu!” pekik Minwoo karena Myungsoo sudah lebih dulu melesat menuju mobil itu. Saat Minwoo menyusul, ternyata Myungsoo sudah membukakan pintu mobil dan menarik paksa Hye Ra untuk segera ikut bersamanya.
        “Ada apa dengan kakakmu?” tegur Sunggyu dari dalam mobil.
        Minwoo hanya mengangkat bahu. “Apa kabar hyung?” seru Minwoo setelahnya. Ia baru ingat bahwa sudah lama ia tak bertemu dengan kakak sepupunya itu karena kesibukan mereka masing-masing.
        “Baik. Hmm… maaf waktu itu aku tak sempat menjengukmu di rumah sakit,” ujar Sunggyu merasa bersalah.
        “Jangan khawatir, hyung. Lagi pula, aku hanya semalam saja dirawatnya.”
Sunggyu hanya mengangguk mendengar ucapan Minwoo. “Ya sudah, hyung harus berangkat ke café.”
        “Ku usahakan besok akan main ke cafemu hyung,” seru Minwoo sebelum Sunggyu pergi.
        Sunggyu pun bersiap pergi bersama mobilnya. “Ku tunggu ya,” ujarnya seolah Minwoo tidak boleh melupakan janjinya.
        “Iya. Hati-hati di jalan, hyung.”
        Setelah mobil Sunggyu melesat, Minwoo kembali ke dalam sekolah. Dan tentu saja Myungsoo dan Hye Ra sudah tidak terlihat di sana.

***

        Myungsoo menarik tangan Hye Ra sampai koridor di depan kelas mereka. Tapi Myungsoo tak langsung mengajak gadis itu ke dalam.
        “Ada apa?” Tanya Hye Ra curiga dengan sikap aneh yang ditunjukkan Myungsoo pagi ini.
        Myungsoo mengawasi sekitar. Beruntung pagi ini masih belum terlalu banyak siswa yang berlalu-lalang. Pemuda itu mendekatkan wajahnya ke telinga Hye Ra dan membisikkan sesuatu di sana.
        Mata Hye Ra perlahan melebar seiring dengan tiap kata yang dibisikkan Myungsoo. “Benarkah?” serunya untuk meyakinkan bahwa ia tak salah dengar.
        Myungsoo mengangguk penuh semangat.
        “Kapan kau melakukan itu?”
        “Kemarin setelah menelponmu.”
        “Kenapa tak kau katakan di telpon?” protes Hye Ra.
        Myungsoo hanya menyunggingkan senyumannya. “Aku ingin mengatakannya langsung padamu.”
        “Lalu, apa kau juga cerita pada Minwoo?” Tanya Hye Ra tak kalah senang dengan berita baik yang disampaikan sepupunya itu.
        Tapi kali ini wajah Myungsoo berubah murung. “Minwoo dan temannya yang kembar itu bahkan menguping saat aku menyatakan perasaanku pada Eun Gi.”
        Hye Ra terkekeh mendengar cerita kejahilan Minwoo terhadap kakaknya. “Youngmin dan Kwangmin juga?” tawa Hye Ra semakin menjadi. “Harusnya aku tidak pulang cepat kemarin.”
        Myungsoo menatap kesal Hye Ra yang tak bisa berhenti tertawa. “Jika kau masih tertawa, aku tidak tadi mentraktirmu makan.”
        Mendengar Myungsoo berniat mentraktir makan, Hye Ra bersusah payah berhenti tertawa. “Oke… Oke… Aku tidak akan tertawa,” serunya sambil sesekali menutup mulut. Ia belum bisa benar-benar menghentikan tawanya. Tapi kali ini Hye Ra benar-benar berhenti tertawa karena Myungsoo tak berhenti memberikannya tatapan membunuh. “Sudah, kan? Kau ingin mentraktiru di mana?”
        “Di café Sunggyu hyung,” jawab Myungsoo enteng.
        Hye Ra justru lebih memilih meninggalkan Myungsoo ke dalam kelas.
        “Hye Ra, tunggu!” teriak Myungsoo sambil mengejar. “Memangnya ada yang salah?”
        Hye Ra duduk di kursinya. Ia dan Myungsoo tak sadar jika mereka sedikit membuat kegaduhan saat baru datang. Dan tentu saja momen tadi sukses menyita perhatian Hoya dan Haesa yang juga sudah di sana.
        “Kau pasti akan meminta potongan harga. Aku tidak mau kakakku rugi karenamu.”

***

        “Hai Sungyeol oppa,” tegur Hye Ra saat baru sampai di café.
        Sungyeol menghentikan sejenak pekerjaannya. “Mau ku buatkan sesuatu?” tawarnya seperti biasa.
        Hye Ra meletakkan ranselnya di meja bar lalu menatap Sungyeol penuh arti. “Sepertinya aku sedikit merasa sakit ditenggorokanku.”
        “Bagaimana kalau ku buatkan lemon hangat?”
        “Sepertinya kau memang selalu mengerti diriku,” seru Hye Ra. Tanpa sadar ia mengagumi sosok Sungyeol dengan perhatian-perhatian kecil untuknya. “Ku tunggu, ya.”
        Sungyeol tampak tak bisa membendung senyumannya. “Benarkah aku bisa mengerti dirimu, Hye Ra?” gumam Sungyeol dalam hati. Tak lama pemuda itu mengantarkan minuman untuk Hye Ra.
        “Oppa, terima kasih.”
        Segera Sungyeol kembali ke tempatnya dan berkutat lagi dengan pekerjaannya.
        “Itu untuk siapa?” Tanya Hye Ra heran. Karena menurut pandangannya sudah tidak ada pelanggan yang menunggu minumannya di antar. Sementara Sungyeol sibuk membuatkan 3 gelas milk shake.
        “Untuk Woohyun hyung, Jeongmin dan Hyunseong. Mereka sudah sangat bekerja keras hari ini.”
        Hye Ra tertegun dengan ucapan Sungyeol tadi. “Ternyata dia memang perhatian pada siapa saja. Percaya diri sekali bahwa dia hanya peduli padaku.” Gadis itu mengalihkan pandangannya saat mendapati Sungyeol meliriknya.
        Sungyeol kembali tersenyum meski hanya melihat Hye Ra dari samping. Ia lalu memutar badannya ke belakang untuk memberikan minuman pada Woohyun melalui jendela yang terhubung ke arah dapur. Tak lama Jeongmin tampak mendekat ke tempatnya.
        “Mana Hyunseong?” Tanya Sungyeol. Namun tangannya tampak menyodorkan gelas ke arah Jeongmin.
        “Sepertinya ke toilet. Oh, ini untukku?” Jeongmin tampak terkejut mendapati Sungyeol memberikan minuman padanya. “Terima kasih,” ujarnya setelah Sungyeol mengangguk membenarkan pertanyaannya.
        Hye Ra berusaha mengalihkan pikirannya dari Sungyeol dengan menyibukkan diri bersama tugas sekolahnya.
        “Hye Ra…”
        Gadis itu mendongak saat ada seseorang yang menyebut namanya. Ternyata Sunggyu. “Oppa jadi pergi? Kapan akan pulang?”
        Sunggyu memang sudah rapih dan membawa sebuah ransel berukuran sedang. Ia ada acara kemping dari kampusnya. “Jangan membuatku mengurungkan niat untuk pergi,” ujar Sunggyu dengan berat hati.
        Hye Ra tersenyum untuk mengubah suasana. “Maaf, oppa. Kalau begitu kau boleh pergi. Dan untuk urusan café, serahkan padaku.”
        Sunggyu terkekeh melihat adiknya yang kelewat percaya diri. Ia lalu mengacak rambut Hye Ra dengan gemas membuat adiknya melotot tak terima. “Nanti akan aku bawakan sesuatu untukmu,” rayu Sunggyu agar ia tak terlalu terbebani untuk pergi.
        “Oleh-oleh yang ku ingin hanya oppaku.”
        Sunggyu tertegun mendengar ucapan adiknya. Biar bagaimanapun, memang hanya ia keluarga yang dimiliki Hye Ra sekarang. Meski ada Myungsoo dan Minwoo, tapi hubungan kakak adik kandung memang berbeda.
        “Hyung, sebaiknya kau cepat pergi.” Woohyun yang tiba-tiba muncul, langsung mendorong tubuh Sunggyu untuk menjauh dari Hye Ra. Bukan berniat jahat. Tapi Woohyun hanya ingin merubah suasana haru seprti tadi agar lebih ceria. “Kau tenang saja, aku dan yang lain akan menjaga adikmu dengan baik.”
        Jeongmin ikut membantu Woohyun membawa Sunggyu ke luar dari café.
        “Kau jaga diri,” teriak Sunggyu dari kejauhan.

***

        Hyunseong mengetuk-ngetuk pintu ruangan Sunggyu. “Hye Ra!” teriaknya karena gadis itu yang berada di sana.
        Tak lama terdengar pintu terbuka dengan kasar. “Ada apa?” Tanya Hye Ra mendengar kepanikan Jeongmin.
        “Ada pelanggan yang ingin protes,” seru Jeongmin. Dan Hye Ra segera melesat ke luar bahkan sebelum Jeongmin menjelaskan kronologi kejadian yang sebenarnya.
        Di dekat salah satu meja pelanggan Hye Ra mendapati Sungyeol sedang membereskan pecahan gelas yang berserakan di lantai. Karena Sunggyu sedang tidak berada di tempat, gadis itu lah yang menggantikan posisi kakaknya.
        “Maaf tuan, kami akan…”
        “Hye Ra?”
        Gadis itu mendongak dan mendapati Dongwoo di sana. “Kenapa kau ada di sini?” protesnya dengan nada bicara yang berubah 180 derajat dari niat sebelumnya yang ingin meminta maaf.
        Dongwoo menatap Hye Ra tak berkedip. “Jadi kau pemilik café ini?” serunya kagum.
        Hye Ra sendiri tampak malas meladeni Dongwoo. “Sudahlah, aku akan mengganti pesananmu,” Hye Ra hendak pergi, namun tangannya di tahan oleh Dongwoo.
        “Duduk! Dan aku tidak akan berbuat macam-macam pada cafemu,” ujar Dongwoo serius. Ada nada setengah mengancam di sana.
        Hye Ra setengah mati menahan kesal. Andai saja ia sedang tidak menggantikan posisi kakaknya. Mungkin ia sudah menendang Dongwoo ke luar dari cafenya. Namun keadaan sebenarnya tidak seperti itu. Hye Ra tidak bisa bahkan tidak boleh melawan pelanggan. Meski itu seorang Dongwoo sekalipun.
        “Temani aku makan sebentar,” ujar Dongwoo lagi.
        Dengan sangat terpaksa gadis itu menghempaskan tubuhnya ke kursi di depan Dongwoo. Namun matanya menatap nanar punggung Sungyeol yang semakin menjauh.
        Woohyun ke luar menghampiri Hyunseong di dekat meja bar tepat saat Sungyeol berjalan juga ke arah sana, namun pemuda itu langsung ke belakang.
        “Ada apa?” Tanya Woohyun setengah panic.
        “Sebenarnya Dongwoo yang tak sengaja menabrak Sungyeol. Tapi Sungyeol yang merasa bersalah. Jadinya Dongwoo memaksa minta dipanggilkan menejer kita. Kau tau kan Sunggyu hyung sedang tidak di sini, jadilah Hye Ra yang terpaksa menemui Dongwoo,” jelas Hyunseong panjang lebar.
        Tawa Woohyun terdengar tertahan. Saat Hyunseong menoleh, Woohyun tertawa lepas. “Jadi Dongwoo…” Woohyun tak melanjutkan ucapannya karena sibuk tertawa. Ia memang mengetahui tentang fans Hye Ra nomor satu tersebut. Tak di sangka Dongwoo sangat beruntung dan pintar memanfaatkan kesempatan.
        Dari meja pelanggan, Hye Ra bisa melihat Woohyun yang sangat bahagia di atas penderitaannya yang harus terjebak bersama Dongwoo. Ia mencoba memberikan Woohyun tatapan mengancam, namun tampaknya itu tak berpengaruh apapun.
        Hye Ra mengalihkan pandangannya lalu jatuh pada buku yang biasa untuk mencatat pesanan pelanggan. Tampaknya itu yang tadi di bawa Sungyeol dan sekarang tertinggal di sana. Dongwoo sendiri tampaknya terlalu sibuk dengan makanannya. Diam-diam Hye Ra mengulurkan tangannya untuk meraih buku tersebut dan menuliskan sesuatu di sana.
        Tepat saat Jeongmin berlalu, Hye Ra dengan cepat melempar buku tersebut ke atas baki kosong yang akan di bawa Jeongmin kembali ke dapur. Jeongmin hanya menoleh sekilas tanpa mengurangi kecepatan langkahnya sedikitpun.
        Sementara itu Woohyun dan Hyunseong masih mengawasi Hye Ra dari depan meja bar.
“Sepertinya setelah ini Hye Ra akan benar-benar membunuh kit, hyung,” seru Hyunseong yang bergidik ngeri melihat betapa Hye Ra kesal setengah mati. Tangannya terulur untuk meraih buku di atas baki yang di bawa Jeongmin ke sana.
        Sementara Woohyun tetap terkekeh seolah ketakuta Hyunseong hanyalah lelucon biasa.
        Hyunseong menyenggol lengan Woohyun. Saat pemuda itu menoleh, ia membentangkan sebuah tulisan di buku tadi ke hadapan Woohyun. Somebody help me, pleaseee!!!
Lagi-lagi Woohyun terkekeh membaca tulisan tadi. Ia melirik Hye Ra yang tak pernah melepaskan pandangannya ke arah Woohyun dan Hyunseong. Woohyun tampak menggeleng untuk menggoda Hye Ra. Tentu saja Hye Ra membulatkan matanya dan jika Woohyun berada di dekat gadis itu, ia akan bisa mendengar sumpah serapah yang dilancarkan Hye Ra.
        Woohyun menyuruh Hyunseong dan Jeongmin yang mengurus Hye Ra, sementara dirinya harus kembali ke dapur. Hyunseong dan Jeongmin segera menuju meja tempat Hye Ra berada.
        “Hye Ra, Woohyun hyung membutuhkan bantuanmu,” seru Hyunseong. Tentu saja itu hanya bohong.
        Hye Ra bangkit, dan Dongwoo pun berusaha mengejar gadis itu namun Jeongmin lebih dulu menahannya untuk kembali duduk. “Kau hanya ingin ada yang menemani, kan? Aku akan menggangtikan Hye Ra di sini,” paksa Jeongmin sambil menyuruh Dongwoo untuk kembali duduk.
        “Hye Ra!” panggil Dongwoo, tapi Jeongmin dengan agresifnya tak membiarkan Dongwoo mengejar Hye Ra. Tentu saja itu semua bagian dari rencana yang ia susun bersama Hyunseong.
        “Oppa terima kasih telah menyelamatkanku,” ujar Hye Ra pada Hyunseong saat menuju dalam. Ia sengaja kembali ke ruangan Sunggyu. “Jika Dongwoo sudah pergi, kabari aku.”

***

        Hye Ra ke luar dari ruangan Sunggyu dan langsung menuju meja bar. Café sudah hampir tutup. Jeongmin, Hyunseong dan beberapa karyawan lain tampak sibuk membereskan café. Gadis itu duduk di kursi andalannya. Matanya tercengang melihat tumpukan buku-bukunya yang sudah rapih. Padahal ia ingat saat terakhir meninggalkan meja bar, kondisi meja cukup mengenaskan.
        Hye Ra melirik ke tempat biasa Sungyeol berada. Tapi hanya ada ponselnya di dekat meja kasir. “Mana Sungyeol oppa?” Tanya Hye Ra pada Jeongmin yang tak sengaja lewat di hadapannya.
        “Tadi dia buru-buru pulang,” jelas Jeongmin sambil berlalu.
        “Dia bilang ibunya sakit. tapi ku rasa Sungyeol juga dalam keadaan kurang sehat,” tambah Hyunseong yang juga melintas di hadapan gadis itu dari arah yang berlawanan dengan Jeongmin.
        “Berarti ponselnya tertinggal,” gumam Hye Ra yang sedetik kemudian menyambar ponsel milik Sungyeol dan membawanya ke dalam. Ke ruangan Sunggyu lebih tepatnya. Gadis itu memeriksa computer di meja kerja kakaknya. Mencari file yang berisi daftar alamat seluruh karyawan yang bekerja di café itu.
        Setelah menemukan alamat rumah tempat Sungyeol tinggal, Hye Ra mencatatnya dalam selembar kertas kecil. Beberapa kali gadis itu menatap dengan seksama tulisan tangannya. “Ini seperti alamat di daerah rumah lamaku sebelum ayah dan ibu meninggal,” ujar gadis itu pelan. Diperhatikannya sekali lagi kertas tadi. “Benar, tapi hanya berbeda blok dari rumahku.”
        Hye Ra segera melesat ke luar, kembali ke meja bar untuk mengambil ransel dan sweaternya. “Oppa, aku pulang duluan,” pamitnya pada Hyunseong yang kebetulan ada di sana.
        “Aku sebentar lagi menyelesaikan ini. Kau bisa pulang bersamaku.”
        “Aku ingin pulang sendiri saja.” Hye Ra menolak ajakan Hyunseong. “Sampaikan pada Woohyun oppa.” Gadis itu segera melesat menuju pintu ke luar.
        “Mau ku antar pulang?” tawar Jeongmin. Namun Hye Ra melambaikan tangannya menolak ajakan Jeongmin sambil tetap berjalan ke luar café.
        Karena alamat Sungyeol masih familiar untuknya, Hye Ra tak terlalu mengalami kesulitan mencarinya. Ia memilih naik bus karena hari juga belum terlalu malam meski jarak yang harus di tempuh tidak tidak terlalu dekat. Lagipula besok sekolahnya libur, jadi anggap saja ia sekalian jalan-jalan selagi Sunggyu tak ada.
        Selama perjalanan gadis it uterus berpikir. “Mungkinkah Sungyeol oppa benar-benar tinggal di sana?” tanyanya seorang diri. Terdengar cukup janggal bahwa Sungyeol tinggal di rumah mewah, sedangkan ia hanya bekerja di café yang tidak terlalu besar.
Akhirnya Hye Ra sampai di tempat tujuan. Gadis itu tampak ragu untuk menekan bel. Jika benar ini rumah keluarga Sungyeol, untuk apa pemuda itu mau bersusah payah bekerja di cafenya. Sungyeol bisa saja mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik dari pada harus sekedar menjadi pelayan café.
        “Ibu, hentikan! Telingaku sakit!”
        “Biar saja. Rasakan ini karena kau berani-beraninya mengerjai ibumu!”
        Terdengar sedikit keributan dari dalam rumah.
        “Iya iya, aku janji tidak akan melakukan itu lagi. Aku akan lebih berhati-hati lagi menjaga ponselku.”
        Di luar pagar, Hye Ra membeku mendengar suara pemuda itu. Sangat mirip dengan suara Sungyeol. Tapi Sungyeol yang ia kenal adalah pemuda baik yang tidak banyak bicara. Bukan seperti pemuda itu yang bahkan berani mengerjai ibunya. Entah apa yang telah dilakukan pemuda itu. Tapi yang pasti sudah membuat ibunya marah besar seperti tadi.
        Hye Ra menggeleng kuat dan berniat pergi dari sana. Baru saja berbalik, ia mendengar suara pintu terbuka.
        “Siapa?” teriak seseorang dari balik pagar.
        Hye Ra tak mungkin lagi untuk kabur. Ia menghela napas sebelum memutuskan untuk membalikkan badan.
        “Hye Ra?”
        “Sungyeol oppa?”
        Ternyata pemuda itu benar-benar Sungyeol. Sungyeol seorang karyawan café milik Sunggyu yang Hye Ra kenal. Buru-buru pemuda itu membukakan pintu pagar.
        “Ada apa kau ke sini?” Tanya Sungyeol panic seolah rahasia terbesarnya telah terbongkar. Tapi sepertinya, memang ada satu rahasia Sungyeol yang sudah terbongkar oleh Hye Ra. Yaitu bahwa pemuda bernama Lee Sungyeol yang bekerja di café milik Sunggyu adalah seorang anak orang kaya.
        “Aku…” Hye Ra tak meneruskan ucapannya karena merasakan tetesan air jatuh di puncak kepalanya. Saat mendongak dan menengadahkan tangan, tetesan air itu semakin banyak dan lama-kelamaan semakin deras.
        Tanpa perintah, Sungyeol menarik tangan Hye Ra dan membawanya ke dalam untuk berteduh. Dan tak ada penolakan dari gadis itu karena keadaannya memang tidak memungkinkan untuk menolak. Yang ada tubuh Hye Ra bisa basah kuyup karena kehujanan.
        “Kau belum jawab pertanyaanku,” seru Sungyeol menagih.
        “Ah, iya.” Hye Ra yang langsung teringat sesuatu, membuka ranselnya dan mengeluarkan sebuah ponsel. “Milikmu.” Gadis itu menyodorkan ponsel ke arah Sungyeol. “Tertinggal di meja bar.”
        Sungyeol terkesiap. Pemuda itu meraih ponsel dari tangan Hye Ra sambil menghela napas, lega. “Ku pikir benar-benar hilang.”
        “Kenapa tak mencoba menelponnya tadi. Mungkin yang akan menjawab aku, Jeongmin oppa atau Hyunseong oppa.”
        Sungyeol tak menjawab. Ia justru hanya menggaruk belakang kepalanya yang tidak dalam keadaan gatal. “Sebenarnya…” ucapan Sungyeol terputus saat mendengar suara pintu di belakang mereka terbuka.
        “Kenapa temanmu tidak di ajak masuk?”
        “Ibu…” Sungyeol tergugup mendapati ibunya di sana. Terlebih ia bersama seorang gadis di sana.
        Hye Ra mengangguk sekilas. Ia juga bingung harus melakukan apa di depan ibunya Sungyeol.
        “Ayo masuk…” ajak ibunya Sungyeol yang sudah menarik lengan Hye Ra.
Gadis itu sempat melirik Sungyeol, namun tak ada yang bisa di harapkan. Sungyeol hanya tersenyum kemudian mengikuti masuk ke dalam rumah.
        “Siapa namamu?” Tanya ibunya Sungyeol saat mengajak Hye Ra duduk di ruang tamu.
        Hye Ra menautkan jari-jarinya yang mulai terasa dingin. “Kim Hye Ra, tante.”
        Ibu Sungyeol menatap Hye Ra seperti melihat malaikat cantik. Wanita itu tersenyum lalu membelai rambut panjang Hye Ra yang sedang terurai membuat gadis itu gugup membeku. Sudah hampir dua tahun ia tak merasakan hal seperti itu. Namun itu juga yang membuat Sungyeol mengawasi mereka dengan waswas. Sungyeol tak sanggup membayangkan reaksi Hye Ra setelah ini. Mungkin Hye Ra akan marah, atau… benar-benar tak bisa di bayangkan.
        “Kalau kau tidak keberatan, kau boleh memanggilku ibu.”
        Bibir Hye Ra bergetar. Entah ia masih bisa menyebut kata itu atau tidak. Yang bisa ia lakukan sekarang adalah, mendekatkan tubuhnya ke arah ibunya Sungyeol lalu memeluk wanita itu sekuat-kuatnya. Menangis sekeras-kerasnya, melepaskan rindu pada seseorang yang sudah tidak bisa ia rengkuh lagi jiwanya.
        Begitupula baginya ibunya Sungyeol. Wanita itu seakan menemukan kembali putrinya yang hilang. Saat pertama kali bertemu, ia sudah jatuh cinta pada gadis itu. Bukan hanya ia, bahkan putranya pun sudah lebih dulu jatuh cinta pada Hye Ra.
        “Sungyeol!”
        Pemuda itu tersadar dari lamunannya saat ibunya meneriaki namanya. “Iya, bu.”
        “Kenapa kau hanya berdiri di sana? Ayo ambilkan Hye Ra minuman,” titah ibu Sungyeol.
        “Oh,” sahut Sungyeol singkat.
        “Oppa tidak usah,” suara Hye Ra menghentikan langkah Sungyeol. “Akui ingin pulang saja. Kapan-kapan aku akan main lagi ke sini.”
        Sungyeol mengurungkan niat untuk ke dalam. “Ya sudah. Aku ambil jaketku dulu di dalam.”
        “Pulang? Ini sudah malam dan lagi pula di luar hujannya deras. Ibu tidak setuju jika Sungyeol mengantarmu menggunakan motor.”
        “Lalu aku akan mengantar Hye Ra menggunakan apa? Bukankah ibu menyita mobilku dan mobil ibu juga sedang ada di bengkel?” protes Sungyeol. Benar-benar berbeda dengan Sungyeol yang Hye Ra kenal di café.
        “Siapa yang menyurukmu mengantar Hye Ra pulang?” ibu Sungyeol balik bertanya. “Ku rasa hujan akan turun lama. Hye Ra akan menginap di sini.” Ucapan ibunya Sungyeol sama sekali tak bisa di bantah. Dua remaja itu hanya bisa terkejut dan saling melempar tatapan satu sama lain tanpa ada yang bisa membantu.


***

5 komentar:

  1. jiah kebiasaan dah.. lagi enak2 baca udah habis part nya.. hehehe

    OMO!!!
    kenapa Dongwoo disitu menyebalkan sekali??
    tapi akhirnya Hye Ra bisa lepas juga dari Dongwoo.. hihihi
    Woohyun kayanya bahagia banget ketawanya saat Hye Ra bener2 ga bisa ngapa2in pas lagi sama Dongwoo.. parah banget.. tertawa diatas penderitaan orang lain.. wkwkwk
    minta di lempar lagi tuh sama Hye Ra pake daftar menu.. hahahaha

    Kit itu apa??
    bener apa yang dikatain sama Sungyeol, kalo ibu nya bener2 merindukan anak perempuannya yang hilang.. hmmm...

    BalasHapus
  2. biasalah,, Dongwoo kan fans Hye Ra nomor 1... bisa banget ngegunain kesempatan... iye bener, harusnya Woohyun di tampol dulu... wkwkwkwk

    kan waktu Sungyeol ngejanjiin mau ngajak Hye Ra ketemu ibunya, dia bilang ibunya emang pengen banget punya anak cewek... hmm... Hye Ra jadi seperti menemukan pengganti ibunya yang udah meninggal...

    BalasHapus
  3. iya tau Dongwoo fans beratnya Hye Ra nomor 1, tp ga gtu juga kaleeee....
    pas bagian itu nyebelinnya dapet banget..hahaha
    iye bener.. mencari kesempatan dalam kesempitan..
    nah ntu die.. Woohyun blm kena lempar buku menu yang ke 2x aja sama Hye Ra.. wkwkwkwkwk

    ne..ne. ne...
    dan akhirnya mereka bertemu dengan cara yang seperti itu..

    eh, itu Kit apa???

    BalasHapus
  4. kok Woohyun kena lemparan buku yg ke2 kalinya? perasaan emang nggak kena lempar deh...

    BalasHapus
  5. iya emang engga..
    maksudnya, si Woohyun blm aja kena lemparan yang ke 2x sama Hye Ra pake buku menu gara2 dy ketawa ngakak banget pas Hye Ra sama Dongwoo.. trz Hye Ra nya ga bisa ngapa2in.. bgtu..
    ngerti ga maksdunya??

    BalasHapus