Sabtu, 27 Juli 2013

BLUE FLAME BAND (part 13)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun (2PM)
·        Doojoon (Beast/B2ST)
·        Luhan (Exo-M)
Original cast     : Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast     :
·        Yong Hwa (CN Blue)  
·        Yoona (SNSD)
·        Minho (SHINee)
·        Yunho (TVXQ)
·        Sungmin (Super Junior)
·        Dongho (U-Kiss)
Genre               : romance
Length              : part

***

        Usai mengakhiri obrolannya di telpon, Joon masih menatap ponselnya beberapa saat.
        “Hyung, kau akan ke mana? Kita masih mendapat libur sampai besok.”
Terdengar sedikit keributan dari dalam. Saat menoleh, Joon mendapati Luhan menahan Doojoon yang sudah siap dengan koper besarnya. Tampak pemuda itu akan kembali lebih awal dari jadwal mereka. Seperti apa yang dikatakan Luhan tadi, mereka masih mendapat libur sampai besok.
        Setelah beberapa saat sibuk dengan pikirannya sendiri, Joon tiba-tiba seperti teringat sesuatu. “Kenapa baru terpikirkan olehku,” pekiknya menyesal lalu kembali ke dalam.
        Doojoon menatap Luhan tajam. “Jangan halangi aku. Aku harus kembali sekarang karena…”
        “Karena apa, hyung?” desak Luhan karena Doojoon menggantung kata-katanya.
        Doojoon menghela napas sebelum menjawab pertanyaan tersebut. “Karena, pertunangan Sung Hye dipercepat menjadi malam ini.” Pemuda itu berujar dengan nada cukup tinggi.
        “Ada apa ini?” seru Nichkhun yang muncul dari dapur. Dan Siwan juga tampak ke luar dari kamarnya karena mendengar suara Doojoon.
        “Kau tidak bisa pergi,” putus Joon seenaknya.
        “Ku mohon jangan seperti itu, hyung!” Doojoon melancarkan protesnya.
        “Kau tidak boleh pergi tanpa menungguku.” Joon cepat-cepat melesat menuju kamarnya. Kebetulan ia sekamar dengan Siwan serta Nichkhun, dan Siwan yang masih di sana berdiri di ambang pintu berusaha menghalangi leader mereka itu.
        “Kau ingin pergi juga?”
        “Siwan ku mohon. Aku tidak tenang di sini. Ku rasa Yoona menyembunyikan Hye Ra dariku,” ujar Joon memelas.
        Siwan tampak melempar tatapan dengan Nichkhun. Selagi Siwan lengah, Joon segera menerobos masuk ke kamarnya.
        “Sepertinya percuma jika kita masih berlibur di sini. Aku tidak tenang tanpa Joon dan Doojoon.” Setelah bicara, Nichkhun menyusul Joon ke dalam kamar.
        Tersisa Siwan, Luhan dan Doojoon di sana.
        “Hyung, apa kita akan pulang juga?” Tanya Luhan.
        “Cepat bersiap-siap,” perintah Siwan yang segera masuk ke kamarnya meninggalkan Luhan bersama Doojoon.
        “Hyung, ku rasa pulang lebih baik.” Giliran Luhan yang kembali ke kamarnya. Saat sampai di depan pintu, ia kembali menoleh ke arah Doojoon yang sudah duduk di kursi menunggu member yang lain bersiap-siap untuk pulang. “Hyung, kau jangan coba-coba untuk kabur duluan ya.” Terdengar Luhan mengancam, namun cara bicaranya yang lucu membuat Doojoon tak bisa memungkiri sudut bibirnya terangkat.

***

        Sesampainya di bandara, member ‘Blue Flame’ sudah dijemput oleh sebuah mobil. Sesuai kesepakatan, mereka akan menemani Doojoon menemui Sung Hye di rumah gadis itu.
Sekitar satu jam kemudian, mereka sampai di depan rumah Sung Hye. Doojoon yang paling pertama melesat ke dalam lalu diikuti member yang lain. Dan tepat sekali, seseorang yang menyambut kedatangan Doojoon dan kawan-kawan adalah Sung Hye sendiri membuat pemuda itu tak bisa menahan diri untuk tidak memeluk kekasihnya itu.
        “Maafkan aku Sung Hye,” bisik Doojoon.
        Sung Hye menjauhkan tubuhnya dari Doojoon. Matanya sudah basah karena air mata. “Aku yang seharusnya meminta maaf padamu,” seru Sung Hye penuh penyesalan. “Andai saja sejak dulu aku sudah mengenalkanmu pada keluargaku. Kita pasti…”
        Doojoon kembali mendekap Sung Hye dan tak mengijinkan gadis itu lebih dalam lagi menyesali perbuatannya. Sementara itu, Joon, Siwan, Nichkhun dan Luhan menatap ke arah sepasang kekasih penuh haru tersebut.
        Joon menyikut pelan lengan Luhan yang kebetulan berada di sampingnya. “Kita tinggalkan mereka,” ajaknya. Tanpa pamit, Joon dan yang lain meninggalkan Doojoon di sana.
        “Sesampainya di dorm nanti, aku akan ke luar lagi,” kata Siwan sebelum masuk ke dalam mobil.
        “Hyung, aku ikut,” pinta Luhan.
        Nichkhun menepuk pelan kepala Luhan yang kebetulan berdiri di depannya. “Kau pikir Siwan akan bersenang-senang?”
        Joon menatap Siwan menuntut penjelasan karena sepertinya pemuda itu hanya bercerita pada Nichkhun.
        “Aku tau kau ingin menemui Hye Ra, kan?” goda Siwan. “Aku juga, hyung.”
        “Kau ingin menemui Hye Ra juga?” pertanyaan Joon terdengar tak suka jika Siwan juga ingin bertemu dengan Hye Ra.
        “Ku pikir kau sudah mulai memahami anggotamu,” sindir Nichkhun dengan tatapan kecewa membuat Joon justru semakin bingung menanggapinya. Ia pun lebih memilih masuk ke dalam mobil terlebih dulu.
        “Kau ingin menemui Hye Ra, kan?” Luhan yang terlihat sudah tak sabar, membuka pintu mobil bagian depan. “Ayo cepat,” serunya seraya mendorong tubuh Joon untuk masuk.
        “Oke oke,” dengan terpaksa Joon menuruti Luhan.

***

        Sesampainya di dorm, empat member ‘Blue Flame’ ini hanya meletakkan koper serta barang-barang yang mereka bawa dalam show beberapa hari yang lalu. Dan sekarang, keempatnya langsung bergegas meninggalkan dorm menggunakan kendaraan pribadi mereka.
        Nichkhun tampaknya akan menemui Minjung karena ia tadi sempat menghubungi kekasihnya itu sebelum pergi. Dan Luhan juga melakukan hal yang sama.
Tak beda jauh dengan Siwan. Dan sekarang pemuda itu telah sampai di restoran tempat Soo In bekerja. Di sana ia bertemu dengan pelayan yang waktu itu, Dongho.
“Apa Soo In sudah mulai bekerja?” Tanya Siwan tanpa basa basi.
        “Noona sedang ke rumah temannya, Hye Ra noona.”
        Mata Siwan sontak melebar mendengar Dongho menyebut nama Hye Ra. “Apa Soo In akan menemui Hye Ra?”
        Dongho menatap Siwan kesal. “Tentu saja yang ia temui itu Hye Ra noona. Tidak mungkin Minho hyung.”
        “Cepat katakan di mana alamat Hye Ra tinggal,” desak Siwan, dan dengan sangat terpaksa Dongho menurutinya. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Siwan segera melesat meninggalkan restoran itu. Dan saat di mobil, ia langsung menghubungi Joon.
        “Joon, sekarang Hye Ra tinggal di rumah orang tuanya!”

***


        Joon sempat ke apartmen Hye Ra. Namun harapannya sia-sia. Yoona dan Minho juga sulit dihubungi. Apalagi Hye Ra, gadis itu seakan menghilang dari hidupnya. Sampai akhirnya Joon memilih menyendiri di rooftop sebuah universitas tempat ia pernah kuliah dulu.
        Cukup lama Joon berdiri di dekat pagar pembatas. Beberapa saat kemudian, ia merasakan ponselnya bergetar. Sebuah panggilan dari Siwan. “Iya,” jawabnya sedikit malas.
        “Joon, sekarang Hye Ra tinggal di rumah orang tuanya!” suara Siwan terdengar heboh dari seberang sana.
        “Benarkah?” Tanya Joon memastikan bahwa ia tak salah dengar.
        “Kau tidak percaya padaku?” Siwan terdengar melancarkan protesnya dengan sedikit kecewa.
        “Maaf… Maaf… Aku hanya terlalu senang mendengarnya,” ujar Joon bersalah, dan kini ia menjadi cukup salah tingkah. Terlebih Siwan juga tak terdengar lagi suaranya. “Hmm… Aku akan segera ke sana. Kau tolong kirimi alamatnya,” pinta Joon tak lama sebelum ia memutuskan sambungan telponnya.
        Masih dengan suasana hati yang bercampur aduk, Joon berbalik dan berniat untuk meninggalkan rooftop gedung kampusnya dulu. Namun belum sempat Joon melangkah, ia melihat seseorang di belakang sana. Tampaknya seorang gadis yang tertidur sehingga tak menyadari kedatangannya. Joon juga tak menyadari ada seseorang selain dirinya di sana, karena sosok gadis tadi tertutup tembok saat Joon baru datang.
        Joon memutuskan untuk mendekat. Gadis itu tertidur di kursi dengan punggung bersandar ke tembok. Di dekatnya tergeletak beberapa buku dan sebuah laptop. Beruntung ini sudah sore, jadi udara sudah tidak panas.
        Semakin lama Joon semakin bisa melihat jelas wajah gadis itu. ada raut keheranan di wajah Joon, tapi pemuda itu justru tersenyum geli saat mengetahui bahwa gadis itu ternyata Hye Ra.
        Hye Ra tampak menggeliat. Namun karena posisinya yang terlalu menepi, membuat gadis itu sedikit kehilangan keseimbangan. Beruntung posisi Joon sudah cukup dekat sehingga ia bisa mengantisipasi sebelum gadis itu terjerembab ke bawah.
        “Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Joon namun ia tak bisa menyembunyikan ekpresi senangnya.
        Hye Ra buru-buru bangkit setelah menyadari siapa pemuda yang telah menolongnya. Tiba-tiba saja ia menjadi gugup setelah berada dalam jarak sangat dekat dengan Joon. Gadis itu mengalihkannya dengan cara membereskan barang-barang bawaannya. Hye Ra sedikit mendorong tubuh Joon untuk menjauh karena merasa tubuh pemuda itu sedikit menghalanginya.
        Joon terdorong sedikit kebelakang dan setelah itu terdengar suara retakan benda dari bawah kaki Joon. Mereka sama-sama menoleh ke arah sumber suara. Joon yang juga merasa menginjak sesuatu, langsung menyingkirkan kakinya. Dan benar saja, ternyata benda yang diinjak Joon adalah sebuah kacamata minus berbingkai hitam.
        Pemuda itu sama sekali tak merasa bersalah saat mendapati Hye Ra tengah menatap nanar kacamatanya. Joon malah tersenyum lalu buru-buru membantu Hye Ra membereskan barang bawaan gadis itu. Joon menyampirkan ransel milik Hye Ra ke pundaknya.
        “Sekarang aku punya alasan untuk mengajakmu pergi,” goda Joon yang sudah menggenggam tangan Hye Ra.
        Gadis itu hanya menatap Joon bingung.
        “Aku akan mengganti kacamatamu yang ku rusaki,” jelas Joon. “Ayo kita pergi.” Joon menarik tangan Hye Ra.
        “Iya sebentar.” Gadis itu sedikit menahan tangan Joon karena harus mengambil bukunya yang masih tergeletak di sana.
        Selama perjalanan, Joon dan Hye Ra tentu saja langsung menjadi pusat perhatian para mahasiswa yang tak sengaja bertemu mereka. Terlebih Joon yang tidak terlalu melakukan penyamaran dan di tambah pemuda itu masih menggenggamkan erat tangannya pada tangah Hye Ra.
        Beberapa mahasiswi cukup histerin menanggapi keberadaan Joon. Ada yang menatap Hye Ra iri, ada juga yang tak suka.
        “Oppa, kenapa waktu itu tak langsung mengkonfirmasi kedekatanmu dengan Hye Ra?” Tanya seorang gadis yang mungkin saja seorang ‘flamers’. “Atau jangan-jangan kalian tadi baru saja jadian?”
        Joon menanggapi dengan senyum. Lain halnya dengan Hye Ra yang sangat merasa risih berada di tengah-tengah orang banyak dan sekaligus menjadi sorotan.
        “Ku anggap itu doa darimu.”
        Hye Ra melotot setelah mendengar respon dari Joon tadi. Namun itu tak berlangsung lama karena Joon sudah lebih dulu membawanya masuk ke dalam mobil.
        “Ku harap kau akan terbiasa dengan keadaan tadi,” ujar Joon sebelum meninggalkan area parkir kampus.
        Hye Ra tak menjawab. Terlalu banyak yang ia rasakan hari ini. Terlebih setelah pertemuannya yang tak sengaja dengan Joon.

***

        Siwan berkali-kali melihat kertas berisi sebuah alamat di tangannya. Memastikan bahwa ia sudah hampir dekat dengan lokasi. Saat akan berbelok ke sebuah perumahan, pemuda itu menangkap sosok Soo In di sebuah halte bis yang berseberangan dengan posisi ia berada.
        Dalam kertas tadi, Dongho tak lupa menyelipkan sebuah nomor telpon. Cepat-cepat Siwan menghubungi nomor tersebut dan tak lama terdengar nada sambung. Yang membuat bibir Siwan membentuk senyum adalah lagu tersebut adalah salah satu lagu milik ‘Blue Flame’.
        “Hallo…” terdengar sapaan dari ujung sana.
        Mata Siwan sama sekali tak berpaling dari Soo In yang ia pantau dari dalam mobil. “Ternyata kau salah seorang ‘flamers’ juga?” Tanya Siwan setengah menggoda.
        Tampak Soo In menahan kesal di halte. “Siapa kau?” Tanya Soo In ketus karena nomor yang menghubunginya sangat asing.
        Siwan justru tertawa menangkap sinyal kejengkelan dari Soo In. “Ini aku Siwan. Cepat menyebrang. Aku menunggumu di sini.”
        Mata Soo In langsung tertuju pada sebuah mobil putih yang berhenti di seberang sana. Gadis itu langsung yakin bahwa pemilik mobil tersebut adalah Siwan.
        Siwan memutuskan sambungan setelah melihat Soo In berjalan meninggalkan halte. Ia membuka sedikit kaca jendela mobilnya karena ia tidak melakukan penyamaran saat Soo In sampai. “Masuklah,” kata Siwan.
        Soo In tak langsung melakukan apa yang dikatakan Siwan. “Apa kau sedang tidak ada jadwal?”
        “Sebenarnya kami masih mendapat libur. Tapi Joon dan Doojoon memaksa pulang tadi siang. Dan tidak mungkin aku, Nichkhun dan Luhan di sana tanpa mereka berdua.” jelas Siwan. “Ayo masuk, ada yang ingin ku bicarakan juga,” ujar Siwan sekali lagi.
        Soo In mengangguk samar, lalu memutari mobil dan masuk ke mobil.
        “Kau sudah bertemu Hye Ra?”
        “Tidak. Aku hanya mengantarkan makanan untuknya.” Soo In menatap penuh selidik saat wajah Siwan berubah kecewa. “Memangnya ada apa denganmu dan Hye Ra?”
        “Joon hampir gila karena tidak bisa menemukan keberadaan Hye Ra. Bahkan kurasa Yoona juga membohonginya. Ah, kenapa tak terpikirkan untuk bertanya padamu sejak awal!” sesal Siwan pada dirinya. “Lalu, di mana Hye Ra sekarang?”
        “Dia di kampus,” jawab Soo In. “Jadi, yang ku lihat di konferensi pers waktu itu benar?” pertanyaan Soo In terkesan ditujukan untuk dirinya sendiri. Tapi tentu saja Siwan bisa mendengarnya juga.
        “Aku juga kaget karena ternyata Hye Ra bukan kekasih Doojoon.”
        “Pertunangan Sung Hye dipercepat menjadi malam ini.”
        “Iya, aku tau.” Siwan ikut merasakan kesedihan yang dipancarkan Soo In.

***

        “Seberapa rusak matamu?” Tanya Joon tak sopan saat mereka telah sampai di sebuah optic.
        Hye Ra hanya menghela napas mendengarnya. “Tidak tau,” jawabnya malas. “Aku belum lama mengenakan kacamata. Dan ku rasa mataku tidak serusak apa yang kau pikirkan,” cetus Hye Ra menandakan ia tak terima dengan ucapan Joon sebelumnya.
        Joon hanya terkekeh mendengarnya. “Oke. Berikan yang minusnya rendah,” pintanya pada salah seorang karyawan optic.
        Selama beberapa saat mereka sibuk memilih kacamata. Entah sudah berapa model yang dipilihkan Hye Ra, namun Joon selalu tak menyetujuinya. Dan yang saat ini dipegang Hye Ra adalah kacamata berbingkai hitam, mirip dengan miliknya yang diinjak Joon.
        “Diam!” seru Hye Ra sebelum Joon kembali memprotes pilihannya. “Kali ini tidak ada penolakan lagi.”
        “Ada yang tanpa minus?” Tanya Joon kepada karyawan optic.
        Karyawan tadi memberikan Joon sebuah kacamata seperti yang diminta pemuda itu. Hye Ra tampak menatap pantulan wajahnya di cermin saat mencoba kacamata barunya. Tanpa sepengetahuannya, Joon meminta karyawan tadi untuk memfotokan mereka.
        Joon terkekeh melihat hasil foto mereka. Joon dan Hye Ra tampak kompak dengan kacamata baru mereka yang modelnya mirip.
        “Ada apa?” tegur Hye Ra.
        “Tidak,” Joon mengelak lalu menarik tangan Hye Ra. “Ayo pulang, kita sudah selesai.”

***

        “Oppa, ku mohon.” Soo In menarik tangan Siwan. Mereka bahkan sudah rapih untuk menghadiri undangan pertunangan Sung Hye. “Aku janji kita hanya sebentar.”
        “Kau yakin?” Tanya Siwan ragu. “Di dalam kau pasti akan bertemu dengan pemuda itu.”
        Soo In menghela napas untuk meyakinkan diri. “Aku hanya ingin bertemu Sung Hye.”
        “Ayo.” Siwan menyambar tangan Soo In karena gadis itu melepaskan genggamannya. “Aku akan memastikan kita hanya sebentar di sana. Aku tak mau pemuda itu membuatmu kembali sedih.”
        Siwan tak sempat melangkahkan kaki karena ponselnya bergetar. Sebuah panggilan dari Dongho, tapi ternyata itu ponsel milik Soo In yang dititipkan ke Siwan. Pemuda itu buru-buru menyodorkan ponsel tersebut ke Soo In.
        “Hallo…” sapa Soo In. “Apa? Kapan? Di mana?” cecar Soo In dengan beberapa pertanyaan sekaligus. “Aku akan segera ke sana.” Gadis itu berbalik arah kembali ke tempat mobil Siwan berada.
        “Soo In tunggu!” Siwan menahan tangan gadis itu. “Ada apa?”
        “Kakakku akan melahirkan. Kita harus ke rumah sakit sekarang.”
        Siwan hanya mengangguk dan tidak menolak saat Soo In menarik tangannya. Tapi mereka tidak bisa segera pergi karena ada seseorang yang menghalangi jalan mereka.
        “Mau apa lagi kau?” Tanya Soo In ketus pada pemuda itu. Yunho.
        “Di mana Hyun Soo melahirkan anakku?”
        Soo In menatap Yunho tak suka. “Untuk apa lagi kau bertemu kakakku? Bukankah kau akan bertunangan hari ini? Semoga kau bahagia.” Soo In sama sekali tak memberikan Yunho kesempatan untuk bicara. Gadis itu ingin segera pergi, namun Siwan menahannya. Soo In menoleh dan menatap Siwan, kesal.
        Siwan tak mempedulikan tatapan Soo In. Bahkan ketika gadis itu berusaha melepaskan tangannya, Siwan justru menahan lebih kuat lagi. Pemuda itu memperhatikan perubahan raut wajah Yunho. “Apa balasan darimu jika kami memberitahukan di mana Hyun Soo noona berada?”
        Yunho memberikan tatapan meremehkan. “Apa kau pikir aku akan bertunangan dengan penampilan seperti ini?” tantang Yunho.
        Dan di sanalah Soo In baru menyadari bahwa Yunho bahkan sama sekali tidak mengenakan pakaian formal. Berbeda dengan Siwan yang sejak pemuda itu datang, ia cukup memperhatikannya dengan teliti.
        “Lalu?” Siwan membalas tantangan Yunho.
        “Tunggu di sini, karena tujuanku datang adalah untuk membatalkan pertunanganku dengan Sung Hye.” Tanpa menunggu respon apapun lagi, Yunho segera menjauh dari sana.
        Soo In dan Siwan hanya mengikuti arah langkah Yunho.
        “Bisakah kita mempercayainya?” Tanya Soo In yang masih sangat ragu dengan apa yang akan dilakukan Yunho.
        Siwan menghela napas, lalu melirik Soo In penuh arti. “Bukankah kau pernah bercerita bahwa Yunho berubah ketika dia bersama Sung Hye? Berbeda 180 derajat saat Yunho masih bersama kakakmu.”
        Soo In masih sangat terlihat ragu. “Tapi…”
        “Kita tunggu saja.”
        Dan ternyata kekhawatiran Soo In tak terjadi. Yunho benar-benar menepati janjinya untuk kembali. “Kita bisa pergi sekarang,” seru Yunho yang sudah sangat tidak sabar.
        Tapi Soo In justru yang mengulur waktu karena dari kejauhan ia melihat Sung Hye berlari dan masih mengenakan gaunnya. Gadis itu berhenti di hadapan Soo In, Siwan dan Yunho tentunya. Ia menangis tapi senyuman tersungging di bibirnya.
        “Soo In…” ujar Sung Hye, namun gadis yang dimaksud justru menatapnya bingung. Sung Hye menyeka air matanya yang kembali jatuh. Ia lalu melirik Yunho yang mengangguk mantap untuknya. Sung Hye kembali menatap Soo In dan Siwan bergantian. “Aku harus menemui Doojoon.” Sung Hye berlari meninggalkan Siwan dan Soo In yang terkejut.
        Yunho menepuk pundak Soo In dan Siwan, pelan. “Ayo,” ajaknya lalu melangkah ke arah yang berlawanan dengan Sung Hye yang sudah berlari ke luar pagar rumahnya.
        Gadis itu tak mempedulikan tatapan aneh dari orang-orang disekitarnya. Sung Hye tetap berlari sekuat tenaga sampai akhirnya ia tiba di sebuah taman yang sudah sepi. Sung Hye berjalan lebih dalam lagi ke arah seorang pemuda yang duduk seorang diri.
        Sung Hye berjalan perlahan. Namun sepinya malam membuat suara langkah kakinya tak teredam. Pemuda tadi menoleh dan terkejut mendapati Sung Hye yang masih mengenakan gaun malam berada di sana. Tanpa buang waktu, Sung Hye melesat ke dalam pelukan pemuda itu. Doojoon. Ia memeluk Doojoon cukup erat seakan tidak ingin kehilangan pemuda itu lagi.
        Sementara Doojoon tampak bingung harus bersikap seperti apa. Ia ingin membalas pelukan Sung Hye, tapi ia sadar bahwa Sung Hye sudah hampir menjadi milik orang lain.
        Merasa Doojoon tak merespon apapun, Sung Hye terpaksa melepaskan pelukannya. Ia ganti menatap Doojoon dalam-dalam. “Apa kau sudah tidak menginginkanku?” Tanya Sung Hye dengan tatapan tak percaya jika ternyata dugaannya benar.
        Doojoon sedikit memberi jarak antara mereka. “Bukankah kau seharusnya bertunangan dengan Yunho?”
        “Jadi kau benar-benar ingin melihatku bertunangan dengan Yunho?” Tanya Sung Hye, sedih.
        Doojoon sudah membuka mulut, namun tenggorokannya terasa tercekat. Hati dan pikirannya tidak sejalan.
        Sung Hye memejamkan mata untuk menangkan diri, tapi justru air matanya kembali jatuh. Tangan Doojoon sudah bergerak sedikit, namun buru-buru ia tahan untuk tidak menyeka air mata Sung Hye menggunakan tangannya sendiri.


***

7 komentar:

  1. hhhuuuaaaa..
    yang part ini bner2 romance banget...
    jadi ikut sedih bacanya.. hiks hiks hiks..
    semua member bener2 dibuat romance banget sama pasangannya..
    mau dong jadi pasangannya Joon sama Doojoon(?)
    hihihihi

    BalasHapus
  2. iya, disini klimakasnya...
    kan udah mau part part akhir...
    sedih di mananya???
    perasaan malah pada bersatu semua deh...

    BalasHapus
  3. oh pantesan..
    jiah ko udah mau part akhir sih??
    cepet ajah sih bikinnya??
    seru nih bacanya..
    iya kaya Doojoon, Sung Hye lari2 ke taman mengejar seorang Doojoon.. gmna ga sedih dan romance banget tuh??

    BalasHapus
  4. ahahaha... kan sesuai genrenya romance...
    emang mau berapa part??
    kan Doojoon sama Sunghye udah mau bersatu...
    Soo In juga udah baikan ama Siwan...
    Luhan udah ngumumin ke publik kalo dia udah punya pacar...
    tinggal Lee Joon ama Hye Ra deh...

    BalasHapus
  5. ahahhaha..
    ne.. ne.. ne...
    ga tau mau berapa part..
    tp ga tau knp FF yang ini kayanya feelnya tuh dapet banget gtu, cocok bacanya..
    iya sih udah pada mau bersatu..
    tapi pokonya perasaan cepet banget mau endingnya.. huhuhu

    BalasHapus
  6. ahahaha... soalnya tiap posting langsung baca, jadi kerasa cepet... padahal udah part 13 kan???
    romancenya ngelebihin FF eunhyukjae ya?? sayang yg itu cuma 2 part...
    kan kalo kelamaan juga gak seru...

    BalasHapus
  7. ish ketawa lagi kau author.. zzzzz...
    iya sih terasa cepet banget, soalnya tiap abis posting langsung baca..
    tanggung jawab yah kalo udah abis nih FF.. tiba2 galau.. hahahaha
    iya udah 13 part.. ish cepet banget.. ga berasa..

    hahaha
    ne.. jeongmal..
    ne, hanya 2 part.. kayanya kalo eunhyuk jae dibikin banyak ga seru kalo buat baca.. mending yang ringan2 aja kaya 1 ataw 2 part ajah kurasa itu sudah cukup..

    BalasHapus