Selasa, 23 Juli 2013

WANNA BE LOVED YOU (part 3)

 

Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          : Infinite (Sungyeol, Hoya, Sunggyu, Myungsoo,
  Dongwoo, Woohyun, Sungjong)
Original cast     : Hye Ra, Haesa, Eun Gi
Support cast     : (Boy Friend) Jeongmin, Hyunseong, Minwoo,
  Donghyun, Youngmin, Kwangmin
Genre               : romance, family
Length              : part

***

        “Kau ingat pemuda yang menolongku saat aku tenggelam di kolam renang sekolah?”
        Myungsoo melirik Hye Ra penuh minat. “Kau bertemu dengannya?”
        Hye Ra menggeleng lemah.
        “Lalu? Kenapa tiba-tiba kau membahasnya? Sudahlah, lupakan saja,” ujar Myungsoo sambil bersiap untuk meninggalkan kelas, namun Hye Ra sudah lebih dulu menariknya untuk duduk kembali.
        “Kau ingat siapa nama pemuda itu?” Tanya Hye Ra penuh harap.
        Myungsoo mengingat-ingat sebentar. “Sungyeol?”
        “Jadi memang benar namanya Sungyeol? Bukan Chanyeol, kan?” Hye Ra mengulangi ucapan Myungsoo agar lebih yakin dan justru malah membuat Myungsoo yang menjadi ragu.
        “Entahlah, aku lupa.” Kali ini Myungsoo berdiri, namun tidak pada Hye Ra. Gadis itu masih duduk tenang di kursinya. “Kau tidak mau ikut aku ke kantin?” ajaknya.
        Hye Ra melirik ke arah pintu, dan tepat bersamaan saat Hoya, Haesa serta Sungjong meninggalkan kelas. “Mereka semakin dekat saja,” kesalnya lalu berdiri dengan kasar hingga membuat kursinya sedikit terdorong ke belakang. Sementara Myungsoo hanya terkekeh melihat kekesalan sepupunya itu.

***

*flashback (2 tahun lalu)*
        Sungyeol menekan-nekan perut seorang gadis yang baru saja ia tolong akibat nyaris tenggelam. “Hye Ra ku mohon bangun,” serunya nyaris frustasi. Pemuda itu menatap sekeliling. Tidak ada seorangpun di sana. Sungyeol menatap gadis itu ragu. Ini usaha terakhir darinya. Pemuda itu memberanikan diri memberikan napas buatan. Dan ia sudah siap akan semua resikonya jika gadis itu akan marah karena Sungyeol melakukan itu.
        Beberapa kali Sungyeol memberikan napas buatan. Ia juga sudah cukup kelelahan. Mungkin sudah yang ke empat atau ke lima kalinya, barulah Hye Ra terbatuk dan mengeluarkan air yang sempat terminum olehnya. Namun gadis itu kembali pingsan. Setidaknya keadaan Hye Ra sudah lebih baik.
        Akhirnya Sungyeol menggotong tubuh Hye Ra dan membawanya ke ruang kesehatan.
        “Sungyeol, apa yang terjadi?” Tanya seorang pemuda cukup panic melihat Sungyeol menggotong seorang gadis yang tak sadarkan diri dan dengan seragam yang basah kuyup.
        “Nanti saja ku ceritakan.” Sungyeol bergegas menuju ruang kesehatan. “Kau hubungi teman sekelasnya.”
        Sesampainya di ruang kesehatan, Sungyeol membaringkan Hye Ra di ranjang. Tak lupa ia mencopot sepatu dan kaos kaki yang dikenakan gadis itu. Semuanya basah. Sungyeol juga melakukan hal yang sama pada dirinya. Tak lupa ia juga melucuti jam tangan yang sudah mati karena terendam air.
        Sungyeol mengacak rambutnya yang basah untuk mengekspresikan kebingungan karena ia tak tau harus melakukan apa lagi pada gadis itu. Akhirnya Sungyeol hanya bisa menatap Hye Ra sambil menggenggam tangan gadis itu yang terasa sangat dingin.
        Esoknya, Sungyeol mendapat kabar bahwa Hye Ra sudah tidak bersekolah di sana. Dan kini, Sungyeol memilih untuk mampir sebentar ke kolam renang yang terletak di gedung olahraga sekolahnya. Di sini pertama kalinya ia berinteraksi secara langsung dengan gadis yang sudah menarik perhatiannya sejak masa orientasi. Tentu saja selama ini Sungyeol hanya berani memperhatikan Hye Ra secara diam-diam.
        Sungyeol berdiri di tepi kolam tempat Hye Ra menjatuhkan diri. Ia menunduk menatap permukaan air yang tenang. “Sebenarnya apa yang membuat Hye Ra nekat menceburkan diri?” Sungyeol menebak-nebak seorang diri. “Jika dia mau bunuh diri, tidak mungkin dia melakukan itu saat aku juga berada di tempat yang sama.”
        Kali ini Sungyeol berlutut dan mendekatkan wajahnya ke permukaan kolam. Mencoba melihat sesuatu pada dasar kolam. Ada yang terlihat mencolok dari sana.
“Apa jangan-jangan…” Sungyeol tak melanjutkan spekulasinya. Setelah teringat bahwa ada benda yang dibawa Hye Ra terlempar ke kolam, Sungyeol segera membuka sepatu dan kemeja seragam sekolahnya, lalu menceburkan diri ke dalam kolam. Sungyeol semakin jelas melihat sebuah benda di dasar kolam. Ia mencoba meraihnya.
        Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Sungyeol segera menampakkan diri ke permukaan dan cepat-cepat ke luar dari dalam  kolam. Saat membuka tangan, ia menemukan sebuah kalung dengan liontin cincin. Ia memperhatikan lebih teliti lagi, dan ternyata di bagian dalam cincin terukir nama Hye Ra dan Sunggyu.
        Melihat nama gadis yang ia suka bersanding dengan nama seorang pemuda tentu saja membuat Sungyeol sedikit sakit hati. Ia hanya menghela napas lalu bangkit untuk meninggalkan tempat itu. Tak lupa Sungyeol juga membawa pergi kalung di tangannya.
*flashback end*

        Dari balik meja kasir, Sungyeol masih memikirkan kejadian 2 tahun lalu yang hampir saja ia lupakan. Tanpa sadar, tangannya menyentuh dada. Di balik seragam kerjanya, Sungyeol menyembunyikan sesuatu. Ia pun mengeluarkannya dari balik seragam. Itu kalung berliontin cincin milik Hye Ra. Perlahan sudut bibirnya terangkat. Karena, nama pemuda yang terukir di dalam cincin adalah nama Sunggyu, bossnya di café yang juga kakak dari Hye Ra.
        Beruntung saat Jeongmin mendekat, Sungyeol sudah kembali kealam sadarnya. Pemuda itu memberikan secarik kertas berisi pesanan pelanggan pada Sungyeol.

***

        Hye Ra menunggu Myungsoo ke luar dari ruangan guru piket. “Myungsoo…”
        Myungsoo menghela napas. Ia sudah mengerti maksud pembicaraan Hye Ra. “Sudah ku bilang, Sunggyu hyung akan menghajarku jika tau kau ikut membolos jam pelajaran.”
        “Terserahlah,” kesal Hye Ra dan kini berjalan mendahului Myungsoo. Sesampainya di kelas, Hye Ra membanting tubuhnya ke kursi. Ia benar-benar mengabaikan kesibukan Myungsoo yang tengah membereskan peralatan sekolahnya.
        “Kau mau ke mana?” tegur Dongwoo.
        “Aku mau menjemput Minwoo di rumah sakit,” jawab Myungsoo.
        “Syukurlah kalau Minwoo sudah baikan.” Dongwoo menepuk pundak Myunsoo tanda simpatik. Sekilas ia melirik Hye Ra yang masih saja cemberut karena akan ditinggal Myungsoo. “Kau jangan khawatir, aku yang akan menemanimu.”
        Hye Ra melirik tajam dengan tatapan membunuh. Bukan Dongwoo namanya jika terpengaruh begitu saja. Ia justru tertawa dan menikmati tiap kekesalan Hye Ra yang dilampiaskan padanya.
        “Tak perlu susah payah menunjukkan raut kesalmu,” saran Dongwoo. Tentu saja ditujukan untuk Hye Ra. “Karena aku akan tetap menyukaimu sampai kapanpun.”
        Myungsoo terkekeh mendengar Dongwoo berusaha merayu sepupunya. “Kau jaga sepupuku ya,” canda Myungsoo yang langsung melesat pergi sebelum Hye Ra benar-benar melancarkan aksinya melempari Myungsoo dengan sepatu.

***

        Kesibukan terjadi di café milik Sunggyu. Seluruh karyawan di sana sibuk berkutat dengan pekerjaan masing-masing. Tampak Jeongmin yang sedang mencatat pesanan salah seorang pelanggan. Sedangkan Hyunseong membantu Woohyun di dapur. Sementara Sungyeol sedang membuat minuman di meja bar untuk diantarkan ke meja pelanggan.
        Saat kembali, Sungyeol sedikit terkejut karena ternyata Hye Ra sudah di sana. Duduk di kursi yang biasa gadis itu tempati. Dari luar meja bar, tampak Jeongmin mendekati Hye Ra yang kelihatan sedang buruk suasana hatinya.
        Jeongmin meletakkan nampan di hadapan Hye Ra. “Kau kenapa?” tegurnya.
        Hye Ra menghela napas sebelum menjawab. “Myungsoo meninggalkanku setelah istirahat jam pertama tadi,” jawabnya lemas.
        “Meninggalkanmu ke mana?” Tanya Jeongmin lagi yang mulai penasaran.
        “Menjemput Minwoo di rumah sakit.” Hye Ra mulai mengeluarkan beberapa buku pelajaran dari dalam tasnya.
        Wajah Jeongmin berubah khawatir. “Minwoo sakit?” tapi ia tidak bisa menunggu sampai Hye Ra menjawab pertanyaannya karena Hyunseong menyuruhnya untuk mengantarkan makanan.
        Di sisi lain, Sungyeol mengawasi mereka sambil berusaha berkonsentrasi dengan pekerjaannya membuat minuman.
        “Sungyeol!” panggil Woohyun dari dalam.
        Sungyeol berbalik dan sedikit menundukkan wajahnya agar sejajar dengan jendela yang letaknya sedikit rendah dari tinggi badannya. Tanpa berkata-kata lagi, Sungyeol tau bahwa Woohyun memanggil hanya untuk menyuruhnya mengantarkan makanan.
        “Kemarin dia cedera saat latihan sepakbola,” jelas Hye Ra saat Jeongmin kembali setelah mengantarkan makanan pada pelanggan.
        “Aku ke dalam dulu,” pamit Jeongmin, bertepatan dengan Sungyeol yang baru kembali ke meja bar.
        Sungyeol mengetuk-ngetukkan jari di meja. Tidak ada yang ia lakukan saat ini kecuali sesekali melirik Hye Ra yang sibuk dengan tugas-tugas sekolahnya. Dan tampaknya Sungyeol juga tak memiliki kesempatan untuk bicara banyak dengan Hye Ra karena kesibukkannya setelah ini.
        Saat tengah serius mengerjakan tugas, tiba-tiba ada seseorang yang meletakkan sebuah kotak berisi kue pelangi di atas buku Hye Ra. Tanpa perlu mendongak, gadis itu sudah tau pelakunya pastilah Myungsoo.
        “Jangan merayuku,” seru Hye Ra ketus.
        “Heh!” Myungsoo dengan tidak sabar menangkup wajah Hye Ra agar menatapnya. “Jangan kelewat percaya diri. Ini untuk Sunggyu hyung!” seru Myungsoo lalu membawa kue tadi ke dalam café bersamanya.
        Hye Ra hanya bisa mengikuti langkah Myungsoo dengan tatapannya kesalnya. “Myungsoo menyebalkan!” gerutunya. Hye Ra melampiaskan kekesalannya dengan cara membolak-balikkan bukunya, kasar. Tak lama ada seseorang menahan tangannya.
        “Segitu kesalnyakah kau padaku hari ini?”
        Hye Ra mendongak sambil melepaskan tangan Myungsoo. “Benar.”
        “Bukankah sudah ku jelaskan…” Myungsoo berusaha membela diri namun Hye Ra lebih dulu memotong ucapannya.
        “Iya aku tau. Tapi bukan hanya itu!”
        “Bukan hanya itu?” Myungsoo mengulangi ucapan Hye Ra. Tiba-tiba perasaannya berubah tak nyaman. Bisa dipastikan ada sesuatu yang membuat Hye Ra sangat marah padanya hari ini.
        Hye Ra menghela napas. Dan dengan sangat terpaksa, tapi ia memang harus menceritakan hal ini pada Myungsoo.

*flashback*
“Kau jaga sepupuku ya,” canda Myungsoo yang langsung melesat pergi sebelum Hye Ra benar-benar melancarkan aksinya melempari Myungsoo dengan sepatu.
        “Apa yang kau lakukan?” protes Hye Ra saat mendapati Dongwoo sudah duduk di tempat yang ditinggalkan Myungsoo.
        “Aku sedang menjalankan amanat dari Myungsoo,” ujar Dongwoo santai. Ia bahkan sudah menyuruh Sungjong untuk mengambilkan tasnya.
        Hye Ra bersusah payah mendorong Dongwoo untuk pergi. Namun percuma, pemuda itu sama sekali tak berniat untuk meninggalkan Hye Ra sendiri di kursinya.
        Merasa usahanya akan sia-sia, Hye Ra memilih bangkit dan membawa serta ranselnya. Jika Dongwoo tak bisa pergi, biar dia saja yang pergi dari tempat itu. Hye Ra segera melesat ke meja Dongwoo, tepat di samping Sungjong.
        Tentu saja Dongwoo tak akan tinggal diam. Ia berniat membuat Sungjong menyingkir dari tempatnya. Namun Hye Ra sekuat tenaga mempertahankan Sungjong. Sampai akhirnya, bel istirahat selesai berbunyi sehingga memaksa Dongwoo kembali ke meja Myungsoo dengan wajah kesal.
*flashback end*

        Myungsoo tertawa setelah mendengar cerita Hye Ra. Namun gadis itu justru semakin cemberut dan sudah sangat ingin melempar Myungsoo ke dalam panic milik Woohyun di dapur.
        “Harusnya kau menyuruh Hoya untuk menjagaku!”
        “Tidak ada Hoya di sana,” seru Myungsoo beralasan.
        “Tapi…”
        “Kalian! Bisa diam tidak?” tegur Woohyun membuat Hye Ra tak melanjutkan ucapannya. Tentu saja ia tak benar-benar serius menegur seperti tadi. Woohyun lalu meletakkan kue pemberian Myungsoo yang sudah ia potong menjadi beberapa bagian, di tengah-tengah antara Myungsoo dan Hye Ra.
        Hye Ra mencomot salah satu bagian, begitu pula dengan Myungsoo. “Oppa, kau tidak mau?”
        “Aku ingin kau yang menyuapinya,” seru Woohyun dengan nada dibuat-buat manja yang sukses membuat Myungsoo pura-pura ingin muntah. Tapi pemuda itu tak peduli. Terlebih Hye Ra juga menanggapi permintaannya.
Belum sampai kue itu ke mulut Woohyun, Jeongmin sudah lebih dulu menyambar tangan Hye Ra untuk menyuapinya terlebih dahulu.
        “Jeongmin!” Woohyun melancarkan protes keras. Sementara Jeongmin hanya tersenyum dengan mulut penuh kue.
        Tak ingin ketinggalan, Hyunseong yang baru muncul dari dapur ikut berkumpul di sana. “Aku juga mau,” kata Hyunseong yang sudah menatap kue yang masih setengah utuh dengan penuh minat.
        Dengan jahilnya, Myungsoo menempelkan kue di tangannya ke bibir Hyunseong. “Ini untukmu, hyung.”
        “Hmppt…” Hyunseong terpaksa melahap kue yang mendarat paksa ke mulutnya. Sedetik kemudian ia melempari Myungsoo tatapan membunuh. Namun pemuda yang dimaksud hanya tersenyum dan tak merasa bersalah.
        Serempak, mereka yang berada di sana terkekeh dengan kejahilan Myungsoo. Sementara itu, tak jauh dari sana Sungyeol sengaja menyibukkan diri dengan membereskan meja yang baru saja ditinggalkan pelanggan.

***

        Pertama Sunggyu. Ke dua Myungsoo. Lalu gadis itu menyebut nama Hoya. Woohyun juga terlihat sangat akrab. Belum lagi pemuda bernama Dongwoo yang sempat tersebut saat Hye Ra bercerita pada Myungsoo. Besok siapa lagi pemuda lain yang begitu dekat dengan Hye Ra? Jeongmin dan Hyunseong?
        Sungyeol mengacak rambutnya, frustasi, menanggapi spekulasi-spekulasi tak jelas dalam benaknya. Baru kali ini ia merasa dipermainkan oleh seorang gadis. Terlebih gadis itu baru saja kembali memasuki kehidupannya setelah dua tahun menghilang.
Lagi-lagi tanpa sadar tangan Sungyeol meraba dadanya. Anehnya, apapun yang terjadi, ia sama sekali tak berniat melepas kalung yang selama 2 tahun ini menggantikan Hye Ra di sisinya.
        Pemuda itu menoleh ke salah satu sisi. Sungyeol yang tengah menyendiri di pintu belakang café, hanya mendapati jalan sempit yang seperti tak berujung. Ia juga tak tau ke arah mana jalan tersebut tertuju. Sama seperti apa yang ia rasakan saat ini. Ia tidak tau harus menuju jalan yang mana untuk bisa sampai ke tempat hati Hye Ra berada.
        Beberapa menit kemudian, Sungyeol kembali ke dalam. Ke belakang meja bar lebih tepatnya. Di sana ia melihat suasana masih hampir sama seperti tadi. Jeongmin, Hyunseong dan Woohyun masih tampak tetap melakukan pekerjaan mereka meski akhirnya akan kembali ke meja bar tempat Hye Ra dan Myungsoo berada. Namun bedanya kali ini Sunggyu tampak telah bergabung. Ia sedikit bersandar ke punggung adiknya.
        Beruntung ada pelanggan yang baru datang. Sungyeol buru-buru menghampiri sebelum Jeongmin sempat bergerak. Pemuda itu memang tampak menyibukkan diri. Cemburukah mendapati kenyataan Hye Ra dikelilingi beberapa pemuda sekaligus? Sungyeol menggeleng keras berusaha menepikan pikiran itu dari otaknya.
        Setidaknya takdir memang telah mempertemukan mereka. Di café ini. Dan tanpa ada unsur kesengajaan sedikitpun. Tujuan utama Sungyeol bekerja di sana semata-mata bukan karena Hye Ra. Pemuda itu bahkan tidak tau bahwa ia akan bekerja di café milik keluarga Hye Ra.
        Tampaknya tidak ada yang menyadari perilaku janggal yang ditunjukkan Sungyeol, kecuali Hye Ra.
        “Sungyeol oppa. Ayo bergabung. Kau bahkan belum mencicipi kue ini,” ajak Hye Ra yang tentu saja sukses membuat Sungyeol membeku.
Tapi pemuda itu buru-buru kembali ke alam nyata. Alasan utama adalah karena ia tengah bekerja dan tidak ingin ada yang mencurigainya. Dan tentu saja karena di sana ada Sunggyu. Ia masih sangat menghormati bossnya itu meski Sunggyu masih terbilang cukup muda. Hanya dua tahun lebih tua darinya.
        “Sungyeol, ayo sini.” Sunggyu tampak ikut bicara, mengajak pemuda itu untuk bergabung.
        Sungyeol menimbang-nimbang ajakan bossnya. Hal yang membuat ia yakin untuk mendekat adalah karena ternyata di sana bukan hanya ada Woohyun, Jeongmin dan Hyunseong saja yang berstatus sebagai karyawan café. Tapi ada beberapa karyawan lain yang silih berganti bergabung meski hanya sekedar mencicipi kue yang di bawa pemuda bernama Myungsoo tadi.
        Tampaknya Myungsoo sendiri baru menyadari keberadaan seorang Sungyeol di café itu. “Dia karyawan barumu, hyung?” bisik Myungsoo pada Sunggyu.
        “Sungyeol, kau haru kenal pemuda ini.” Sunggyu menunjuk ke arah Myungsoo.
        Myungsoo sudah lebih dulu mengulurkan tangannya. Tapi Sungyeol tampak sedikit mengulur waktu. Meski akhirnya, Sungyeol membalas jabatan tangan dari Myungsoo. Tidak sopan jika menolak niat baik dari seseorang meski pikiran dan perasanmu sedang kacau karena hal yang belum pasti kebenarannya.
        “Myungsoo,” pemuda itu memperkenalkan diri di hadapan Sungyeol. “Aku sepupu Sunggyu hyung dan Hye Ra.”
        Lega rasanya bahwa satu kenyataan pahit telah berubah manis. Pemuda itu hanya sepupu. Walau hubungannya sangat dekat, tapi setidaknya status Hye Ra dan Myungsoo tidak akan pernah berubah menjadi apapun. “Aku Sungyeol,” ujar Sungyeol akhirnya.
        “Oppa kau tidak boleh kembali bekerja sebelum menerima ini,” paksa Hye Ra yang telah lebih dulu menyodorkan sepiring kue.
        Sungyeol tampak melirik Sunggyu seolah meminta ijin untuk menerima kue pemberian Hye Ra. Dan Sungyeol baru menerima piring dari tangan Hye Ra setelah Sunggyu mengangguk.
        Setelah itu, Woohyun tampak kembali. “Oppa, nanti tolong buatkan sesuatu untuk Minwoo,” pinta Hye Ra yang tentu saja tidak mendapat protes apapun dari Woohyun.
        Protes justru ke luar dari mulut Myungsoo. “Hanya Minwoo? Untukku tidak ada?”
“Tidak ada jatah untukmu,” balas Hye Ra santai lalu kembali mencomot satu potong kue lagi.
        “Apa sepupumu hanya Minwoo?” protes Myungsoo lagi.
        “Tidak. Kau juga sepupuku. Tapi aku sedang tidak berbaik hati padamu.”
        Sunggyu terkekeh melihat kejahilan Hye Ra sambil mengacak lembut puncak kepala adiknya.

***

        Dua hari kemudian. Tepatnya sore hari, Hye Ra tampak berjalan sendiri ke lapangan sepakbola sekolah. Dari dalam pintu masuk, tampak dua pemuda yang memiliki kesamaan, baik fisik ataupun wajah, yang berjalan ke arah yang berlawanan dengan Hye Ra.
        “Di dalam ada Myungsoo?” tegur Hye Ra saat mereka berpapasan.
        “Ada, noona. Bersama Minwoo,” jawab mereka kompak.
        Hye Ra menatap mereka takjub. Gadis itu seperti bicara dengan satu orang dekat cermin. “Terima kasih,” seru Hye Ra gugup. Bingung lebih tepatnya untuk menggambarkan suasana hatinya. Takjub, aneh, unik, dan semua menjadi satu.
Buru-buru gadis itu melesat ke dalam meninggalkan dua anak kembar tadi di sana. Namun ironisnya, Hye Ra justru disuguhkan pemandangan yang selama ini ia khayalkan. Bisa menemani Hoya yang tengah bermain sepakbola. Dan gadis beruntung yang bisa melakukan itu adalah Haesa. Hoya bahkan tak terlihat merasa terganggu dengan keberadaan teman semejanya itu di sana.
        Hye Ra memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Melupakan tujuan utamanya ia ke sana. Saat berbalik, gadis itu bertabrakan dengan tubuh seseorang. Sungjong.
        “Kenapa tak jadi ke dalam?” tegur Sungjong.
        “Tidak. Orang yang ku cari tidak ada di dalam,” dusta Hye Ra. Dan beruntung di ujung sana ada Dongwoo yang baru kembali setelah berganti pakaian olahraga. “Dongwoo!” teriaknya membuat pemuda itu menghentikan langkah karena Hye Ra lebih dulu berniat untuk menghampirinya.
        “Sudah bertemu Myungsoo?” Tanya Dongwoo penuh semangat.
        “Ponselku tertinggal di rumah. Bisakah kau menghubungi cafeku? Minta seseorang untuk menjemputku di sini.”
        Dongwoo mengangguk menyetujui. Apapun akan ia lakukan untuk seorang Hye Ra. “Aku akan meminta Myungsoo menghubungi cafemu.”
“Katakan aku akan menunggu di halte,” ujar Hye Ra. Dongwoo sempat menepuk pelan pundak Hye Ra sebelum gadis itu berjalan meninggalkannya.

***

        Sementara itu dari tepi lapangan, ketika Hye Ra muncul kebetulah Hoya juga melihat ke arah gadis itu. Begitu pula dengan Haesa yang berada di dekat Hoya.
        Hoya buru-buru menolehkan wajahnya ke arah lain ketika mendapati Hye Ra membatalkan niat untuk masuk ke dalam area lapangan. Terlebih setelah mata mereka saling bertemu. Hoya menenggak air minum dari dalam botol untuk menutupi suasana hatinya.
        Di saat yang bersamaan, Sungjong muncul dan langsung memilih duduk di samping Haesa. “Ku rasa kau sudah tidak bisa menutupi hal tersebut dariku,” ujar Sungjong tepat ketika Hoya menyerahkan botol minumnya dari Haesa.
        “Maksudmu?” Tanya Hoya pura-pura tak mengerti. Tapi pemuda itu juga tak ingin menunggu Sungjong merespon pertanyaannya. Ia lebih memilih kembali ke dalam lapangan untuk berlatih.
        “Biarkan saja sampai dia yang mau bercerita sendiri pada kita.”
        Sungjong menoleh ketika mendengar Haesa berkata. “Apa aku mulai menyukainya?”
        Haesa tampak menoleh. “Tunggu sampai aku mau menceritakannya padamu.”
        Sungjong berdecak kesal, seolah tengah dipermainkan saudaranya sendiri.

***


11 komentar:

  1. oh.. ternyata Sungyeol udah lama suka sama Hye Ra pas orientasi sekolah.. pantesan..

    emang dasar Dongwoo, ngeledek Hye Ra mulu kerjaannya.. hahahahaha

    kayanya Haesa sudah mulai jatuh cinta sama Hoya.. asik dah..

    BalasHapus
  2. SUngyeol kayak model stalkernya Hye Ra lah... tapi gak berani deketin langsung... sekalinya dekat malah pas ada insiden kolam renang... udah gitu Hye Ra pindah sekolah... jadi baru ditakdirin ketemunya 2 tahun kemudian...

    BalasHapus
  3. oh jadi Sungyeol kaya stalker Hye Ra..
    ne.. ne.. ne...
    dy cuma ngawasin dari belakang aja yah gerak gerik nya Hye Ra dari jauh?? trz ga lama Hye Ra langsung pindah sekolah??
    iya.. pas banget dy kerja di cafenya Sunggyu, dan cafe itu juga punya Hye Ra juga..

    BalasHapus
  4. sebenernya Sungyeol kerja di cafe Sunggyu tuh gak tau kalo Hye Ra adiknya Sunggyu...
    jadi itu semua takdir buat Sungyeol bisa ketemu lagi sama Hye Ra...

    BalasHapus
  5. nah itu maksudnya...
    sekarang mereka udah ketemu..
    apakah akan menimbulkan benih-benih cinta diantara mereka??

    BalasHapus
  6. sungyeol mah emang udah jatuh cinta duluan ke hye Ra...

    BalasHapus
  7. oh gtu yah.. hahaha
    kasian aja Sungyeol mendem rasa cinta nya ke Hye Ra, ditinggal pula sama Hye Ra 2 tahun.. ckckck

    BalasHapus
  8. kalo Hye Ra tau, mungkin dia nggak bakal ninggalin Sungyeol...
    lagian kan emang ini kisahnya, Sungyeol dipisahin dulu sama Hye Ra, baru deh diketemuin lagi...

    BalasHapus
  9. yupz benar sekali author...
    oh emang sengaja yah ?? wkwkwkwk
    biar ada insiden yang bisa mengingatkan mereka ber 2??

    BalasHapus
  10. biar romance aja, takdir mereka dipermainkan dulu... kalo gak gitu, gak seru donk kalo nge-flat jalan ceritanya... misal : Sungyeol naksir Hye Ra, trus modusin biar bisa dekat, nembak, jadian... halah, udah pasaran yg kayak gitu...

    BalasHapus
  11. hmmm... iye bener..
    kasian aja takdeir bisa dimaenin.. hahaha
    iya juga sih..
    haahahaha
    dari hati banget tuh ngomongnya..
    kayanya udah apal di luar kepala yah jalan cerita di Indonesia??

    BalasHapus