Selasa, 19 November 2013

BLUE FLAME BAND 2 (part 4)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Lee Minhyuk (BtoB)
·        Jung Yong Hwa (CN Blue)  
Original cast     : Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast     :
·        Im Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun Horvejkul (2PM)
·        Yoon Doojoon (Beast/B2ST)
·        Luhan (Exo-M)
·        Im Yoona (SNSD)
·        Choi Minho (SHINee)
·        Choi Sulli (F(x))
Genre               : romance
Length              : part

***

Flashback (2 tahun lalu)…
        Hye Ra yang sudah sampai di ambang pintu sebuah restoran, langsung membatalkan niat karena di dalam sana ia melihat Doojoon bersama Sung Hye. Hye Ra merapatkan badannya ke pintu. Kali ini ia memutuskan untuk benar-benar meninggalkan restoran. Saat berbalik, sudah ada seorang pemuda yang menghalangi jalannya.
        Pemuda itu mendengus tak suka karena ia juga melihat Doojoon dengan Sung Hye di dalam sana.
        “Yong Hwa!” pekik Hye Ra ketika pemuda itu menarik tangannya pergi dari sana.
        Yong Hwa seperti tak mendengar protes Hye Ra. Ia membawa gadis itu ke restoran lain yang juga ada di pusat perbelanjaan tersebut. Mereka langsung memesan makanan tak lama setelah sampai.
        “Masih mengharapkan cinta Doojoon?” Tanya Yong Hwa tajam setengah menyindir.
        Hye Ra hanya meringis, tak menjawab. Untuk menutupi kegugupan, Hye Ra menyambar gelas minumannya yang baru saja tiba. “Bagaimana Sulli?”
        Yong Hwa menghela napas, lalu terkekeh sejenak. “Sudah tak ada harapan bersamanya. Dia benar-benar sudah bahagia dengan kekasihnya yang sekarang, Minhyuk.” Hye Ra menepuk-nepuk pundak Yong Hwa sebagai tanda simpatiknya. “Oh, iya,” kata Yong Hwa tiba-tiba, sedikit mengejutkan. “Bagaimana kalau kau menjadi kekasihku?” ujarnya seakan mengajak Hye Ra bermain ice skating.
        Hye Ra menatap Yong Hwa, penuh pertimbangan. Sedetik kemudian ia benar-benar tertawa lepas. “Jangan bercanda, Yong Hwa!”
        “Aku serius. Kita sama-sama tak memiliki kekasih saat ini.”
        Kali ini Hye Ra benar-benar memikirkan ucapan Yong Hwa tadi. Ia manggut-manggut mengerti sambil sesekali menikmati makanan pesanannya. “Oke. Setuju,” ujarnya kemudian.
        “Bagus. Jika ada yang bertanya, bilang kita sudah resmi berpacaran.”

***

        Suatu ketika, Doojoon tampak mengikuti seseorang dengan pakaian serba tertutup. Ketika pemuda itu masuk ke sebuah toko kaset, buru-buru Doojoon menyusul ke sana. Pemuda yang ternyata adalah Yong Hwa itu tampak memilih-milih kaset VCD. Salah satunya adalah album terbaru milik ‘Blue Flame’ saat itu. Doojoon sempat tersenyum melihatnya. Namun sedetik kemudian ia tersadar akan tujuannya ke sana. Bukan untuk melakukan survey siapa saja yang membeli album milik bandnya.
        Doojoon mendekati Yong Hwa. “Benar kau berpacaran dengan Hye Ra?” bisiknya.
        Yong Hwa menghentikan kegiatannya sesaat. Ia sama sekali tak terkejut dengan kehadiran Doojoon di sana, karena dari awal ia memang sudah mengantisipasi kejadian tersebut. Yong Hwa membalikkan badan dengan santainya sambil tersenyum meremehkan.
        “Apa ada masalah untukmu?” seru Yong Hwa menantang. “Kau bukan siapa-siapanya Hye Ra, kan?”
        Dari balik kacamata hitamnya, Doojoon menatap Yong Hwa tak suka. Hubungan mereka memang selalu dingin. “Tapi aku yakin kau tak benar-benar mencintainya. Jangan macam-macam. Hye Ra sudah seperti saudaraku sendiri.”
        Yong Hwa terkekeh. “Tak butuh cinta untuk bisa menjadi kekasih Hye Ra. Sudahlah, jangan khawatir. Aku tak akan menyakitinya.” Ia menepuk-nepuk pundak Doojoon lalu berlalu di hadapan pemuda itu dengan mambawa satu album milik ‘Blue Flame’ untuk ia bayar di kasir.
        Doojoon sendiri langsung meninggalkan tempat itu karena ia masih memiliki jadwal bersama bandnya.
        Yong Hwa mengawasi kepergian Doojoon melalui sudut matanya. Ia tampak menghela napas setelah itu. “Kau boleh saja tau bahwa aku tak mencintai Hye Ra. Tapi itu semua salah. Aku benar-benar mencintainya meski caraku salah,” ujarnya dalam hati. Setelah transaksinya selesai, Yong Hwa ke luar dari toko kaset tersebut.
        Di depan sana, sudah menunggu seorang gadis yang langsung saja menggamit lengan Yong Hwa ketika pemuda itu muncul. “Kenapa kau lama, oppa?”
        Yong Hwa hanya tersenyum hambar pada gadis itu. Kemudian tanpa protes ikut pergi setelah tangannya di tarik paksa. “Tak peduli aku memacari beberapa gadis sekalipun,” sambung Yong Hwa seakan masih terbawa suasana beberapa saat yang lalu.

***

        “Apa kau serius menjalani hubungan dengan Yong Hwa? Pemuda itu tak mencintaimu sama sekali!”
        Hye Ra memutar bola matanya, kesal. Sudah berbulan-bulan berlalu sejak ia dan Yong Hwa berkomitmen mejalankan sebuah status sebagai sepasang kekasih. Dan Doojoon hampir selalu membahas itu setiap mereka berkesempatan bertemu. Terlebih pagi ini. Doojoon rela datang ke rumah Hye Ra, dan hanya untuk membahas masalah itu.
        “Aku bosan mendengar pertanyaan itu. Dan ku tegaskan sekali lagi. Aku tau Yong Hwa tak memiliki perasaan apapun padaku. Begitu pula dengannya,” jelas Hye Ra entah untuk yang keberapa kali. “Kau santai saja. Aku yang menjalani ini dengan Yong Hwa.”
        Hye Ra mendorong piring berisi dua lembar roti tawar yang sudah ia olesi selai coklat ke hadapan Doojoon. Ia sendiri lebih memilih menenggak susu stroberi miliknya.
        “Aku akan berangkat kuliah, dan sebentar lagi Yong Hwa menjemputku. Kalau kau mau, kau boleh jika masih ingin di sini menemani Minho oppa.” Ketika menyebut nama ‘Minho’, pemuda itu baru saja muncul lalu bergabung dengannya dan Doojoon.
        “Kau tidak ada jadwal?” Tanya Minho pada Doojoon.
        “Doojoon ingin menemanimu,” goda Hye Ra yang dihadiahi pelototan dari Doojoon. Gadis itu hanya terkekeh menanggapinya. “Oppa aku berangkat,” ujar Hye Ra akhirnya. Ia sempat mengecup singkat pipi kakaknya itu sebelum benar-benar meninggalkan rumah.

***

        Beberapa hari kemudian. Minhyuk tiba-tiba menghentikan taksi yang ia tumpangi, lalu melompat turun. Ia mengawasi seorang gadis yang baru turun dari sebuah mobil dari balik sebuah pilar. Gadis itu adalah Hye Ra. Tak lama, Yong Hwa menyusul Hye Ra ke luar dari mobil.
        Minhyuk mengepalkan tangan ketika menyaksikan Hye Ra menggamit lengan Yong Hwa. Dan sebelum mereka berpisah, Yong Hwa tampak meletakkan satu tangannya di kepala Hye Ra, lalu mengusap rambut kekasihnya itu dengan lembut.
        Hye Ra terkekeh dengan perlakuan Yong Hwa padanya. “Aku benar-benar seperti memiliki kekasih sungguhan,” candanya.
        “Aku memang kekasihmu!” protes Yong Hwa pura-pura tak terima.
        “Sudah, ya.” Hye Ra buru-buru melepaskan tangan Yong Hwa dan meninggalkannya ke dalam kampus.
        Yong Hwa sendiri langsung melesat masuk ke dalam mobilnya, namun tangan seseorang menahannya sebelum Yong Hwa sempat menutup pintu mobilnya.
        “Minhyuk?” seru Yong Hwa terkejut. “Kau di sini?”
        Minhyuk mengangguk malas. “Sedang ada urusan di Korea. Lusa aku sudah kembali ke Jepang,” kata Minhyuk. Ia bahkan masih membawa-bawa ranselnya. Pemuda itu menatap Yong Hwa intens. “Hyung, sepertinya kau semakin dekat dengan Hye Ra? Kalian tidak berpacaran, kan?” nada bicara Minhyuk terdengar tak suka.
        “Kenapa kau seperti itu? Aku bahkan tidak mempermasalahkan kau dengan Sulli.”
        “Jadi benar, hyung?” Tanya Minhyuk dengan tatapan nanar.
        Yong Hwa hanya mengangguk sekali. Setelah itu ia meninggalkan Minhyuk di sana. Minhyuk hanya mampu mengusap wajahnya, menahan kesal dan kecewa.

***

        “Kau ingin kita segera bertunangan?” Pemuda itu mengulangi permintaan gadis di hadapannya yang kini sudah menangis. Pemuda yang ternyata Minhyuk itu menggenggam tangan kekasihnya. “Sulli… kau tau aku masih kuliah di Jepang. Aku belum lulus apalagi memiliki pekerjaan yang layak. Kita tidak mungkin bertunangan secepat itu. Apalagi setelahnya harus segera menikah.” Minhyuk berusaha memberikan pengertian pada Sulli.
        “Aku tau Minhyuk! Aku tau! Tapi kalau tidak, aku akan dijodohkan dengan pemuda lain. Apa kau mau itu?”
        Minhyuk tertegun mendengarnya. Selama ini ia memang berpacaran dengan Sulli. Tapi hatinya tak sepenuhnya untuk gadis di hadapannya ini. Apalagi jika di paksa bertunangan. Minhyuk lebih memilih mundur.
        “Siapa?” Tanya Minhyuk berusaha terlihat protektif. Ia tetap ingin Sulli mendapatkan pemuda yang tepat.
        “Hmm?” Sulli tampak tak siap dengan pertanyaan Minhyuk.
        “Siapa pemuda beruntung yang dijodohkan denganmu itu?” Tegas pemuda itu sekali lagi.
        Sulli menghela napas sebelum menjawab, “Jung Yong Hwa. Kakak kelas SMA kita dulu.”
        “Mantan kekasihmu?” kata Minhyuk tajam. Sulli tertunduk. Minhyuk langsung menyandarkan punggungnya dengan lemas. Lagi-lagi karena Yong Hwa. “Sulli…” tiba-tiba Minhyuk kehabisan kata-kata. Lalu ia berdiri dan tanpa pamit, Minhyuk meninggalkan Sulli di sana.

***

        Yong Hwa sudah mendengar berita perjodohan dari orang tuanya beberapa hari yang lalu. Sudah sejak kemarin pula ia tak menghubungi Hye Ra dalam bentuk apapun. Ia seolah menghilang begitu saja. Dan pagi itu, Yong Hwa tampak baru saja tiba di sebuah café yang kebetulan sedang tidak terlalu ramai. Ia langsung mengedarkan pandangannya mencari-cari sesuatu.
        Di ujung jendela sana, tampak seorang gadis dengan rambut panjang bergelombang duduk sendiri sambil menikmati secangkir espresso pesanannya. Gadis itu yang di cari Yong Hwa. Yong Hwa pun segera menghampirinya. Dan tanpa basa-basi, ia duduk di seberang gadis itu.
        “Aku sudah dengar dari orang tuaku kalau kita di jodohkan,” kata Yong Hwa tanpa basa-basi dan terdengar dingin.
        Sulli menghela napas tanpa menatap Yong Hwa. Ia mengusap lengannya sendiri sambil melempar tatapan ke luar jendela. Sulli menunduk sesaat untuk mengumpulkan keberanian menatap Yong Hwa.
        “Oppa, maaf selalu menyusahkanmu.” Sulli kembali mengalihkan pandangannya. Tak berani lama-lama menatap ke dalam mata Yong Hwa.
        Yong Hwa mengulurkan tangannya untuk meraih salah satu tangan Sulli. “Tenanglah,” ujarnya lembut.
        Sulli semakin ingin menyembunyikan wajahnya. Terlebih saat ini ia sudah hampir menangis. Yong Hwa sempat menyodorkan tissue, dan Sulli meraihnya masih tanpa menatap pemuda itu.
        “Kau masih mencintai Minhyuk?”
        “Tapi aku tak ingin mengecewakan orang tuaku.”
        “Kau masih mencintai Minhyuk?” ulang Yong Hwa kali ini dengan penuh penekanan. Karena jawaban Sulli tak seperti apa yang ia harapkan. Sulli justru semakin deras menangis.
        “Minhyuk masih ingin melanjutkan kuliahnya sampai selesai. Setelah itu ia ingin bekerja. Bukan bertunangan denganku,” kata Sulli.
        Yong Hwa langsung menarik kesimpulan bahwa Sulli pasti masih mencintai kekasihnya itu. “Lalu…” ia sengaja menggantungkan ucapannya karena ingin mendengar langsung dari mulut Sulli.
        Sulli menyerah. Ia akhirnya menatap Yong Hwa sambil mengangguk. “Aku mencintainya.”
        Yong Hwa tersenyum lembut.
        “Tapi aku merelakannya demi kebahagiaan orang tuaku dan cita-cita Minhyuk selama ini,” sambung Sulli membuat senyuman Yong Hwa perlahan memudar.
        Kata-kata Sulli benar-benar menusuk hati Yong Hwa. “Apa aku bisa melakukan hal yang sama seperti Sulli?” ujarnya dalam hati. Sejujurnya ia ragu dengan perasaannya sendiri. Ia juga tak bisa memaksakan Hye Ra lebih lama dengannya. Gadis itu berhak memiliki kehidupan yang layak bersama seorang pemuda yang ia cintai. Bukan berpacaran tanpa rasa saling suka seperti dengannya saat ini.
        “Oppa, kau bisa menolaknya, bukan?” pertanyaan Sulli membuyarkan lamunan Yong Hwa.
        Yong Hwa mengangguk cepat. “Jika Minhyuk…”
        Sulli memotong ucapan Yong Hwa dengan menggelengkan kepala. “Bukan Minhyuk. Aku tau kau juga sudah memiliki kekasih. Jika bukan denganmu, orang tuaku akan mencarikan pemuda lain. Terima kasih atas waktumu.”
        Sulli sudah menyambar sling bag-nya, namun Yong Hwa buru-buru mencegah. Ia menggenggam kedua tangan Sulli sambil menatapnya lembut. “Tolong katakan dengan tulus kalau masih ada sedikit saja perasaan cintamu untukku.”
        Sulli mencoba menyelami mata Yong Hwa untuk mendapatkan kebenaran di sana. “Aku memang mencintai Minhyuk. Sangat.” Sulli menghirup udara banyak-banyak. “Tapi hanya ada satu orang yang bisa menggoyahkan itu semua.”
        Yong Hwa menunggu dengan sabar karena Sulli sengaja mengulur waktu. Perasaannya benar-benar terpecah saat ini. Untuk Hye Ra dan untuk Sulli.
        “Yaitu seorang Jung Yong Hwa,” kata Sulli akhirnya. “Jika kau bertanya tentang perasaanku padamu. Tentu masih ada. Terlebih setelah Minhyuk pergi.”
        Yong Hwa memejamkan matanya sejenak. Lega dengan apa yang baru saja ia dengar.
        Sulli menjauhkan tangannya dari tangan Yong Hwa. “Tapi aku benar-benar tidak ingin memaksamu, oppa.”
        “Kau tidak tau apa yang terjadi padaku dan Hye Ra. Dan aku juga tidak akan membatalkan perjodohan ini. Karena aku tak rela jika kau jatuh ke tangan pemuda selain aku atau Minhyuk.”
        Hening setelah itu.
        “Bisa tunggu sampai aku memastikan Hye Ra juga mendapatkan pemuda yang tepat untuknya?”
        Sulli melebarkan matanya setelah mendengar ucapan Yong Hwa. Ia tidak mengerti dengan apa yang di maksud Yong Hwa. Tapi setidaknya untuk saat ini ia bisa sedikit tenang.

***

        Minhyuk mengawasi pertemuan antara Sulli dan Yong Hwa dari luar café. Ia sedikit bersembunyi di balik pilar. Pemuda itu bahkan melakukan sedikit penyamaran dengan menggunakan masker dan kacamata hitam.
Meski tak bisa mendengar apa yang di bicarakan kekasihnya itu bersama Yong Hwa, tapi Minhyuk melihat semua adegan yang terjadi. Saat Sulli menangis, Yong Hwa menyodorkan tissue untuknya. Semuanya. Dan Minhyuk bisa langsung menarik kesimpulan bahwa Sulli masih memiliki perasaan pada mantan kekasihnya itu.
        “Sejujurnya, kau memang bisa sedikit mengalihkan perasaanku pada Hye Ra. Tapi kenapa harus kembali Yong Hwa yang mengambilmu dariku?” gumamnya pelan. Terdengar sedikit frustasi. Setelahnya, Minhyuk meninggalkan tempat itu.

***

        “Cepat habiskan sarapanmu!” pekik Minho setengah berteriak karena melihat adiknya sejak tadi sibuk dengan ponselnya. Hye Ra bahkan mengabaikan makanan di hadapannya.
        “Yong Hwa tak bisa di hubungi sejak kemarin,” ujar Hye Ra tanpa menatap kakaknya.
        Minho hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Hye Ra.
        “Oppa,” panggil Hye Ra dengan posisi ponsel masih menempel di telinganya. “Ayah dan ibu sudah kembali ke Prancis. Lalu, apa kau jadi ke Jepang besok?”
        “Hanya seminggu,” kata Minho.
        Kali ini Hye Ra manggut-manggut mengerti. “Ke mana anak itu?”
        “Kau cari saja pemuda lain yang bisa kau jadikan kekasih secara serius,” komentar Minho karena Hye Ra masih mencoba menghubungi Yong Hwa meski hasilnya selalu sama.
        “Kau tenang saja. Aku sedang dalam proses melupakan perasaanku pada Doojoon,” ujar Hye Ra yakin. Tak lama, ia seperti teringat sesuatu. Hye Ra lalu beranjak dari meja makan sambil membawa serta piringnya ke ruang tivi.
        “Kau mau ke mana?” teriak Minho.
        “Aku ingin melihat ‘Blue Flame’!” balas Hye Ra dengan teriakan juga. Gadis itu kini sudah duduk tenang dengan posisi televisi yang sudah menyala dan menayangkan sebuah program acara music di mana ‘Blue Flame’ yang tengah mengisi acara saat ini. “Oh, Im Siwan…” gumamnya kagum saat kamera menyorot drummer mereka.
        “Hye Ra, aku berangkat.”
        “Oke, oppa! Sepulang kuliah aku langsung tinggal di apartmen baruku,” teriak Hye Ra.
        “Jadi kau benar-benar…” Minho menggantungkan ucapannya. Hye Ra hanya tersenyum penuh misteri sambil mengangkat bahu.

***

        Ke lima member ‘Blue Flame’ baru saja dalam perjalanan tiba kembali ke dorm mereka setelah mengisi sebuah acara music tadi pagi. Joon hampir selalu berjalan paling akhir meski statusnya adalah ‘leader’ grup. Ia mengenakan headphone  yang menutupi ke dua telinganya. Joon juga tampak sibuk dengan ponselnya.
        Karena terlalu sibuk dengan ponsel, Joon nyaris menubruk tubuh Nichkhun yang tiba-tiba berhenti mendadak di depannya. “Ada…” ucapan Joon terputus setelah melihat apa yang membuat membernya itu tak langsung masuk ke dorm. Minhyuk muncul di antara Luhan dan Siwan yang tadi berjalan paling depan. Tatapannya langsung jatuh pada Joon.
        “Ayo masuk,” kata Doojoon memecah keheningan. Luhan sedikit tersentak karena suaranya dan segera membukakan pintu dorm. Ia masuk kemudian di susul Siwan, Doojoon dan Nichkhun.
        Joon dan Minhyuk sesaat saling tatap. Joon lalu menggerakkan kepalanya ke dalam agar Minhyuk mengikutinya masuk ke dorm. “Kau tak bilang pulang ke Korea.” Joon melemparkan ranselnya sembarangan ke lantai dan bicara tanpa menatap Minhyuk.
        Minhyuk menghela napas. “Terpaksa,” ujarnya pendek.
        Joon menatap Minhyuk penuh selidik. Seperti telah terjadi sesuatu pada adiknya. Ia lalu mengawasi kegiatan yang di lakukan membernya yang lain. Nichkhun sudah masuk ke kamar, Luhan langsung meringkuk di sofa dan menjadikan paha Doojoon sebagai bantalnya. Sementara Siwan baru saja melesat ke dapur.
Tak lama, Nichkhun kembali ke luar. Matanya terhenti pada Joon yang saat itu juga melihat ke arahnya. Sedangkan Minhyuk tampak tertunduk di dekat Joon. Nichkhun melemparkan Tanya melalui tatapan mata. Joon hanya mengangkat bahu, kemudian menepuk pundak Minhyuk agar kembali mengikutinya masuk ke dalam kamar.
        “Aku sudah pesan makanan, Joon!” teriak Nichkhun mengingatkan, tepat sebelum Joon menutup pintu kamarnya dari dalam.
        “Sampai kapan kau di Korea? Bagaimana kuliahmu?”
        “Harusnya hari ini juga aku pulang,” kata Minhyuk dan ia menunggu Joon meresponnya lgi.
        “Lalu…” Joon mengawasi Minhyuk melalui ekor matanya. Seolah bartanya ‘kenapa kau masih di sini?’.
        “Hmm…” Minhyuk menggaruk alisnya, tak langsung menjawab. “Aku…” Ia masih memikirkan kata-kata yang tepat. Sementara Joon sudah meliriknya tak sabar. “Aku ingin meminjam uang untuk kembali ke Jepang.”
        Joon langsung menoleh.
        “Awalnya aku tak niat untuk pulang,” sela Minhyuk buru-buru. “Jadi aku tak mempersiapkan uang yang cukup. Hanya untuk membeli tiket pesawat saja, hyung.”
        “Nanti ku pesankan tiket. Lagi pula, memangnya ada apa kau ke Korea?” Tanya Joon penasaran. Karena Minhyuk sama sekali tak pernah memberitaukan rencana dadakannya pulang ke Korea. Dan ketika mereka bertemu untuk pertama kali hari ini, Minhyuk justru sudah berniat untuk kembali ke Jepang.
        Minhyuk merebahkan tubuhnya ke kasur Joon. Agak malas untuk menceritakannya. “Nanti saja ku ceritakan.”
        “Tak biasanya kau seperti ini.” Joon sedikit terkekeh melihat tingkah adiknya. “Masalah kekasihmu?” tebak Joon akhirnya.
        Minhyuk buru-buru menegakkan badannya. “Kau berpengalaman sekali, hyung. Apa kau juga pernah merasakan ini dengan kekasihmu?” Tanya Minhyuk polos. Ia tak sadar jika Joon sudah hampir memucat.
        “Aku tak akan bahas itu lagi.” Joon berdiri dan siap meninggalkan Minhyuk di kamarnya, namun ketika baru membuka pintu ia kembali berbalik. “Ayo makan siang dulu. Setelah itu kita pesan tiket. Dan nanti uangnya tak usah kau ganti.”
        Mata Minhyuk sontak berbinar. “Benarkah, hyung?”
        Joon tak menjawab. “Ayo, cepat,” ajaknya sedikit mengalihkan.

***

        “Kekasihku sudah di suruh bertunangan oleh orang tuanya. Tapi aku belum siap karena aku belum lulus kuliah dan bekerja,” cerita Minhyuk ketika Joon mengantarnya menuju bandara. Awalnya ia memang tak ingin meningat kejadian itu, tapi Joon sedikit memaksa. Pemuda itu sangat ingin tau alasan adiknya tiba-tiba pulang ke Korea.
        “Akhirnya aku lebih memilih melepaskannya. Cepat atau lambat, dia akan segera bertunangan,” lanjut Minhyuk dengan wajah cukup sedih.
         Di balik kacamata hitam yang ia kenakan, Joon juga menyembunyikan kesedihannya. Gadis yang ia cintai selama ini telah jatuh ke pelukan pemuda lain bahkan sebelum Joon sempat menyatakan perasaannya.
        Akhir-akhir ini jika Joon teringat gadis yang dicintainya itu, Joon mengalihkannya dengan minum-minuman beralkohol di sebuah klub langganannya. Tak terkecuali malam ini. Ia ikut membawa kesedihan adiknya. Sepulang dari bandara, Joon langsung melampiaskan kekesalannya itu.
        Bukan untuk kali pertama Joon pulang dalam keadaan mabuk. Tapi anehnya, Joon selalu bisa sampai di dorm dengan selamat dan salah satu membernya itu akan menyambut kedatangannya. Kali ini giliran Siwan.
        “Hyung! Mau sampai kapan kau mabuk seperti itu!” Siwan melancarkan protes keras terhadap leadernya itu. Joon hanya tersenyum getir di tengah matanya yang merah. Jika sudah seperti itu, Siwan akan langsung menggeretnya ke kamar mandi dan Joon akan dikuncikan dari luar.
        Joon sama sekali tak berontak ketika Siwan sudah menguncinya dari luar. Ia bahkan sama sekali tak protes sedikitpun. “Kalian pikir aku bodoh? Aku belajar dari pengalaman.” Joon bicara seorang diri. Di dalam lemari kecil, Joon sudah menyiapkan bantal dan selimut. Ia lalu meletakkan benda-benda itu ke dalam bathtub yang akan ia gunakan sebagai alas tidur.
        Perlahan Joon masuk ke dalam bathtub setelah melepaskan sepatunya. Ia berusaha senyaman mungkin tidur di dalam kamar mandi malam ini. Joon menatap pintu kamar mandi yang terkunci. “Selamat malam memberku tersayang,” serunya sambil tersenyum meremehkan seolah ia benar-benar melakukan itu di hadapan ke empat anggotanya yang lain.

***


3 komentar:

  1. hmmm...
    gayanya Joon, sama banget kaya ganya author yang satu ini nih...
    "Ia mengenakan headphone yang menutupi ke dua telinganya."

    hahaha
    koplak banget dah yang ini : “Kalian pikir aku bodoh? Aku belajar dari pengalaman.” Joon bicara seorang diri.

    ga bakal lupa kejadian ini nih :
    Di dalam lemari kecil, Joon sudah menyiapkan bantal dan selimut. Ia lalu meletakkan benda-benda itu ke dalam bathtub yang akan ia gunakan sebagai alas tidur.
    Perlahan Joon masuk ke dalam bathtub setelah melepaskan sepatunya. Ia berusaha senyaman mungkin tidur di dalam kamar mandi malam ini. Joon menatap pintu kamar mandi yang terkunci. “Selamat malam memberku tersayang,” serunya sambil tersenyum meremehkan seolah ia benar-benar melakukan itu di hadapan ke empat anggotanya yang lain.

    hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener-bener flashback dari pas FF 'Blue Flame Band' yang pertama kan?
      nah, itulah yang terjadi sama JOON...
      betapa frustasinya Joon sebelum ia menemukan cinta kembali pada sosok Hye Ra...

      Hapus
  2. iya bener-bener flashback dari yang pertama.. :)
    hahaha
    frustasi banget banget banget malah.. hihihi :)

    BalasHapus