Sabtu, 22 Februari 2014

BLUE FLAME BAND 2 (part 11)


 
Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Lee Minhyuk (BtoB)
·        Jung Yong Hwa (CN Blue)  
Original cast     : Hye Ra
Support cast     :
·        Im Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun Horvejkul (2PM)
·        Yoon Doojoon (Beast/B2ST)
·        Luhan (Exo-M)
·        Im Yoona (SNSD)
·        Choi Minho (SHINee)
·        Choi Sulli (F(x))
·        Lee Sungmin (Super Junior)
Genre               : romance
Length              : part

***

“Joon aku…” Hye Ra tak melanjutkan kata-katanya karena Joon sudah lebih dulu balik kanan dan meninggalkannya bersama Minhyuk di sana. “Minhyuk lepas!” teriak Hye Ra di depan wajah pemuda itu. Karena tidak sabar, Hye Ra menghentakkan tangannya. Setelah lepas, ia berlari sekencang mungkin ke arah Joon menghilang tadi.
        “Hye Ra!” pekik Minhyuk berusaha menghentikan langkah gadis itu. Namun usahanya sia-sia. Suaranya seperti tak menembus gendang telinga Hye Ra. Minhyuk melangkah, namun kakinya seperti menabrak sesuatu. Sebuah tas karton kecil yang sepertinya terlepas dari tangan Hye Ra.
Tanpa pikir panjang, Minhyuk membongkarnya. Di dalam tas karton tersebut ada sebuah kotak perhiasan. Dengan lancang Minhyuk membukanya dan menemukan sepasang cincin. Minhyuk mengambil salah satunya. Ada ukiran nama ‘Lee Joon’ di sana. Buru-buru Minhyuk mengembalikan cincin tadi ke tempat semula dan memeriksa lagi yang satunya. Minhyuk langsung mengembalikan lagi dengan perasaan mencelos. Jelas cincin ke dua tadi milik ‘Hye Ra’.
        Tangan Minhyuk menjuntai ke bawah. Tidak menyangka jika gadis yang masih di cintainya justru menjalin kasih dengan kakak kandungnya sendiri. Minhyuk mengacak rambutnya frustasi. Ia juga melangkah gontai dari tempat itu. Entah sadar atau tidak, Minhyuk membawa serta cincin milik Hye Ra.

***

        “Joon! Lee Joon!” Hye Ra berteriak sekeras mungkin saat kekasihnya itu melesat masuk ke dalam mobilnya yang di kendarai supir pribadi Joon. Air mata juga sudah membasahi wajah gadis itu. Ia bahkan sampai menggedor jendela mobil Joon agar kekasihnya itu mau berhenti dan mendengarkannya. “Joon! Kenapa kau semarah ini?” tandasnya lagi, namun tak menghasilkan apa-apa.
“Joon!” pekik Hye Ra sekali lagi sambil mengejar mobil yang sudah semakin jauh meninggalkannya itu. Hanya beberapa langkah saja Hye Ra bisa mengejar sebelum akhirnya ia tersandung kakinya sendiri hingga lututnya mendarat mulus ke aspal hingga merusak celana jinsnya. “Joon,” lirihnya lagi sambil memegangi ke dua lututnya yang kini terluka. Air matanya masih saja mengalir deras.
Khayalan-khayalan manisnya bersama Joon musnah sudah. Bahkan hanya karena sebuah kesalahpahaman yang belum sempat ia jelaskan. Dan bodohnya Hye Ra bahkan tidak pernah tau kalau Joon dan Minhyuk saudara kandung. Tapi Joon atau mungkin Minhyuk sendiri juga tidak mengetahui kalau mereka mengenal bahkan bisa sampai jatuh cinta dengan gadis yang sama.
        Air mata Hye Ra menetes mengenai lututnya yang terluka. Rasa sakit di lututnya bercampur dengan rasa sakit di hatinya karena ia merasa telah gagal mempertahankan cinta dari Joon. Dengan kasar Hye Ra menyeka wajahnya yang basah. Dan baru ia sadari bahwa tangannya telah kosong.
        “Di mana cincinku?” seru Hye Ra yang kini panic mencari benda yang kini sangat berharga untuknya. Tidak ada apapun di sekelilingnya. Gadis itu berusaha bangkit dan berjalan ke tempat mobilnya terparkir. Hye Ra bahkan harus mengabaikan luka di kakinya.
        Hye Ra mencari-cari di dalam mobil. Ia bahkan membongkar isi laci mobil yang isinya hampir dipenuhi oleh album-album music ‘Blue Flame’. “Tidak ada,” gumamnya lemah. Gadis itu berusaha mengingat-ingat terakhir kali benda itu masih berada di tangannya. Di dalam taman. Hye Ra langsung menutup pintu mobil dan melesat kembali ke dalam taman.
        Sementara Hye Ra berjalan ke dalam, sebuah mobil berhenti tak jauh dari tempat mobil Hye Ra terparkir. Hampir sama seperti yang Minhyuk lakukan. Pemuda itu—Yong Hwa—memperhatikan mobil Hye Ra dengan detail. Setelah memastikan kesamaan ciri-ciri yang ia tahu, Yong Hwa menyapu pandangannya ke sekeliling. Samar-samar ia melihat seseorang yang baru saja memasuki taman. Tanpa pikir panjang, Yong Hwa segera melangkahkan kaki untuk menyusul.
        “Hye Ra!” Yong Hwa meneriakkan nama gadis itu. Namun tidak ada jawaban. Ia juga sedikit kehilangan jejak Hye Ra saat mengejar gadis itu. Tapi pemuda itu juga tak hanya sampai di sana. Ia terus menelusuri taman lebih dalam lagi.
        Tepat di bawah lampu taman yang menyorot, Yong Hwa menemukan seorang gadis terduduk di sana sambil terisak. “Hye Ra,” gumamnya lemah. Kesekian kalinya Yong Hwa melihat gadis itu terpuruk seperti saat ini. Dan Yong Hwa harus menguatkan langkah agar bisa sampai ke sana.
        “Joon…” Gadis itu masih menangis. Terlebih ia juga tidak menemukan benda yang dicarinya.
        Yong Hwa membeku seketika mendengar suara Hye Ra yang sangat memilukan. Namun hati kecil pemuda itu menuntutnya untuk tetap menghampiri Hye Ra. Setidaknya ia bisa menjadi teman yang mungkin bisa mengurangi beban gadis itu meski hanya sedikit.

***

        Joon tahu. Dan ia bahkan sadar jika tadi ketika Hye Ra mengejarnya, gadis itu dalam keadaan menangis. Biasanya Hye Ra hanya akan berani menangis melalui telpon. Tapi tadi? Joon bahkan bisa melihat mata Hye Ra yang basah. Akhirnya pemuda itu hanya bisa meneteskan air mata juga diam-diam. Merutuki diri karena ia bahkan ikut andil membuat air mata gadis yang dicintainya pecah. Bukannya mengapus air mata itu dengan kedua tangannya seperti yang selalu ia ungkapkan pada Hye Ra jika ia tahu kekasihnya sedang menangis.
        “Aku harus menemui Hye Ra,” putus Joon setelah menyeka air matanya sendiri. “Berhenti di depan,” perintahnya. Mobilpun langsung menepi dan berhenti. Joon dan sang sopir sama-sama ke luar dari dalam mobil. “Kau bisa pulang naik taksi. Biar aku yang membawa mobil sendiri,” serunya yang bahkan sudah menyodorkan selembar uang pada supirnya sebagai ganti ongkos taksi. “Datang lagi untuk bekerja besok.”
        Joon kembali ke taman yang tadi. Ia bisa sedikit lega karena mobil Hye Ra masih berada di sana. Dan sebuah mobil lagi yang seakan ia abaikan keberadaannya. Joon sempat mengintip ke dalam karena Hye Ra lupa mematikan lampu mobil bagian dalam. Betapa terkejutnya ia mendapati kondisi bagian dalam mobil sedikit berantakan. Bahkan album music miliknyapun berserakan di jok.
        “Ke mana Hye Ra?” ujar Joon panic. Joon bahkan sampai mengacak rambutnya. “Mungkinkah…” Joon mengepalkan tangannya karena teringat terakhir kali ia di sana, ada Minhyuk juga. Pemuda itu berpikir kalau Hye Ra masih bersama adiknya.
        Joon memantapkan hati sebelum kembali ke dalam taman yang sudah sedikit merusak kebahagiaannya malam ini setelah kedatangan Minhyuk. Joon melempar pandangan keseluruh sudut taman yang bisa tertangkap matanya. Kemudian langkah pemuda itu berhenti ketika melihat seorang pemuda ikut berjongkok di belakang seorang gadis yang kemudian memeluk gadis itu dari belakang.
        Joon menajamkan mata memperhatikan pemuda tersebut karena itu bukan Minhyuk seperti apa yang ia khawatirkan. Tapi Yong Hwa. Namun tampaknya Joon lupa tentang pemuda itu.
Joon sedikit panic ketika melihat Yong Hwa membimbing Hye Ra untuk berdiri. Ia segera mencari tempat bersembunyi di sekitar sana. Pilihannya adalah sebuah pohon yang tidak tersinari lampu taman. Saat mereka berbalik, Joon baru menyadari bahwa pemuda itu adalah Yong Hwa. Seseorang yang pernah membuatnya sangat cemburu karena kedekatannya dengan Hye Ra.

***

        Di dalam mobil Yong Hwa ada Sungmin. Dan saat Yong Hwa pergi menyusul Hye Ra, ia meninggalkan Sungmin di sana. Kemudian pemuda itu ke luar saat melihat kedatangan Yong Hwa. Ia belum sempat mendapat penjelasan apa-apa saat Yong Hwa meninggalkannya tadi.
        “Apa yang terjadi?” desak Sungmin. Samar-samar ia melihat Hye Ra di belakang Yong Hwa. “Itu Hye Ra?” gumamnya lalu berniat untuk mendekat karena ia melihat Hye Ra seperti tidak dalam kondisi baik. Namun Yong Hwa sudah lebih cepat untuk mencegahnya.
        “Hyung. Kau bawa mobilku dan ikuti kami,” kata Yong Hwa.
        “Tapi bagaimana bisa kalian di sini? Kalian janjian? Kau tau, kan? Hye Ra dan Lee Joon…”
        “Aku tidak janji apapun!” sela Yong Hwa. “Dan tidak ada Lee Joon di dalam,” jelasnya kemudian sebelum kakaknya itu mencurigai yang macam-macam.
        Sungmin diam. Setengah berpikir lebih tepatnya karena ia menangkap mobil Joon di sekitar sana. Sungmin sudah ingin membuka mulut untuk memberi tahu tentang mobil itu, namun Yong Hwa lebih dulu bicara.
        “Kita tidak punya banyak waktu, hyung.” Tanpa berkata apa-apa lagi, Yong Hwa sudah melesat meninggalkan Sungmin di sana. Yong Hwa membimbing Hye Ra masuk ke dalam mobil gadis itu, sementar ia yang akan menyetir.
        Tanpa bisa menolak, Sungmin mengikuti permintaan Yong Hwa. Ia kembali masuk ke dalam mobil adiknya itu. Tidak lupa, Sungmin sempat menghubungi beberapa member ‘Blue Flame’, kecuali Joon tentunya karena ia ingin bertanya tentang leader tersebut. Sebagai menejer, sudah selayaknya ia tahu masalah anggotanya.
        “Joon sudah kembali ke dorm?” tanya Sungmin setelah mendapat jawaban dari Siwan.
        Yang kembali ke dorm hanya Siwan, Luhan dan Doojoon. Dan saat ini mereka sedang berkumpul di meja makan setelah beberapa saat lalu makanan pesanan mereka sampai.
        “Joon hyung pergi menemui Hye Ra,” kata Siwan. Sementara Doojoon dan Luhan menatap penuh minat ke arah Siwan yang tengah berbicara dengan menejer mereka.
        “Joonie hyung bahkan sangat bersemangat tadi,” seru Luhan di dekat ponsel Siwan. Ia memang tidak mendengar suara Sungmin. Namun ucapan Siwan tadi tentu saja adalah jawaban dari pertanyaan Sungmin tentang Joon.
        “Ah, ya sudah. Jika Joon pulang, suruh ia langsung istirahat,” kata Sungmin akhirnya sebelum mengakhiri pembicaraan. Tidak mungkin ia mengatakan hal yang sebenarnya pada Siwan tentang apa yang ia lihat tadi.

***

        Selama perjalanan, Yong Hwa dan Hye Ra saling diam. Setelah beberapa menit, mereka tiba di kediaman Hye Ra. Dan Yong Hwa masih belum bisa menanyakan hal apapun melihat kondisi Hye Ra saat itu.
        “Segera masuk ke dalam dan obati lukamu,” hanya itu yang dikatakan Yong Hwa sebelum ke luar dari mobil Hye Ra.
        “Hmm…” gumam Hye Ra pelan sebagai tanda ia merespon Yong Hwa. Ia bahkan tidak menoleh ke tempat Yong Hwa berada.
        Kemudian Yong Hwa ke luar dari mobil. Sementara Hye Ra langsung berpindah ke tempat kemudi untuk memasukkan mobil ke dalam garasi rumahnya. Dengan langkah gontai, Yong Hwa berbalik menuju mobilnya yang dikendarai Sungmin.
        Setelah memastikan mobilnya terkunci, Hye Ra berbalik menuju pintu rumahnya sambil memeriksa ponsel. Ternyata ada pesan masuk dari Minho. Hye Ra sempat berhenti di depan pintu dengan posisi tangan memegang knop pintu, namun ia tidak melakukan apapun selain membuka pesannya.

      Kami menginap di rumah orang tua Yoona. Besok siang baru akan kembali. Kau hati-hati di rumah. Oiya, kau masih bersama Joon? Salam untuknya dan bilang padanya untuk cepat mengurus pertunangan kalian.

        Hye Ra menghirup udara dalam-dalam untuk mengurangi rasa sesak didadanya. Sementara tangannya menggenggam erat ponsel. Bukan hanya harapannya. Tapi harapan Minho dan keluarganya agar Hye Ra menjalin hubungan lebih serius dengan Joon musnah sudah.
        “Apa Yoona eonnie akan membenciku karena telah menyakiti Joon?” seru Hye Ra lirih. “Itu semua sama sekali bukan kemauanku! Tapi…” Hye Ra tidak melanjutkan ucapannya karena mendengar suara deru mesin mobil menjauh. Saat berbalik, ia mendapati mobil Yong Hwa melintas. Pemuda itu baru saja pergi dari sana.
        Hye Ra melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan hampir setengah 10 malam. Di luar dugaan, Hye Ra justru tidak jadi masuk ke dalam rumah, melainkan ke arah lain. Ia berjalan menuju gerbang rumahnya. Mobil Yong Hwa sudah semakin menjauh, bahkan sudah menghilang di belokkan membuat Hye Ra semakin memaksakan langkah menuju jalan raya. Di sana ia menyetop sebuah taksi yang akan membawanya pergi ke suatu tempat.

***


Di dalam taksi, Minhyuk tampak melakukan browsing melalui ponselnya tentang berita-berita ‘Blue Flame’ yang selama ini tidak ia ketahui. Dan hasilnya cukup mengejutkan. Berita yang ia dapat, hampir semuanya melibatkan Hye Ra.
        “Hye Ra memang mengagumi Siwan hyung. Tapi, ternyata ia juga dekat dengan Changsun hyung?” gumam Minhyuk pelan. Ia lalu menelusuri kembali web yang sama dan mendapatkan berita lain yang masih berkaitan degan berita yang sebelumnya.


        Minhyuk meremas ponselnya. Rasanya lebih sakit dari pada melihat secara langsung ketika Yong Hwa mencium Hye Ra. Gadis itu justru menjalin hubungan dengan pemuda yang bertahun-tahun ia panggil ‘hyung’. Pemuda yang bahkan lahir dari rahim yang sama dengannya. Lee Joon. Kakak kandungnya sendiri.
        Ponsel Minhyuk yang sudah berfasilitas touch screen, memungkinkan jari Minhyuk tanpa sadar menyentuh layarnya yang ternyata terhubung dengan sebuah link. Minhyuk baru melihat kembali ponselnya ketika sebuah web sudah muncul dengan sempurnya hingga membuatnya cukup terbelalak.


        Minhyuk mengerutkan keningnya membaca artikel tersebut. “Apa lagi ini? Bahkan Doojoon hyung mengakui Hye Ra sebagai kekasihnya?”
        Tiga artikel yang sangat mengejutkan untuk Minhyuk. Artikel yang sangat berpengaruh. Dan bodohnya, ia baru mengetahui semua itu sekarang. Setelah ia sadar bahwa kekasih Hye Ra adalah Lee Joon. Lalu tiba-tiba, Minhyuk teringat perdebatannya dengan Yong Hwa beberapa jam lalu.

Flashback…
“Setelah kau mencium Hye Ra, kau akan melepaskannya begitu saja?”
        “Apa kau akan melaporkan pada kekasih Hye Ra?” Yong Hwa justru balik bertanya. “Lakukan sesukamu. Asal kau tau saja, pemuda itu salah satu anggota ‘Blue Flame’. Dan ‘Blue Flame’ sendiri sudah ada dalam perjalan kembali ke sini. Setelah itu, Hye Ra pasti akan menemui pemuda tersebut,” yakinnya.
Flashback end…

        “Jadi, yang dimaksudkan oleh Yong Hwa hyung, adalah Changsun hyung? Ia juga sudah tau tentang itu?” pikir Minhyuk untuk dirinya sendiri. “Pantas ia tak ingin melepaskan Sulli dan mengejar Hye Ra kembali. Changsun hyung tampak sangat marah tadi. Itu artinya dia sangat mencintai Hye Ra.”
        Minhyuk menyandarkan punggungnya lebih dalam lagi ke jok mobil. Tak habis pikir dengan apa yang ia alami. Kebahagiaannya saat bertemu kembali dengan Hye Ra harus di bayar mahal dengan kenyataan lain yang melibatkan kakaknya sendiri dengan gadis yang masih cukup dicintainya itu.
        “Haruskah aku bersaing dengan hyungku sendiri?”
        Ini keputusan berat. Antara cinta dan persaudaraan. Ke duanya sangat penting di hidup Minhyuk. Dan siapapun pasti akan sulit memutuskannya. Kecuali antara ia dan Joon ada yang siap dan rela untuk mengalah. Tapi tentu saja tidak semudah itu juga untuk mereka melepaskan gadis yang sama-sama mereka cintai.

***

        Hye Ra tiba di gedung apartmen tempat ia dulu pernah tinggal. Atau dengan kata lain, apartmen yang kini dihuni oleh Joon. Gadis itu bisa dengan mudah memasuki gedung. Tidak terlalu lama, gadis itu tiba di pintu apartmen. Ia memasukkan kode untuk membuka pintu. Tentu saja Joon pasti memberi tahu gadis itu.
        Masih dengan sisa-sisa air mata, Hye Ra menerobos masuk dan berharap kekasihnya ada di sana. “Joon. Ku mohon maafkan aku…” ucapan Hye Ra semakin melemah seiring dengan kedatangan seorang wanita hamil dari arah dapur. “Siapa kau?”
        Wanita itu, tentu saja Hyorin, menatap Hye Ra dari atas sampai bawah. Penampilan Hye Ra sedikit berantakan. Wajah yang basah karena menangis, dan celana yang sobek. Belum lagi sobekan tersebut meninggalkan sebuah luka.
        “Aku yang seharusnya bertanya. Siapa kau tiba-tiba menerobos masuk ke rumah…”
        Belum sempat Hyorin menyelesaikan ucapannya, Hye Ra sudah lebih dulu memilih berbalik dan meninggalkan apartmen. Hye Ra bahkan menutup pintu dengan kasar dari luar.
        “Hei!” teriak Hyorin, namun Hye Ra sudah lebih dulu menutup pintu. “Apa di sini ada orang gila?” serunya tak habis pikir. “Tapi bagaimana bisa dia mengetahui kode apartmen Joon?”

***

        “Kenapa tidak bilang sejak tadi jika tidak ingin pulang ke dorm? Jadi, aku tidak harus mengantarkan makanan Joonie hyung ke apartmennya,” gerutu Luhan yang dengan terpaksa mengantarkan makanan Joon dari dorm ke apartmennya.
        Luhan sendiri sudah tiba di lobi apartmen Joon. Dan dari kejauhan tampak Hye Ra berjalan tergesa-gesa. Hye Ra bahkan menubruk tubuh Luhan. Beruntung kotak makanan di tangan pemuda itu tidak sampai terhempas ke lantai.
        “Kau tidak punya mata?” seru Luhan. Kekesalannya bertambah selain yang diperbuat Joon.
        “Maaf,” lirih Hye Ra dengan wajah tertunduk. Hye Ra tentu saja sadar jika pemuda itu Luhan. Ia tidak mungkin menunjukkan wajahnya yang basah di hadapan Luhan. Gadis itu buru-buru melesat pergi dari hadapan Luhan sebelum pemuda itu menyadari siapa dia.
        Luhan menatap punggung Hye Ra yang mulai menjauh. Sama sekali tak terpikir olehnya kalau gadis itu adalah Hye Ra. Karena yang ia tahu, Hye Ra sedang bertemu Joon. Ia kemudian langsung bergegas masuk ke dalam lift yang akan membawanya menuju lantai tempat apartmen Joon berada. Karena hari sudah cukup malam, dan kondisi apartmen yang memang tidak terlalu ramai, Luhan tidak melakukan penyamaran yang berlebih.

***

        Di luar dugaan, Joon justru kembali ke dorm. Joon hanya menemukan Siwan dan Doojoon di sana. “Hanya kalian?” serunya.
        “Luhan mengantar makanan ke apartmenmu. Dan dia langsung ke rumah sepupunya,” jelas Siwan.
        Joon menghempaskan badan di samping Siwan. Sementara Doojoon memang duduk di sofa lain hanya melirik sekilas pada Joon. “Katanya kau pulang ke apartmen?” tanya Doojoon.
        “Ada sedikit masalah,” kata Joon enggan. “Sungmin hyung pulang ke sini atau tidak?” Joon balik bertanya.
        “Tidak tahu,” jawab Siwan. “Tapi tadi dia menelpon dan menanyakanmu.”
        “Tumben kau pulang cepat? Tidak jadi bertemu Hye Ra?” timpal Doojoon tanpa menoleh karena ia sedang focus menonton pertandingan sepakbola melalui televisi. Merasa Joon tak langsung merespon, Doojoon menoleh kembali. Dan ia menemukan luka kecil di tepi bibir Joon. “Hye Ra memukulmu?” tebaknya sambil mengarahkan telunjuk pada luka tersebut.
        Siwan menoleh cepat. Tentu saja ia sedikit tertarik dengan ucapan Doojoon tadi. Siwan bahkan sampai memajukan tubuhnya agar bisa melihat luka di bagian kiri bibir Joon.
        Joon menepiskan tangan Siwan, pelan. Tentu saja ia menghindari hal tersebut. “Bukan masalah besar,” ujarnya yang sedetik kemudian berdiri. “Panggil aku jika Sungmin hyung datang,” pintanya sebelum melesat masuk ke dalam kamarnya.

***

        Luhan tidak berlama-lama di apartmen Joon. Setelah memastikan makanan tersebut telah di terima oleh Hyorin, ia bergegas meninggalkan tempat itu. Ternyata di luar mulai turun hujan. Luhan sedikit berlari kecil menuju mobilnya yang terparkir di luar gedung.
        Ada sebuah kursi yang berada di sebuah taman kecil dan dihuni seorang gadis. Itu gadis yang Luhan ketahui sempat menabraknya di lobi. Luhan melangkahkan kaki untuk mendekat. Tak peduli jika pakaiannya mulai basah karena hujan. Gadis itu juga tak tampak berniat sedikitpun untuk menyingkir dari sana.
        Luhan menyipitkan mata karena ia baru bisa melihat dengan jelas gadis itu. “Hye Ra?” serunya. Mata Luhan bahkan menangkap luka di lutut Hye Ra.
        Hye Ra mendongak cepat. Ia bahkan sampai berdiri ketika mendapati Luhan dapat menemukannya di sana. “Luhan? Kau?” Hye Ra sudah ingin kabur dari sana, namun Luhan lebih cepat menahan tangannya.
        “Kau kenapa? Bukankah kau sedang bertemu Joonie hyung?” tanya Luhan sambil melemparkan pandangan ke sekitar mencari-cari sosok Joon. “Mana dia?”
        Hye Ra menyerah dan kembali duduk meski hujan justu kian menderas. “Apa Joon punya saudara? Berapa orang?”
        Luhan mengerutkan keningnya mendapati pertanyaan seperti itu. Ia masih bertahan berdiri di hadapan Hye Ra. “Kau tidak pernah bertanya? Atau Joonie hyung tidak pernah mengatakannya?”
        Hye Ra mengeleng. Dan setelah itu, barulah Luhan duduk di samping gadis itu.
         “Bagaimana ceritanya kau tidak tahu tentang itu?” Luhan justru melemparkan pertanyaan lagi. Luhan menghela napas. “Kau kenal Lee Minhyuk, kan? Kalian cukup dekat saat SMA. Dia adik kandung Joonie hyung. Dan mereka masih punya kakak perempuan lagi.”
        Mendengar itu, Hye Ra sontak menoleh cepat. “Apa kakaknya Joon sedang mengandung dan ia sedang ada di apartmen Joon sekarang?”
        Luhan mengangguk cepat. “Kau ke apartmen Joonie hyung dan bertemu Hyorin noona? Tapi kata noona, hyung belum pulang. Apa kau tidak jadi bertemu dengannya?”

***

1 komentar:

  1. ''Bagaimana ceritanya kau tidak tahu tentang itu?” Luhan justru melemparkan pertanyaan lagi. Luhan menghela napas. “Kau kenal Lee Minhyuk, kan? Kalian cukup dekat saat SMA. Dia adik kandung Joonie hyung. Dan mereka masih punya kakak perempuan lagi.”

    -> tumben bisa bener nih si Luhan dan bisa serius juga.. hahaha

    BalasHapus