Selasa, 04 Februari 2014

FC LOVE (chapter 10)


Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          :
·        B2ST/Beast Lee Gikwang
·        Infinite Lee Howon (Hoya)
·        SNSD Im Yoona
Support cast     :
·        Other member B2ST/Beast, Infinite and SNSD
·        Yong Hwa CN Blue
·        Siwan Ze:a
·        Jonghyun, Minho and other member Shinee
·        Member Super Junior
·        All member A-Pink
·        Hara KARA
·        Sulli, Victoria F(x)
Genre               : romance, family, friendship
Length              : chapter

***

        “Hati-hati, Yoon!”
        “Oke,” ujar Yoona riang ketika ia mengayuh kembali sepedanya dan berpisah dengan Gikwang di persimpangan jalan. Cewek itu tentu saja akan menemui Howon di taman. Dan benar saja, setelah beberapa menit menelusuri jalan, Yoona tiba di taman yang langsung di sambut oleh Howon bersama Sungyeol.
        “Lo dari mana? Kok arahnya beda kayak biasa?” tanya Sungyeol.
        Yoona baru saja menyodorkan tas kecil yang biasa ia gunakan untuk membawa barang-barang milik Howon, ke pemiliknya. “Abis dari sekolah temen gue,” jawabnya.
        “Jangan bilang dari SMA Paradise?” seru Sungyeol sedikit heboh dengan nada menyelidik.
        Yoona memutar bola matanya, kesal. Kasus Gikwang tadi nyaris terjadi lagi. “Iya gue dari SMA Paradise. Kenapa? Mau nuduh gue mata-mata?” desisnya mengingat kejadian yang dialami Gikwang tadi.
        “Nggak, Yoon!” Howon menyelak sebelum Sungyeol kembali sempat buka suara. “Lo apaan sih?” protesnya pada Sungyeol. Howon lalu menatap Yoona. “Jangan dengerin omongan si tiang listrik ini.”
        Sungyeol menatap Howon kesal. “Lo kok gitu sih, Hoy?”
        “Udah deh diem aja,” desis Howon tajam. “Kita jalan dulu ya, Yoon.”
        “Cuma berdua? Yoseob sama Dongwoon?”
        “Kita mau ke klub. Nggak latihan di sekolah. Kebetulan mereka di Running Boys, dan gue sama Hoya di Dream Boys,” jelas Sungyeol, sementara Yoona hanya mengangguk-anggukan kepala. “Ya udah, duluan ya?” pamit Sungyeol lagi. Ia menepuk pundak Howon sebelum mendahuluinya berjalan ke sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan.
        Howon sudah hampir menyusul, namun ia membatalkan niat. “Nyaris lupa,” ujarnya sambil menyodorkan sebuah kertas ke tangan Yoona. “Biasa. Udah lunas, kok.”
        Yoona mengangguk mengerti. “Hati-hati!” teriaknya yang hanya di balas lambaian tangan oleh Howon. Yoona memasukkan kertas di tangannya ke dalam saku jins. Kemudian ia menyambar sepedanya dan memutar balik ke arah sebelumnya. Baru beberapa langkah, Yoona kembali berhenti karena ada seorang cewek yang menghalanginya.

***

        Sore itu Sungmin masih saja berkutat dengan pekerjaannya di kantor. Di salah satu sudut meja pria itu terpampang sebuah figura berisi foto dirinya bersama Gikwang saat anaknya itu menjuarai sebuah turnamen sepakbola tahun lalu.
        Perhatian Sungmin dari pekerjaannya baru bisa sedikit teralihkan karena suara getaran ponselnya. Sebuah panggilan masuk dari nama ‘Eunhyuk’.
        “Iya, Hyuk. Lagi di mana lo?” ujar Sungmin setelah menempelkan ponselnya ke telinga.
        Sementara di tempatnya berada, Eunhyuk harus sedikit menyingkir karena suasana lapangan sedikit ramai. “Gue lagi lapangan. Biasalah. Tapi gue mau tanya, nih.”
        “Oh, ada apaan emang?” Sungmin nggak bisa menahan rasa penasarannya.
        “Gikwang anak lo kan, Min?”
        “Lee Gikwang?” seru Sungmin memastikan. “Iya, dia anak gue. Cari masalah apaan dia?”
        “Bukan gitu, Min. Tapi, lo udah bilangin kalo dia ada latihan di klub gue, kan? Masalahnya anak lo itu belom dateng. Nomornya yang tercantum di data gue juga nggak aktif,” jelas Eunhyuk. Secara nggak langsung, ia juga meminta solusi dari orang tua peserta didiknya yang bersangkutan.
        Sungmin sedikit terkejut dengan penjelasan Eunhyuk. “Masa sih dia nggak dateng? Udah gue kasih tau, kok. Tapi emang belum lama ganti nomor.”
        “Apa masih jalan? Eh, tapi bentar deh. Jangan di tutup dulu,” kata Eunhyuk karena ia melihat sosok Junhyung yang juga di tepi lapangan. “Gimana, Jun?” tanyanya.
        Junhyung yang menyadari Eunhyuk bicara padanya, langsung menghampiri pria itu. “Junhyung lagi coba nelpon temennya Gikwang, nih. Mau minta nomor barunya,” jelasnya karena sejak tadi Eunhyuk memang menunggu-nunggu kabar dari Gikwang.
        “Emang nggak ada kabar dari anak lo nih, Min.” Eunhyuk melanjutkan obrolannya dengan Sungmin.
        “Ya udah, gue coba buat nelpon dia dulu.”
        “Gue tunggu, Min,” kata Eunhyuk sebelum Sungmin mengakhiri obrolan mereka.

***

        Sesaat cewek itu menatap ke arah mobil yang tadi di huni Howon dan Sungyeol. Ia berdiri sambil melipat tanganya di depan dada. “Lo abis ketemu mereka?” serunya dingin masih sambil menatap ke tempat yang di tinggalkan mobil tadi.
        Yoona sempat menoleh sesaat untuk memastikan maksud tatapan cewek itu. “Maksudnya Sungyeol sama Hoya?” serunya.
        “Lo bukan ceweknya Sungyeol, kan? Apalagi Howon,” desis cewek itu yang kini menunjukkan pada Yoona tatapan tak suka.
        “Ya bukanlah. Gue kenal mereka juga belom lama lagi.” Yoona menjawab santai. Ia sama sekali nggak terpengaruh dengan tatapan sinis cewek tadi.
        Cewek itu menghela napas, lega. “Syukur deh kalo gitu,” gumamnya. Ia bahkan seperti melupakan tatapan sinis yang sejak awal dia bentuk.
        Yoona menatap detail cewek di hadapannya itu. “Lo ceweknya Sungyeol? Atau mungkin Hoya?” Kali ini giliran Yoona yang bertanya seperti itu.
        “Gue Eun Ji,” ujar cewek itu kembali sedikit dingin yang sepertinya baru kembali ia sadari. “Dan gue, ceweknya Hoyo.” Cewek itu bicara dengan penuh penekanan di setiap kata-katanya.
        “Jadi, lo ceweknya Hoya?” seru Yoona sedikit takjub. “Akhirnya gue bisa ketemu sama lo,” ujarnya membuat Eun Ji menunjukkan tatapan aneh. “Masalahnya gue nggak tau harus nanya sama siapa? Kalo ke Hoya langsung, itu nggak mungkin.”
        “Lo apaan, sih?”
        Buru-buru Yoona merogoh saku jinsnya lalu menyodorkan kertas tanda bukti pembayaran di sebuah laundry. “Bisa gantiin tugas gue ngambilin seragam bolanya Hoya?”
        Eun Ji semakin menatap Yoona, aneh. “Tugas apaan?”
        “Ngambil seragam bolanya Hoya yang ada di laundry,” jelas Yoona.
        “Ngapain ke laundry coba? Emang mesin cuci di rumahnya Hoya itu rusak?” Eun Ji tampak masih bingung dengan arah bicara Yoona.
        Yoona menarik kembali tangannya untuk sementara karena Eun Ji belum juga mengambil kertas tadi. “Katanya si Hoya di larang main bola lagi sama ibunya. Lo pasti tau, kan? Makanya dia ngelakuin ini biar nggak di curigain.”
        Eun Ji berdecak kesal. “Gue nggak tau soal itu, dan kenapa harus lo yang dimintain tolong sama dia?” kesalnya.
        “Yaelah, mana gue tau, sih? Tapi yang gue tau ya karena gue ngasih sepatu kesayangannya ke orang lain.”
        “Kenapa lagi sama sepatunya Hoya? Lo certain semuanya deh yang lo tau tentang Hoya,” desak Eun Ji yang tampaknya sudah sangat nggak sabar.

***

        Gikwang sudah ingin membiasakan diri untuk menggunakan kendaraan umum jika bepergian. Termasuk hari ini. Ia nggak mengendarai motor kesayangannya yang ia biarkan terparkir di apartmen. Cowok itu menunggu bus di halte tempat ia pernah bertemu Yoona saat hujan. Baru saja mendaratkan tubuh di kursi, Gikwang langsung merogoh jinsnya karena ada panggilan masuk. Dari Yong Hwa.
        “Kenapa, Yong? Lo lagi latihan, kan?” serunya curiga mengingat ini memang waktunya mereka latihan sepakbola. Termasuk Yong Hwa.
        Di saat yang bersamaan, Yong Hwa berada di tepi lapangan klub sepakbolanya bersama Jonghyun dan Sunggyu juga. Yong Hwa bahkan sengaja memasang modus ‘loadspeaker’ agar mereka semua bisa mendengar suara Gikwang juga.
        “Junhyung tadi nelpon gue. Dia bilang lo disuruh latihan di Running Boys,” jelas Yong Hwa.
        Gikwang tampak mendesah malas. “Jelas-jelas gue di keluarin, Yong!” keluhnya.
        “Iya, Kwang. Lo jangan begitu aja percaya omongannya Junhyung,” sambar Sunggyu seakan memprovokasi.
        “Tapi lo pastiin juga ke sana,” sahut Jonghyun yang nggak ingin ketinggalan untuk ikut ambil bagian.
        Sunggyu menatap tajam temannya itu melalui matanya yang sedikit sipit. “Ngapain juga, Jong? Nggak perlu deh percaya sama omongannya Junhyung. Apalagi menyangkut Running Boys.”
        “Kok jadi lo berdua yang ribet, sih?” lerai Yong Hwa.
        “Ya sudah, ku tutup,” putus Gikwang yang tampaknya malas ikut campur dengan perdebatan dua temannya itu. Nggak lama setelahnya, ponsel Gikwang kembali bergetar. Kali ini panggilan dari ayahnya, Sungmin. “Iya, pa.”
        “Kamu di mana, Kwang?”
        Gikwang mengawasi sekitar sambil berpikir alasan yang cocok untuk ayahnya. “Hmm… lagi di…” ujarnya terputus karena Gikwang masih belum menemukan kata-kata yang tepat.
        “Nggak latihan bola di Running Boys? Tadi pagi papa udah ingetin kamu, kan?” cecar Sungmin. “Barusan pelatihnya sendiri yang nelpon papa. Katanya kamu belum juga datang.”
        “Sial. Berarti yang tadi diomongin Yong Hwa tentang Junhyung beneran? Kok bisa? Bukannya gue udah resmi dikeluarin? Tapi, papa nggak mungkin bohong.” Gikwang sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia bahkan juga mengabaikan kata-kata ayahnya tadi pagi.
        “Yaudah, kalo emang masih sempet, kamu langsung ke sana aja.”
        Gikwang akhirnya bernapas lega karena Sungmin sudah lebih dulu mengakhiri pembicaraan mereka. Namun nampaknya, Gikwang nggak langsung meninggalkan tempat itu. Baru saja menyandarkan punggung ke sandaran kursi, Gikwang langsung terlonjak dan melesat pergi karena melihat sosok Yoona dikejauhan sambil menuntun sepeda karena cewek itu sedang mengobrol bersama seorang temannya.

***

        “Besok, di jam dan tempat yang sama. Jangan sampe lupa, ya?”
        Eun Ji justru mendesah berat mendengar ucapan Yoona ketika mereka baru saja meninggalkan tempat laundry untuk mengambil pakaian Howon. “Apa kalian udah sedeket itu sampe-sampe lo tau kalo Hoya di larang main bola sama nyokapnya?” tanya Eun Ji terdengar sedikit frustasi. Di depan Yoona ia mengakui Hoya sebagai pacarnya. Tapi ia justru tau dari orang lain apa yang dialami Hoya.
        Yoona yang sejak tadi menuntun sepedanya, langsung menghentikan langkah. Eun Jipun melakukan hal yang sama. “Semuanya nggak sengaja saat gue mergokin nyokapnya Hoya mau ngebuang sepatu. Dan karena gue ngasih sepatu itu ke orang lain, Hoya minta pertanggung jawaban dari gue. Inilah bentuknya.” Yoona sampai mengangkat tinggi-tinggi sepasang sepatu sepakbola yang tadi ia gantung di sepeda. Howon memang menitipkan salah satu sepatunya di tempat laundry.
        “Yoon!”
        “Astaghfirullah!” seru Yoona dan Eun Ji nyaris bersamaan. Mereka terkejut dengan kedatangan Gikwang yang tiba-tiba.
        “Gue boleh pinjem itu nggak?” tunjuk Gikwang pada sepasang sepatu sepakbola di tangan Yoona dengan napas yang masih sedikit tersengal.
        Yoona menatap Gikwang dari atas ke bawah. “Lo mau main bola di lapangan yang waktu malam-malam itu ya?” tebaknya sedikit antusias karena waktu itu Gikwang memang berpakaian hampir sama persis seperti saat ini.
        Gikwang justru mengusap wajahnya. Bingung harus menjelaskan seperti apa tentang hal yang ia alami saat ini. “Bukan Yoon, tapi…” Gikwang menggantungkan ucapannya. Ia masih saja menatap lekat sepasang sepatu di hadapannya. Lalu tanpa buang waktu, Gikwang langsung menyambar untuk kemudian ia coba. “Waah… pas!” seru Gikwang dan tampak lega. “Tinggal cari celana,” gumamnya pelan.
        Eun Ji sempat melirik Yoona untuk meminta penjelasan. Namun Yoona juga hanya bisa menggeleng. “Kwang, ada apaan sih?”
        Gikwang nggak menjawab pertanyaan Yoona karena ia sudah lebih dulu mendapatkan sebuah telpon masuk dari seseorang. “Bang, di rumah ada siapa? Gue mau pinjem seragam bola. Apa aja.”
        Mendengar Gikwang membahas seragam sepakbola, Eun Ji langsung menepuk pundak Yoona karena ia seperti teringat sesuatu. Ia kemudian mengangkat tinggi-tinggi ke hadapan Yoona kantong plastic berisi seragam sepakbola milik Howon yang berada di tangannya.
        Yoona yang mengerti maksud Eun Ji, langsung saja menarik-narik lengan jaket Myungsoo yang masih dikenakan Gikwang.
“Bentar, Yoon!” desis Gikwang karena ia masih berbicara dengan seseorang melalui telpon. “Hah! Jadi, masih pada di Surabaya? Terus, nggak ada orang, dong? Chunji kan juga pasti lagi nggak di rumah,” serunya kembali sedikit frustasi.
        Eun Ji yang nggak sabar, langsung saja mengeluarkan seragam tersebut lalu ia bentangkan ke hadapan Gikwang. Sementara Yoona berusaha menarik perhatian Gikwang.
        “Apaan…” Gikwang yang awalnya ingin memprotes Yoona, langsung kehilangan kata-kata setelah melihat apa yang ada di tangan Eun Ji. Gikwang terperangah sesaat.
        “Lo hutang cerita sama gue besok di kelas,” ujar Yoona seperti menyadarkan Gikwang dari lamunannya. “Dan kalo emang lo buru-buru banget, pake sepeda gue aja sekalian.”
        Gikwang menahan diri untuk tidak berjingkrakan sebagai ekspresi rasa senangnya hari ini. “Waah… lo emang penyelamat gue, Yoon! Makasih banyak, ya!” Gikwang juga nggak lupa menoleh ke tempat Eun Ji berada. “Lo juga. Walaupun kita belum saling kenal.” Ia lalu kembali menatap Yoona. Sesaat Gikwang bingung harus berkata seperti apa lagi. Rasanya kata ‘terima kasih’ saja belum cukup sebanding atas apa yang Yoona lakukan padanya. “Gue kasih lo satu permintaan!” putus Gikwang akhirnya sebelum ia melesat pergi dengan menggunakan sepeda Yoona juga.
        Yoona sendiri hanya geleng-geleng kepala melihat sosok Gikwang yang semakin menjauh.
        “Satu permintaan?” gumam Eun Ji mengingat perkataan Gikwang tadi membuat Yoona menoleh dan menatapnya bingung. Eun Ji lalu balas menatap Yoona. “Ajak kencan aja!” kata Eun Ji penuh semangat.
        Yoona membulatkan matanya. “Gila kali ya gue minta kencan?” protesnya lalu balik kanan dan meninggalkan Eun Ji. Bukan karena nggak suka dengan usul teman barunya itu. Tapi tentu saja karena Yoona malu jika membayangkan hal itu.
        Eun Ji sendiri tampak nggak merasa bersalah. “Sampe ketemu di sekolah,” teriaknya meski Yoona sama sekali tak merespon.

***

        Secepat mungkin Gikwang berlari menuju lapangan utama Running Boys menggelar latihan setelah ia sempat mengganti pakaian juga tadi. Di hadapannya sudah berdiri Eunhyuk yang memang menunggunya dengan gusar. Dan ketika salah satu anak didiknya itu datang, Eunhyuk menatapnya gemas.
        “Ke mana aja Lee Gikwang?” tanya Eunhyuk santai namun terdengar penuh penekanan.
        “Hmm…” Gikwang putar otak untuk memikirkan alasan yang tepat. Mustahil rasanya jika ia mengatakan bahwa ia nggak percaya dengan ucapan Sungmin yang menyuruhnya latihan di Running Boys. Tentu saja saat itu Gikwang masih menganggap dirinya dikeluarkan klub bola tersebut bahkan sebelum pernah mencicipi latihan di dalamnya.
        Namun beruntung bagi Gikwang karena Eunhyuk sudah mengetahui kasus sebenarnya dari Junhyung. “Biasanya hukuman apa yang suka Sungmin kasih buat kamu?”
        “Hmm?” Gikwang tampak nggak siap dengan pertanyaan Eunhyuk. Namun cowok itu tetap menjawabnya meski diliputi dengan tatapan bingung. “Lari keliling kompleks, ngebersihin kamar mandi bahkan kolam renang juga pernah. Nyuciin baju-bajunya papa dan itu nggak boleh pake mesin. Terus…” Gikwang sempat memberikan jeda sesaat dalam kata-katanya untuk mengingat kembali hukuman yang pernah ia terima dari ayahnya sendiri. “…nyuci piring, nyapu, ngepel, nyuci mo…”
        “Kamu di hukum apa lagi training jadi pembantu rumah tangga?” seru Eunhyuk menyelak ucapan Gikwang.
        Gikwang hanya terkekeh mendengarnya.
        Terdengar Eunhyuk menghela napasnya. “Ya udah, kamu sekarang gabung dengan yang lain. Masuk di kelompoknya Junhyung aja,” perintah Eunhyuk yang langsung disanggupi oleh Gikwang.
        Gikwang langsung melesat dengan setengah berlari ke tempat Junhyung berada. “Gue di suruh gabung di sini,” ujar Gikwang karena mendapati Junhyung yang sudah menyadari kedatangannya.
        Junhyung dan beberapa temannya yang lain langsung menghentikan permainan dan langsung menatap ke tempat Gikwang berada. Junhyung awalnya berdiri di tengah-tengah rekannya yang lain yang berdiri mengelilinginya, menyingkir dari sana. “Dan gue terpaksa nerima lo,” ujar Junhyung yang masih mempertahankan sikapnya selama ini ke Gikwang. “Ke tengah,” serunya singkat yang secara nggak langsung berupa perintah.
        “Ngeliat lo jutek gitu, gue kasian sama Hara,” bisik Gikwang dengan nada sedikit menggoda Junhyung dan bisa dipastikan hanya cowok itu yang bisa mendengarnya. Tanpa sepengetahuan Junhyung, Gikwang terkekeh geli. Sampainya di tengah-tengah, Gikwang berhadapan dengan salah satu teman sekelasnya di SMA Sun Moon. “Seob, lo di sini juga?” serunya riang.
        Yoseob tak kalah senangnya dengah kehadiran Gikwang di sana. “Iya, Kwang. Selamat bergabung ya.”
        Gikwang hanya menunjukkan ibu jarinya sebelum balik kanan karena letak bola tadi ada di belakangnya. Dan tepat saja, bola ada dalam kekuasaan kaki Junhyung.
        Di tempatnya berada, Yosoeb tercengang dengan nama yang tertera di punggung kaos bola Gikwang. “Hoya?” serunya tanpa suara. Gikwang memang mengenakan seragam bola bernomor 9 milik Howon yang nggak sengaja ia pinjam dari Eun Ji dan Yoona tadi.

***

        Pagi hari. Yoona memarkirkan motornya sebelum masuk kelas. Nggak jauh dari sana ia melihat Gikwang yang juga baru selesai memarkirkan motornya. Cowok itu membawa tas karton di tangannya. Yoona sempat melirik jam tangannya. Bel masuk masih lama. Yoona melangkah ke arah Gikwang.
        “Pagi, Kwang,” sapa Yoona sambil terus berjalan.
        Gikwang sempat bingung karena Yoona melangkah ke arah yang berlawanan dari jalan menuju gedung kelasnya. “Yoon! Lo mau ke mana?” tanya Gikwang setengah teriak.
        Yoona sempat berbalik dan kini ia berjalan mundur dengan menghadap Gikwang. “Kantin. Gue belom sarapan.”
        Mendegar itu, Gikwang bergegas menyusul. “Gue ikut!”
        Gikwang dan Yoona berjalan menuju kantin bersama. Mereka memilih salah satu meja yang kosong. “Gue aja yang pesen. Lo mau apa?” tanya Yoona yang hanya meletakkan ranselnya di atas kursi.
        “Samain aja kayak lo,” kata Gikwang.
        Yoona bergegas menuju konter makanan. Tak lama ia kembali sambil membawa baki berisi dua porsi nasi goreng dan dua botol air mineral. Gikwang juga membantu Yoona mengambil piring miliknya.
        “Oiya, ini pesenan lo.” Gikwang mendorong tas karton ke hadapan Yoona. “Baju temen lo yang kemaren gue pake lagi gue cuci. Besok baru gue bawain lagi,” jelasnya. “Sepatunya juga ada di dalam situ.”
        Yoona sempat mengintip tas karton tersebut. “Oke. Makasih, Kwang.” Mereka lalu sibuk dengan makanan masing-masing. “Oiya, lo masih hutang penjelasan.”
        “Iya.” Gikwang baru teringat tentang hal itu. “Tapi sebelumnya, gue tau lo sedikit nggak suka sama sepakbola. Dan itu bukan berarti lo nggak mau bertemen dengan pemain bola kayak gue, kan?”
        Yoona terkekeh. “Lo pikir Myungsoo apa? Dia juga main bola.”
        “Iya, gue lupa.” Gikwang ikut terkekeh menanggapinya. “Kemarin tuh sebenernya gue telat dateng latihan di Running Boys. Gara-gara ada masalah tentang gue yang nggak lulus dari SMA Paradise.”
        “Oh, yang waktu itu lo cerita?”
        Gikwang mengangguk. “Jadi, awalnya gue pikir gue dikeluarin juga dari Running Boys. Makanya gue dadakan gitu kemarin karena di telpon bokap suruh latihan. Untung aja ada lo sama temen lo juga.”
        “Maksudnya Eun Ji?” seru Yoona memastikan. “Dia anak sekolah ini juga tau, Kwang.”
        “Oh, ya?”
        “Nah… itu dia,” seru Yoona ketika melihat seorang cewek melangkah masuk ke kantin. “Eun Ji!” teriak Yoona sambil melambaikan tangan.
        Eun Ji yang menyadari panggilan Yoona, langsung mendekat dan bergabung di meja yang sama dengan Gikwang juga.
        “Nanti sore tetep jadi, ya. Lo kasih yang ini aja. Hoya biar pake punya Gikwang dulu,” ujar Yoona mengingatkan sambil menyodorkan tas karton dari Gikwang tadi.
        Eun Ji langsung memastikan apa yang ada di dalam tas karton tersebut. “Lho? Emang Hoya nggak ada seragam lain, apa?” protesnya. “Sampe harus pake punya orang lain segala.”
        “Hoya lagi di larang main bola. Inget!” Yoona mengingatkan dengan tegas. “Dia ngelakuin ini sembunyi-sembunyi. Jadi, yang bisa dia pake cuma 2. Yang kemarin di pinjem Gikwang, sama satu lagi yang dia pake latihan kemarin,” jelasnya kemudian. “Nanti pasti lo bakal di kasih kertas buat ambil baju di laundry.”
        Eun Ji hanya menganggukkan kepala tanda mengerti. Sementara Gikwang tampak tak ingin ikut campur dengan pembicaraan ke dua cewek dihadapannya itu. Gikwang lebih memilih menghabiskan sarapannya.
        “Ya udah, gue pergi dulu,” pamit Eun Ji kemudian. Namun ia seperti baru sadar jika Yoona bersama Gikwang, cowok yang ia temui kemarin. Eun Ji lalu kembali berbalik dengan tatapan jahil. “Yoon, jadi permintaan yang di kasih dia kemarin cuma lo pake buat minta traktir makan?”
        Yoona menoleh cepat. Begitu pula dengan Gikwang yang seakan teringat jika kemarin ia memberikan satu permintaan untuk Yoona.
        Melihat itu, Eun Ji tampak sedikit gemetaran. “Nggak jadi, Yoon!”
        “Eun Ji!” pekik Yoona karena Eun Ji sudah lebih dulu melarikan diri.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar