Senin, 03 Februari 2014

PERFECT LOVE (chapter 4)


Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          : B.A.P (Yongguk, Himchan, Daehyun, Youngjae,
  Jongup, Zelo [Junhong])
Support cast     : A-Pink (Chorong, Bomi, Naeun, Eun Ji, Namjoo,
                          Hayoung), G.Na (Soloist), B2ST (Doojoon), BtoB
Genre               : romance, family, brothership
Length              : chapter

***

        Zelo melesat ke luar rumah saat mendapati mobil Youngjae tiba. “Mas! Jangan di masukin dulu!” teriaknya. Zelo bahkan sudah berdiri di depan pagar sambil merentangkan tangan seolah-olah menghalangi jalan.
        Youngjae sudah menekan klakson keras-keras. Namun Zelo sama sekali tak mau menyingkir. Akhirnya Youngjae membuka jendela mobil, bahkan sambil menjulurkan kepala untuk menegur Zelo. “Lo apa-apaan sih, Zel? Buruan minggir!”
        Zelo seperti tak menghiraukan perintah Youngjae. Ia justru melesat ke dalam mobil Youngjae. “Kita ke luar lagi, mas.”
        “Mau ke mana, sih?” tanya Youngjae heran.
        “Supermarket,” jawab Zelo cuek.
        “Ngapain?”
        Zelo menoleh cepat karena Youngjae tak hentinya bertanya. “Sebagian pembantu kita pulang kampung. Sisanya sibuk ngurusin yang lain. Ayo jalan sekarang.”
        Youngjae tak menuruti perintah Zelo begitu saja. “Sejak kapan? Gue nggak denger berita kalo pembantu kita mau pulang kampung.”
        “Dadakan mas, tadi pagi pas mas Youngjae pergi.” Zelo tampak nggak kehabisan akal. “Kita pergi sekarang, atau nggak ada makan siang di rumah,” ancamnya kemudian. “Mumpung papa lagi libur, nih.”
        Dengan sedikit berat hati, Youngjae memundurkan kembali mobilnya yang bahkan sudah setengah jalan memasuki halaman rumah. Youngjae sempat menghela napas berat. Sulit menolak Zelo jika sudah seperti ini. “Yaudah, kita ke mana?” tanya Youngjae mengalah.
        “Jalan aja dulu.” Zelo menyembunyikan senyum penuh kemenangannya.

***

        Bomi membantu Himchan membereskan peralatan makan yang sudah kotor untuk di cuci. Tak lama Daehyun menyusul dan melakukan hal yang sama. Tepat ketika Bomi baru saja membuka keran air untuk mencuci piring.
        “Lo mau ngapain?” tanya Himchan.
        “Nyuci piringlah. Mau ngapain lagi?” balas Bomi.
        Himchan melirik cewek itu dengan tatapan meremehkan. “Emang bisa?”
        Bomi memutar badannya untuk menghadap Himchan. “Ngeremehin?” Ia menatap tajam cowok di hadapannya. “Udah deh. Mas Himchan tunggu depan aja.”
        Himchan diam, namun tetap mempertahankan tatapan meremehkan untuk Bomi. Sementara Daehyun hanya geleng-geleng kepala melihat kakak dan temannya berada dalam posisi seperti itu.
        Tanpa menunggu reaksi apapun dari Himchan, Bomi kembali ke posisi semula dan mulai memberikan sabun pada sebuah piring. Himchan sendiri memilih meninggalkan Bomi hanya bersama Daehyun.
        “Pergi kan tuh mas Himchannya,” bisik Daehyun yang mengganggu pekerjaan Bomi. “Lo sih?”
        Bomi menoleh galak. Ia sempat meninggalkan pekerjaannya, namun hanya sesaat. “Kok gue yang di salahin?” serunya tak terima.
        “Iyalah. Giliran nggak ngeliat mas Himchan sehari aja, lo kayak induk ayam kehilangan ayam. Tapi giliran mas Himchan di depan mata, malah lo usir begitu.”
        “Gue seneng, Dae, liat tampang jutek kakak lo yang satu itu.”
        Daehyun terkekeh kecil. “Jahil juga ya otak lo.”

***

        Youngjae dengan malas mendorong troly yang sudah di isi sebagian barang yang mereka cari. Atau lebih tepatnya yang Zelo cari, karena hanya cowok itu yang tampak antusian mencari beberapa bahan makanan sesuai dengan yang ada di daftar catatannya.
        “Udah belom sih, Zel?” keluh Youngjae. Ia memang tidak terlalu suka melakukan hal ini kecuali memang ada yang ia cari.
        Zelo seperti tak mendengar. “Brokoli itu yang hijau apa yang putih?” ia justru balik bertanya sambil menunjukkan dua jenis sayuran yang sepintas terlihat mirip.
        “Di situ ada tulisannya pasti,” kata Youngjae sedikit ketus.
        Malas memastikan kembali, Zelo justru melempar keduanya ke dalam troly. Membuat Youngjae sedikit terkejut dengan perbuatannya. Mereka lalu berpindah ke lokasi lain.
Karena sedikit bosan, Youngjae iseng-iseng melihat tumpukan wortel. Ia lalu menjulurkan tangan dan meraih satu buah. Tanpa disengaja, ternyata ada tangan orang lain yang memegang wortel yang sama. “Maaf,” kata Youngjae buru-buru. Ia bahkan sampai melepaskan wortel di tangannya. Namun rasa bersalah itu hanya berlangsung sesaat setelah Youngjae melihat seorang cewek yang tadi mengambil wortel yang sama dengannya. “Elo?”
        Cewek itu, Eun Ji, berdecak malas karena bertemu Youngjae di tempat itu. “Fansnya Naeun,” cibir Eun Ji. Tanpa menghiraukan keberadaan Youngjae, cewek itu mengambil beberapa buah wortel yang kemudian ia masukkan ke dalam plastic.
        Eun Ji berbalik dan memasukkan wortel pilihannya ke sebuah troly yang didorong oleh Ilhoon. Tanpa pamit, Eun Ji melangkah pergi menyusul Ilhoon yang tampaknya nggak sadar atau mungkin nggak tahu kalau Eun Ji bertemu seseorang.
        Zelo menangkap Youngjae yang menatap ke arah perginya Eun Ji. Ia kemudian melihat apa yang menarik perhatian Youngjae, lalu menatap Youngjae lagi bergantian. “Itu yang namanya Naeun sama Daehyun, ya?” tebak Zelo.
        Youngjae terkesiap mendengar pertanyaan Zelo. Zelo memang pernah mendengar cerita Youngjae tentang temannya yang bernama Naeun dan Daehyun. Tapi hanya sebatas itu. Youngjae nggak pernah menunjukkan foto mereka ke hadapan Zelo.
        “Bukan,” kata Youngjae pendek.
        “Lho! Mas, kok ditinggal?” seru Zelo heboh karena Youngjae melenggang pergi dan melupakan troly bahkan Zelo juga. Dengan sedikit panic, Zelo menyusul Youngjae sambil bersusah payah mendorong troly.

***

        Himchan kembali ke meja makan. Dan ia mendapati Yongguk meletakkan sepiring makanan dan segelas air ke atas baki. Himchan mendekati kakaknya lalu membantu meletakkan sebuah apel ke dalam baki. “Mau buat Jongup?” tebaknya karena hanya adik bungsunya itu yang tadi tidak ikut makan siang bersama.
        Yongguk mengangguk sambil menjawab, “iya.”
        “Kuenya nggak sekalian?” goda Himchan saat melirik ke dalam dus yang masih menyimpan setengah bahkan lebih kue yang dibeli ibunya khusus merayakan ulang tahun Youngjae.
        “Mau bikin adenya mogok makan, ya?”
        Himchan hanya terkekeh dan membiarkan Yongguk pergi sambil membawa baki makan siang untuk Jongup. Seiring perginya Yongguk, tawa Himchan perlahan memudar. Ia teringat kejadian beberapa bulan lalu.

Flashback…
      Di rumah saat itu hanya ada Himchan yang sudah pulang sejak siang. Tak lama kemudian, di susul G.Na yang baru kembali dari bekerja. Wanita itu juga masih mengenakan seragam rumah sakit tempat ia bekerja sebagai perawat. G.Na berlajan begitu saja. Ia bahkan seperti tak menyadari bahwa ada Himchan yang sedang menonton televisi.
        “Ibu.” Himchan menyapa duluan. Tepat sebelum G.Na masuk ke dalam kamarnya.
        “Kenapa?” sahut G.Na dengan nada datar.
        “Besok Jongup ulang tahun. Gimana kalau kita bikin kejutan kecil buat dia?” Himchan berujar penuh semangat sambil membayangkan ekspresi bahagia Jongup nantinya.
        “Terserah. Kalian bisa lakuin apapun.” Wanita itu seakan enggan membahasnya. Ia bahkan sudah ingin kembali membuka pintu kamarnya jika Himchan nggak buru-buru bangkit untuk mencegahnya.
        “Tapi ibu akan bantu, kan?” pintanya penuh harap.
        “Nggak janji.”
        “Kalo gitu, kenapa ibu selalu ngerayain ulang tahun Youngjae dan Junhong?” protesnya yang tentu saja berbuah tatapan tajam ibunya.
        “Itu karena mereka nggak ada di tengah-tengah kita. Harusnya kamu pikirin itu juga. Bagaimana hidup mereka tanpa ibu? Apa mereka cukup makan? Apa mereka bisa sekolah dengan layak? Kita nggak ada yang tau,” ujar G.Na dingin. “Dan satu hal lagi. Nggak usah ngerengek untuk ulang tahun Jongup. Kalo kalian mau, lakuin aja sendiri.”
        G.Na masuk ke dalam kamarnya lalu menutup pintu dengan keras. Himchan sendiri hanya mampu mengepalkan tangannya. Rahangnya terkatup keras menahan sakit hati yang ia terima bahkan dari ibu kandungnya sendiri.
        Dengan berat hati, Himchan berbalik perlahan. Di sana matanya melebar mendapati Jongup yang ternyata sudah berdiri dengan tatapan nanar. Setelah itu, Jongup berbalik dengan cepat lalu melesat masuk ke dalam kamarnya. Melihat sikap Jongup, bisa dipastikan cowok itu mendengar semua pembicaraan ibunya dan Himchan.
        “Maafin mas Himchan,” lirihnya pelan. Bahkan nyaris tanpa suara.
Flashback end…

***

        Yongguk mengetuk pintu kamar yang dihuni Jongup bersama Daehyun. Meski tak mendapat respon apapun dari dalam, Yongguk tetap membuka pintu sambil menahan keseimbangan karena membawa baki. Ia kemudian melangkah masuk dan mendapati Jongup telungkup di atas kasurnya yang terpisah dengan kasur milik Daehyun.
        “Jong, mas Yongguk bawain makan nih. Kamu belom makan, kan?” Perlahan Yongguk meletakkan baki ke atas meja belajar milik Jongup lalu mendekati adiknya dan duduk di tepi tempat tidur yang dihuni Jongup.
        Jongup sama sekali nggak merubah posisi tidurnya. “Nggak laper.”
        “Yang masak Himchan. Kalo nggak kamu makan, nanti Himchan ngambek, terus siapa yang mau masakin makanan buat kita lagi?” seru Yongguk. “Yaaa… walaupun masakannya Himchan kadang sedikit aneh,” lanjutnya dengan ekspresi yang sulit di artikan karena membayangkan masakan Himchan yang selama ini ia konsumsi. “Tapi itu lebih baik sih dari pada masakannya Daehyun,” ujar Yongguk kali ini seperti mengawasi perubahan reaksi Jongup.
        Ternyata benar, Jongup akhirnya berbalik meski masih tetap berbaring di tempat tidurnya. “Mending nggak makan dari pada makan masakannya mas Daehyun.”
        Yongguk terkekeh mendengarnya.
        “Dih, kok gitu?” protes Daehyun yang tiba-tiba menerobos masuk ke kamar yang ditempatinya juga.
        “Iya lah. Mas Daehyun harus belajar masak sama mba Naeun.”
        “Udah… udah…” Yongguk menengahi sebelum Daehyun sempat membalas perkataan Jongup lagi. Ia kemudian menatap Jongup yang ternyata sudah dalam posisi duduk di kasurnya. “Berarti sekarang udah mau makan, donk? Kasian Himchan kalo masakannya nggak ada yang makan. Atau mau mas suapin?” godanya.
        Jongup menatap Yongguk ngeri. “Emang Jongup anak kecil?” serunya tak terima. Ia lalu segera bangkit dan duduk di kursi belajarnya untuk menikmati makanan yang sudah susah payah di siapkan oleh kakak-kakaknya.
        “Gitu, dong!” Dengan gemasnya Yongguk mengacak rambut Jongup.
        “Mas!” protes Jongup yang nggak suka dengan perlakuan Yongguk terhadapnya.
        Yongguk kembali terkekeh melihat kekesalan adiknya itu. “Ya udah, abisin makanannya. Terus jangan lupa piring kotornya di cuci sendiri,” ujar Yongguk memperingatkan lalu melangkah meninggalkan Jongup. Di susul Daehyun kemudian.
        Jongup menatap ke arah Yongguk sampai menutup pintu kamarnya. Ia kemudian menghela napas berat setelah memastikan ia hanya seorang diri di kamarnya. “Ngeliat senyum mas Yongguk kayak gitu, mana tega gue cerita kalo tadi ngeliat mba Chorong sama cowok lain.” Jongup menenggak air minumnya. “Tapi kok kayaknya gue ngerasa mereka sama sekali nggak kayak orang yang punya hubungan khusus. Biasa aja.” Jongup mengacak rambutnya, frustasi. Hati dan kenyataan yang dilihatnya seakan bertolak belakang.

***

        “Mas! Tungguin napa!” Zelo berusaha mengimbangi langkah cepat Youngjae.
Ketika mereka baru tiba di rumah, Youngjae langsung melesat masuk. Saat membuka pintu, semprotan krim salju menyerangnya diiringi suara-suara yang meneriakan kata ‘selamat ulang tahun’ untuknya.
        “SELAMAT ULANG TAHUN YOUNGJAE…!”
        Sudah banyak orang yang menyambut kedatangan Youngjae. Beberapa ada teman-temannya, namun nggak sedikit juga orang yang tidak dikenalnya. Sementara Doojoon berdiri paling depan sambil membawakan sebuah kue tar untuk Youngjae lengkap dengan lilin-lilin kecil yang menghiasi permukaan kue.
        “Selamat ulang tahun anakku tersayang.”
        Youngjae menatap Doojoon penuh arti karena mendengar Doojoon berkata demikian. Matanya mulai berkaca-kaca, tapi sekuat tenaga Youngjae menahannya. Ia kemudian memejamkan mata sebagai ritual sebelum meniup lilin kue ulang tahunnya.
        “Aku hanya ingin bisa menemukan kembali hal yang paling berharga di masa laluku.” Youngjae membuka mata lalu meniup api kecil di atas lilin dengan sekali hembusan napasnya.
        “Selamat ulang tahun mas Youngjae.” Zelo tahu-tahu sudah mendekap Youngjae dari belakang. “Maaf tadi Zelo Cuma ngerjain mas Youngjae waktu minta temenin ke supermarket.”
        Youngjae terkekeh karena baru menyadari kalau ia sebenarnya hanya dikerjai. Youngjae lalu mengacak rambut Zelo yang tubuhnya lebih tinggi darinya itu.
        Setelah itu, beberapa orang yang datang mulai mendekati Youngjae dan bergantian mengucapkan kata selamat untuknya. Ternyata Zelo bekerja sama dengan Namjoo untuk mengumpulkan beberapa teman dekat Youngjae. Sampai akhirnya giliran Namjoo yang berhadapan dengan Youngjae.
        “Selamat ulang tahun Youngjae.” Tanpa sungkan, Namjoo memeluk Youngjae dan cowok itupun membalas pelukannya. “Oiya, gue bawa seseorang,” seru Namjoo sambil menatap Youngjae. Ia lalu melirik ke arah kiri, dan Youngjae mengikuti arah pandangan Namjoo.
        Naeun. Cewek itu berdiri canggung di sana. Ia sama sekali tidak berani menatap Youngjae yang sudah melangkah mendekat.
        “Saatnya makan-makan,” seru Zelo memecah keheningan. Ia memimpin teman-teman Youngjae ke dalam untuk menikmati makanan yang ternyata memang sudah dipersiapkan untuk melengkapi pesta kecil-kecilan ulang tahun Youngjae.
        Namjoo menjadi yang terakhir menyusul Zelo. Ia bahkan masih sempat melirik ke tempat Youngjae dan Naeun berada. “Sampai kapanpun gue sama sekali nggak pernah bisa ngedapetin tatapan itu dari Youngjae,” batinnya saat sudah berbalik untuk menyusul Zelo.
        “Lo… nggak sama Daehyun,” kata Youngjae yang terdengar sangat kaku.
        Naeun mendongak cepat dan menatap Youngjae bingung. “Gue bahkan baru tau kalo lo ulang tahun. Dan ini juga karena nggak sengaja ketemu Namjoo pas dia pulang beli kue,” jawabnya jujur.
        Hati Youngjae terasa mencelos mendengar pengakuan dari mulut Naeun langsung. Ia mengangguk-angguk seolah mengerti sekaligus untuk menutupi kegugupannya. “Hmm… ayo ke dalam,” ajaknya masih diliputi rasa canggung. Entahnya, biasanya ia tidak seperti itu meski pada Naeun sekalipun. “Biasanya sama temen kamu yang itu.” Youngjae berusaha mencairkan suasana.
        “Maksudnya Eun Ji?” Naeun balik bertanya.
        Youngjae tak menjawab.
        “Young,” panggil Naeun. Mereka bahkan sampai menghentikan langkah. Ternyata sejak tadi Naeun membawa sebuah tas karton di tangannya. “Buat lo. Tapi maaf, nggak sempet di bungkus dulu.”
        Sekuat tenaga, Youngjae menerima benda pemberian Naeun. Dalam hati Youngjae tentu saja sangat senang menerimanya. “Terima kasih ya?”
        “Sama-sama,” ujar Naeun. Mereka lalu melanjutkan langkah untuk bergabung dengan yang lain.

***

        “Duuh… di mana ya?” seru Eun Ji seorang diri. Ia sibuk mencari-cari sesuatu dengan panic. Eun Ji bahkan sampai membongkar tumpukan buku-buku kuliahnya. “Nggak mungkin keselip juga, kan?”
        Ilhoon yang nggak sengaja melihat kesibukan Eun Ji karena pintu kamar kakaknya itu terbuka, langsung menghentikan langkah lalu mengawasi Eun Ji dari ambang pintu. “Ngapain, kak?”
        Eun Ji sempat melirik Ilhoon, namun hanya sekilas. “Nyari binder baru kakak,” jelasnya lalu melanjutkan kesibukan. Ia kini berpindah ke lemari pakaiannya dan mulai mencari di sana.
        “Yang baru kemarin itu?” tanya Ilhoon memastikan.
        “Iya,” Eun Ji menjawab singkat.
        Nggak tega melihat kakaknya kesusahan, Ilhoon melangkah masuk dan ikut melihat ke tempat yang sedang digeledah Eun Ji. Ilhoon memeriksa ke nakas kecil di samping tempat tidur Eun Ji. “Kebawa temen, nggak?”
        Mendengar itu, Eun Ji langsung menghentikan aktifitasnya seakan berpikir keras atas ucapan Ilhoon. Eun Ji kemudian berdecak kesal. “Kenapa nggak kepikiran dari tadi, sih?”
        Ilhoon menoleh penuh arti. Seakan penasaran karena kemungkinan apa yang diucapkannya tadi memang benar terjadi.
        Eun Ji berdiri dan langsung menutup rapat lemarinya. Ia kemudian melangkah ke dekat tempat tidur dan menyambar ponselnya yang tergeletak di sana.
        Ilhoonpun ikut berdiri menghadap Eun Ji. “Udah tau ada di siapa?”
        Eun Ji yang sudah menempelkan ponselnya ke telinga, hanya menjawab dengan anggukan sambil menoleh sekilas. “Halo… Naeun? Binder gue yang kemaren kebawa sama lo, ya?” Eun Ji diam sesaat karena menunggu respon berikutnya dari Naeun. “Syukur deh kalo emang ada di lo. Besok jangan lupa bawain ya? Gue tunggu di kampus.”
        Ilhoon hanya geleng-geleng kepala. “Makanya… inget-inget dulu kakakku yang cantik,” kata Ilhoon yang gemas melihat kelakuan kakaknya. Ia bahkan sambil mencubit ke dua belah pipi Eun Ji.
        Eun Ji hanya tersenyum sambil menampakkan deretan giginya.

***

        Usai Naeun berpamitan dengan Youngjae, Namjoo mengantar cewek itu ke depan rumah Youngjae karena ia berniat untuk pulang. Sambil menunggu taksi pesanan Naeun datang, mereka sempat bebincang sedikit.
        “Gimana hubungan lo sama Daehyun?”
        Naeun menoleh cepat. “Baik-baik aja, emang kenapa?” cewek itu balik bertanya.
        Namjoo sedikit membelalakkan matanya mendengar pernyataan Naeun. “Jadi…” cewek itu menggantungkan kata-katanya.
        “Kenapa, sih?” paksa Naeun. “Kita baik-baik aja. Abis ini juga gue mau ketemu Daehyun.”
        Namjoo meringis mendengarnya. “Waktu itu gue liat Daehyun pulang kampus sama cewek lain. Nggak cuma sekali atau dua kali. Gue pikir kalian…” Namjo kembali kehilangan kata-kata dan nggak sanggup meneruskan. “Jadi, gue berani ngajak lo ke tempat Youngjae. Soalnya yang gue tau Youngjae tuh cinta mati sama lo sampe sekarang,” jelas Namjoo sedikit merasa bersalah.
        Naeun menyentuh pundak Namjoo sambil menatapnya lembut. “Apa perasaan lo ke Youngjae udah ilang? Gue sama sekali nggak punya perasaan khusus ke Youngjae.”
        “Sebenernya masih, Na. Tapi…” Namjoo mengalihkan tatapannya. “Gue nggak mungkin lepas dari Hyunsik,” serunya lirih.
        Naeun tersenyum. “Gue seneng kalo lo udah nemuin orang yang tepat buat lo.”
        Namjo kembali menoleh cepat. “Banyak alasan yang bikin gue nggak mungkin bisa ngelepasin Hyunsik. Salah satunya karena kita udah pernah ngelakuin hal yang dilarang sebelum nikah. Walaupun hanya sekali.”
        Naeun membekap mulutnya sambil melebarkan mata. Ia mengerti arah pembicaraan Namjoo. “Tapi lo nggak sampe hamil, kan?” desaknya.
        “Nggak kok,” jawab Namjoo sambil menggelengkan kepala. “Hyunsik juga tetep tanggung jawab. Dan rencananya beberapa bulan lagi kita bakal tunangan.”
        Dengan perasaan lega, Naeun memeluk sepupunya itu sesaat. “Orang tua lo udah tau rencana kalian?”
        Ada perasaan kecewa jika Namjoo membahas orang tuanya. Ia lalu menggeleng tegas. “Dengan atau tanpa restu mereka, gue tetep bakal ngejalanin hal itu. Gue juga udah cerita ke bokapnya Zelo yang gue anggep seperti bokap gue sendiri.”
        “Maksud lo om-nya Youngjae?” seru Naeun memastikan.
        Namjo hanya mengangguk. “Itu taksi lo dateng. Cepat sana, nanti Daehyun jamuran nungguin lo,” godanya sambil menepuk-nepuk pundak Naeun.
        Sebelum masuk ke dalam taksi, Naeun sempat menatap ke arah Namjoo lagi. Ia ikut sedih dengan keadaan keluarga Namjoo. “Kalo ada apa-apa, kasih tau gue.” Namjoo hanya mengangguk menyanggupinya.

***

        Pagi itu Eun Ji baru saja tiba di kampus dan baru saja turun dari boncengan motor Ilhoon. Lalu Ilhoon langsung meninggalkan Eun Ji untuk memarkirkan motornya. Eun Ji sendiri melangkah ke arah berlawanan. Di sana ia mendengar suara obrolan beberapa mahasiswi.
        “Lo harusnya ikut ke pesta perusahaan di rumahnya pak Doojoon. Dia punya keponakan ganteng banget.”
        “Iya bener. Anaknya pak Doojoon yang namanya Zelo juga cakep. Tapi sayang dia masih SMA.”
        “Serius lo? Siapa namanya?”
        “Namanya Youngjae. Gue denger dia juga kuliah di sini. Nyesel banget gue baru tau kalo satu kampus sama Youngjae.”
        “Sama, tau gitu gue deketin dulu dia di kampus. Jadi kan pas di pesta kemarin orang-orang pasti pada ngiri kalo kita udah deket banget.”
        “Youngjae anak jurusan bisnis, bukan? Waahh… dia bisa jadi penerus perusahaan keluarganya dong, ya?”
        Eun Ji menghentikan langkah setelah ke tiga cewek-cewek tadi berlalu. “Mereka lagi ngomongin fansnya Naeun itu?” pikir Eun Ji. Saat menoleh, ia mendapati sebuah mobil yang ia ketahui milik Youngjae baru saja terparkir.
        “Tapi pagi ini gue belo liat dia. Biasanya udah dateng,” ujar salah satu dari cewek-cewek tadi yang disetujui dua temannya.
        Mendengar itu, sebuah ide jahil terlintas di pikiran Eun Ji. Ia mengarahkan tatapan pada Youngjae yang baru saja memunculkan diri dari dalam mobil. Dan ternyata Youngjae juga menyadari hal itu. Youngjae sempat melirik ke kanan dan ke kiri untuk memastikan hal apa yang menarik perhatian Eun Ji.
        “Ya ampun! Si ganteng Youngjae!” jerit Eun Ji pura-pura histeris melihat kedatangan Youngjae.
        Tiga cewek tadi, termasuk juga beberapa cewek lainnya langsung menoleh cepat untuk memastikan kebenaran yang dikatakan Eun Ji. Youngjae hanya membulatkan mata ke arah Eun Ji karena ia mulai menyadari kehadiran beberapa cewek yang mendekat ke arahnya. Saat menyadari tatapan tak bersahabat dari Youngjae, Eun Ji memilih untuk melesat dari sana dan berpura-pura nggak tahu kalau itu semua adalah karena perbuatannya.
        “Heh! Eun Ji! Jangan lari lo!” teriak Youngjae berusaha menghentikan Eun J. Namun apa daya, ia juga nggak bisa melepaskan diri dari cewek-cewek yang mengerubunginya.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar