Selasa, 04 Februari 2014

BLUE FLAME BAND 2 (part 8)


Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Lee Minhyuk (BtoB)
·        Jung Yong Hwa (CN Blue)  
Original cast     : Hye Ra
Support cast     :
·        Im Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun Horvejkul (2PM)
·        Yoon Doojoon (Beast/B2ST)
·        Luhan (Exo-M)
·        Im Yoona (SNSD)
·        Choi Minho (SHINee)
·        Choi Sulli (F(x))
·        Kim Himchan (B.A.P)
·        Lee Sungmin (Super Junior)
·        Cha Hackyeon ‘N’ (VIXX)
Genre               : romance
Length              : part

***

        “Apa salahnya jika aku hanya ingin mendengar ucapan cinta dari mu?” Joon tampak tak mau mengalah. Ia diam sesaat karena merasakan sesuatu yang janggal. Hye Ra sama sekali tak bersuara lagi, dan suasana terasa sangat hening. Joon kemudian menatap layar ponselnya. Jelas saja tidak ada jawaban apapun dari Hye Ra. Panggilan mereka bahkan sudah terputus beberapa saat yang lalu. “Kenapa di matikan? Aku bahkan belum selesai bicara!” protes Joon sambil berdecak kesal.
        “Ehm…!”
        Joon menoleh setelah mendengar seseorang berdeham. Dan ketika mendapati Sungmin di sana, Joon langsung memasang senyumannya. “Hyung, aku senang sekali karena baru saja mendengar suara Hye Ra,” serunya riang. Atau lebih tepatnya pura-pura riang di hadapan Sungmin.
        Sungmin sendiri hanya memasang ekspresi wajah datarnya. Ia lalu mengangguk-anggukan kepalanya dengan pelan dengan tatapan yang masih tertancap lulus ke arah Joon. Di tempatnya, Joon berdiri membeku dan hanya mampu menelan ludahnya.
        “Bagaimana caranya aku mempercayaimu?” Sungmin seolah-olah sibu berpikir.
        “Hyung!” Joon berseru heboh. Ia kemudian meletakkan kedua tangannya di pundak Sungmin sambil menatap menejernya itu dengan sungguh-sungguh. “Aku mencintaimu!” Lalu, tanpa menunggu reaksi Sungmin, Joon sudah melesat masuk ke dalam ruang ganti ‘Blue Flame’ untuk bersiap menghadapi konser yang bisa terhitung hanya dalam hitungan jam.
        Sungmin hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan salah satu anak asuhnya itu yang selalu di luar dugaan.

***

        “Yong Hwa?” gumam Hye Ra bahkan nyaris tanpa suara. Namun setelah itu, Hye Ra menatap ponsel di tangannya karena Joon kembali menelponnya. Langsung saja gadis itu menjawab panggilan kekasihnya. “Sumpah, nanti aku akan menghubungimu lagi.” Gadis itu segera memutuskan sambungan telponnya tanpa menunggu respon apapun dari Joon.
        “Ayo masuk,” ajak Sulli yang bahkan sudah menyambar tangan Hye Ra. Itu juga sebagai usaha untuk mengalihkan kegugupannya karena bertemu Minhyuk di sana.
        Hye Ra sendiri tampak pasrah dengan perlakuan Sulli terhadapnya. Ia juga sempat melirik Minhyuk lalu menatap Yong Hwa juga ketika ia melewati pemuda itu. Dan Yong Hwa menyusul tak lama kemudian. Sementara Minhyuk, ia masih tampak ragu karena sudah sangat lama sekali tak mengunjungi rumah tersebut. Namun ketika Hye Ra menoleh ke belakang kembali untuk memastikan pemuda itu juga ikut masuk, Minhyuk akhirnya masuk dengan langkah berat.
        “Kalian duduk dulu saja,” ujar Sulli yang membawa tamu-tamunya ke ruang tengah.
        “Aku ingin ke toilet,” kata Minhyuk.
        Sulli langsung menoleh cepat. “Di sana.” Gadis itu menunjuk ke arah dapur. Setelahnya, Sulli langsung melesat menuju tangga untuk ke kamarnya yang berada di lantai dua rumah. Sementara Minhyuk, segera saja bergegas menuju toilet. Sebenarnya Minhyuk sudah tahu letak toilet di rumah Sulli, namun ia hanya pura-pura bertanya untuk mengurangi kecurigaan Hye Ra. Ia belum ingin Hye Ra tahu jika gadis yang pernah menjadi kekasihnya dulu adalah Sulli yang sama seperti yang mereka temui di sini.
        “Duduk,” ujar Yong Hwa memecah keheningan ketika Sulli dan Minhyuk tidak berada di antara mereka.
        Hye Ra tersenyum canggung lalu duduk di salah satu sofa. Cukup jauh dari tempat Yong Hwa duduk saat itu. Beberapa saat keheningan menguasai keduanya.
        “Joon mengkhianatimu, atau kau yang menghianatinya?” seru Yong Hwa memecah keheningan sambil menatap Hye Ra sedikit menggoda. Sudah lama rasanya ia tak mengganggu gadis dihadapannya itu.
        “Tidak keduanya,” kata Hye Ra cepat dengan nada dingin.
        Yong Hwa terkekeh mendengarnya. Ia yang awalnya bersandar, kini menegakkan badan dan sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. “Kau tiba-tiba datang bersama Minhyuk. Dan aku juga sempat melihat kalian jalan di mall. Jadi, mana mungkin aku tidak berpikir seperti itu,” ujarnya tegas dengan tatapan menyelidik ke arah Hye Ra.
        Hye Ra berdecak kesal menanggapinya.
        “Tapi kau tenang saja, aku tidak akan mengharcurkan hubunganmu dengan Minhyuk,” sela Yong Hwa yang justru mendapatkan tatapan membunuh dari Hye Ra.
        “Aku dan Minhyuk sama sekali tidak memiliki hubungan apapun,” desis Hye Ra tajam dan masih mempertahankan tatapan sinisnya untuk Yong Hwa.
        “Lalu, apa Joon tahu kau bersama Minhyuk saat ini? Bukankah dia sedang berada di luar kota?” Yong Hwa sempat melirik jam yang melingkar di tangannya. “Sepertinya konser mereka sudah hampir mulai.”
        Hye Ra menatap Yong Hwa semakin penuh selidik. “Kau tau segalanya tentang mereka?”
        Yong Hwa tersenyum meremehkan. “Kau tau menejer mereka yang bernama Sungmin?” Pemuda itu justru balik bertanya. Namun Hye Ra tak menjawab. “Dia kakakku,” ujarnya pelan.
        “Sung… Min?” gumam Hye Ra terbata.
        “Apa kalian sudah saling mengenal?” sela Sulli saat sedang menuruni anak tangga. Gadis itu lalu menempatkan diri tepat di samping Yong Hwa sambil menatap kekasihnya itu penuh minat.
        “Kita ternyata dulu satu SMA. Hye Ra adik kelasku,” jelas Yong Hwa. Pemuda itu juga tak sepenuhnya berbohong.
        “Waah…” seru Sulli kagum. “Berarti kau juga mengenal Doojoon dan Luhan member ‘Blue Flame’? Mereka juga satu sekolah dengan kita,” ujarnya antusias.
        “Aku dan Doojoon bahkan pernah berpura-pura pacaran,” desis Hye Ra dalam hati. “Apa kau ‘flamers’?” tanya Hye Ra cukup antusias. Setidaknya ini untuk mencairkan suasana karena setelah ini ia dan Sulli akan segera membahas proyek mereka bersama. “Siapa yang kau suka dari mereka? Aku mengagumi Siwan.”
        Sebelum Sulli menjawab pertanyaan Hye Ra, Minhyuk baru saja kembali dan langsung menjatuhkan diri di samping Hye Ra. Sementara Yong Hwa mengawasi dengan serius obrolan ringan dua orang gadis yang pernah mengisi hatinya.
        “Aku sangat menyukai Lee Joon. Suaranya bagus,” ujar Sulli.
        Yong Hwa nyaris tertawa mendengarnya, namun ia masih bisa menahannya. Terutama di hadapan Hye Ra yang bahkan sudah hampir melototinya.
        “Apa Sulli lupa kalau Changsun hyung itu kakakku?” gumam Minhyuk dalam hati.
        Hye Ra sendiri hanya tersenyum canggung. “Bagaimana jadinya kalau Sulli tau bahwa aku dan Joon berpacaran, bahkan sampai bertunangan dengannya?” batinnya yang sibuk membayangkan hal tersebut terjadi.
        “Mereka bahkan datang di acara pertunanganku,” ujar Sulli namun ia berusaha tetap menjaga perasaan Minhyuk.
        Mendengar itu, baik Minhyuk langsung membeku. Sementara Hye Ra tampak memudarkan senyumnya. Gadis itu lalu menangkap sebuah cincin yang sama dikenakan keduanya, Yong Hwa dan Sulli.
        “Ah, iya. Bagaimana jika kita mulai sekarang?” ajak Sulli mengalihkan keadaan. Hye Ra mengangguk cepat lalu mengikuti langkah Sulli menuju meja makan yang tak jauh dari ruang tengah di rumahnya tersebut. “Kau temani dia ngobrol ya?” pesan Sulli pada Yong Hwa. Ia lalu menyambar tangan Hye Ra dan mengajaknya berbicara di meja makan.

***

        Beberapa menit setelah Sulli dan Hye Ra pindah ke meja makan karena mereka pasti tak ingin proyek mereka sedikit terganggu. Sementara Yong Hwa hanya menatap hampa televisi dihadapannya dan tanpa minat karena Minhyuk juga sudah asik dengan dunianya sendiri. Minhyuk memilih sedikit demi sedikit mengerjakan proyeknya dengan Hye Ra.
        Yong Hwa tampak melirik ke arah dua orang gadis yang duduk di meja makan dengan posisi membelakanginya. Mereka masih sibuk. Ia kemudian menatap Minhyuk. Terlintas sebuah ide jahil di kepalanya. “Di antara dua orang gadis di sana. Mana yang akan kau pilih? Hye Ra atau Sulli?” ujarnya penasaran. Ia bahkan sampai sedikit memajukan tubuhnya. Yong Hwa melakukan itu karena ia tahu bahwa Minhyuk pernah ada hati pada ke dua gadis di sana tersebut.
        Minhyuk sempat menghentikan tangannya yang sibuk bermain di atas mouse laptop. Namun sedetik kemudian, ia berusaha tak terpengaruh dengan pertanyaan Yong Hwa yang bisa saja menjebak. “Bagaimana jika aku membalikkan pertanyaan itu padamu?” desis Minhyuk yang lalu melirik Yong Hwa tajam.
        Yong Hwa terdengar berdecak kesal. Sementara Minhyuk kembali menekuri pekerjaannya. “Aku yang bertanya duluan. Kau tidak boleh melemparnya kembali.”
        Minhyuk mengangkat salah satu sudut bibirnya. “Jika tidak bisa menjawab, jangan memberikan pertanyaan seperti itu,” sindir Minhyuk dengan nada meremehkan.
        “Benar,” gumam Yong Hwa yang seakan menyetujui perkataan Minhyuk. Ia kemudian menyandarkan kembali punggungnya. “Tapi jika kondisinya seperti ini…” Yong Hwa sedikit bermain-main dengan ucapannya dan sukses membuat Minhyuk mengawasinya dengan ketat melalui ekor mata. “Jelas aku lebih memilih yang ada di depan mataku.”
        Minhyuk tak langsung merespon. Ia berdecak meremehkan karena tahu yang dimaksud Yong Hwa adalah Sulli. “Itu hanya karena kau sudah menang selangkah.”
        “Hal itu tidak dilarang, kan?” seru Yong Hwa tak ingin mengalah. “Lagipula, ini hanya pertanyaan kecil. Dan kenyataannya Hye Ra juga sudah memiliki seseorang yang ia cintai.” Yong Hwa tak menyadari perubahan raut wajah Minhyuk. “Kau tau dia sudah punya kekasih, kan?” tanyanya memastikan.
        Minhyuk menoleh dan tak ingin terlihat kalah. “Aku tahu. Tapi aku tak perlu tahu siapa kekasih Hye Ra.”
        Yong Hwa berusaha menyembunyikan tawanya sampai Minhyuk kembali sibuk dengan pekerjaannya. “Kekasih Hye Ra bahkan member ‘Blue Flame’ yang disukai Sulli,” kekehnya dalam hati. Ia juga tak tahu jika antara Minhyuk dan Joon ada hubungan saudara kandung.
        Tak lama, Sulli dan Hye Ra kembali bergabung dengan Minhyuk dan Yong Hwa di ruang tengah.
“Kita sudah selesai,” kata Hye Ra yang secara tidak langsung ia juga mengisyaratkan Minhyuk untuk membereskan barang-barangnya.

***

        Beberapa hari setelah itu. Hye Ra tampak sudah siap untuk ke luar rumah. Sementara salah satu tangannya sibuk memainkan kunci mobilnya. Yoona juga sudah ke luar dari rumah sakit. Dan saat ini wanita itu sedang menikmati sarapan paginya bersama Minho yang juga siap untuk pergi ke kantor.
        “Kau mau ke mana?” tegur Minho saat Hye Ra baru saja duduk bergabung.
        Hye Ra awalnya tak langsung merespon perkataan Minho. Ia justru sibuk menyiapkan sarapan paginya.
        “Kalau kau pergi, siapa yang menemani Yoona di rumah?” lanjut Minho.
        Hye Ra dan Yoona sontak saling melempar tatapan. Yoona menunjukkan raut wajah dan seolah berkata bahwa ia baik-baik saja. Hye Ra langsung memutar bola matanya sedikit kesal. “Oppa yang memaksaku menemui Himchan. Kalau aku tidak menyelesaikan proyek itu secepatnya, mau kapan lagi? Menunggu sampai eonnie melahirkan?” seru Hye Ra terdengar sedikit menantang.
        Minho langsung menoleh ke arah Yoona seolah meminta pertolongan. Namun tampaknya Yoona pura-pura tak menyadari sikap Minho.
        Malas menunggu reaksi Minho, Hye Ra menyandarkan punggungnya sambil menatap Minho dalam. “Sekarang bagaimana? Aku bisa pergi atau tidak?”
        “Kau berangkat saja sana,” putus Yoona sambil melempar tatapan sedikit memaksa pada Hye Ra. “Cepat!” tegasnya.
        Hye Ra melirik Minho dan Yoona bergantian. Namun akhirnya ia memutuskan untuk menuruti ucapan Yoona. “Terima kasih eonnie.” Hye Ra langsung melesat pergi tanpa menghiraukan teriakan Minho yang memanggil namanya.

***

        Hye Ra memarkirkan mobilnya di depan bangunan yang nantinya akan menjadi butiknya dan Yoona. Gadis itu berlari kecil memasuki gedung. “Maaf aku terlambat,” serunya pada Himchan dan salah seorang teman pemuda itu yang membantu di sana.
        “Oh, hai. Kau datang?” ujar Himchan. “Kenalkan ini temanku. Dia hanya ingin melihat-lihat.”
        Pemuda bersama Himchan di sana itu mengulurkan tangan. “Hackyeon,” serunya
“Aku Hye Ra,” kata gadis itu riang. Hye Ra lalu tampak menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari-cari sesuatu. “Minhyuk belum datang?” tanya Hye Ra akhirnya.
        “Dia sedang memesan barang-barang yang kita butuhkan.” Himchan berkata tanpa beralih dari layar laptopnya. Ia akhirnya mendongak dan langsung mengarahkan tatapan pada Hye Ra. “Apa seluruh bagian tembok ingin kau pakaikan wallpaper?” tawarnya. “Jika kau mau, Hackyeon bersedia membantu.”
        Hye Ra sontak menoleh ke tempat Hackyeon berada. Tepat ketika pemuda itu juga menatap padanya. Ia lalu mengangguk cepat sebagai tanda setuju. “Bisa pilihkan yang bagus? Eonnie ingin berbeda tema di tiap ruangan.”
        “Aku punya contohnya,” kata Hackyeon semangat sambil menyuruh Hye Ra mendekat karena apa yang ingin ia tunjukkan ada di laptop Himchan.
        Himchan sendiri langsung sedikit bergeser guna memberi sedikit ruang pada Hackyeon yang kemudian langsung mengoperasikan laptop. Hye Ra juga sudah bergabung di sana.
        “Aku sudah mendengar konsep kalian dari Himchan dan Minhyuk. Tapi ini hanya beberapa. Mungkin besok akan aku bawakan contoh-contoh yang lain,” jelas Hackyeon sambil membuka slide foto-foto contoh wallpaper dinding yang ia tawarkan pada Hye Ra.
        “Terserah kau saja. Tapi serasikan juga dengan barang-barang yang dibeli Minhyuk,” kata Hye Ra. Dan Hackyeon hanya mengangguk mengerti.

***

        “Hyung, giliranmu!” teriak Luhan mengingatkan Nichkhun untuk melakukan pemotretan untuk album terbaru mereka. Sementara Nichkhun bersiap, Luhan menyingkir lalu mengambil satu tempat di samping Joon yang tampak sibuk dengan sebuah majalah di sana.
        Joon tampaknya tak terlalu menyadari kedatangan Luhan. “Tsk!” Ia berdecak kesal seorang diri. “Apa mereka tidak punya majalah baru?” desisnya.
        Mendengar itu, Luhan mengintip ke salah satu halaman. “Itu Yoona noona?” serunya.
        Joon sontak menoleh cepat ke arah Luhan, kemudian ia mengikuti arah pandangan Luhan ke majalah di tangannya. Di salah satu sudut kolom terpampang wajah cantik Yoona. Joon langsung mengarahkan matanya ke deretan huruf yang membentuk artikel tentang gadis yang dulu pernah dicintainya itu.


        “Itu kan sudah beberapa bulan yang lalu,” kata Luhan seperti mengomentari. Terlebih ia juga sempat membaca artikel tersebut yang membahas tentang pernikahan Yoona itu.
        Joon mengangkat satu sudut bibirnya. “Ternyata Yoona bisa berbohong juga,” kekehnya kemudian setelah membaca bagian akhir artikel. Joon kemudian melirik ke tempat Luhan berada karena merasakan Luhan juga tengah menatapnya.
        “Aku tahu,” ujar Luhan dengan tatapan mata seperti mengatakan ia menemukan sesuatu. “Jadi Yoona noona berbohong?” ulangnya. Luhan lalu menatap Joon penasaran. “Ini sebenarnya sudah lama ingin aku tanyakan,” kata Luhan yang bahkan tak memperdulikan saat Siwan duduk di sampingnya. “Kau ke mana hyung malam itu? Kenapa kau tidak datang ke pernikahan Yoona noona? Apa kau masih patah hati?”
        Plak! Siwan justru memukul belakang kepala Luhan hingga pemuda itu meringis lalu melancarkan tatapan membunuh untuk Siwan. “Kenapa aku di pukul, hyung!” protes Luhan.
        Joon dan Siwan hanya terkekeh melihatnya. “Kau ke mana saja selama ini sampai kau tidak tahu hal itu?” tanya Siwan dengan nada meremehkan.
        Luhan menoleh ke tempat Joon berada seakan meminta penjelasan. Namun Joon sama sekali tak tertarik untuk memberikannya. Luhan hanya mendesah kesal. Ia baru saja menyandarkan punggungnya, tapi langsung ia tegakkan lagi karena mlihat kedatangan Doojoon. “Hyung, lihat ini.” Luhan menyambar majalah di tangan Joon yang kemudian ia sodorkan pada Doojoon.
        Doojoon langsung menarik sebuah kursi yang ia tempatkan di depan Luhan sebelum ia menerima majalah tersebut. Seakan mengerti, mata Doojoon langsung menangkap artikel tentang pernikahan Yoona. “Aku baru tau,” kata Doojoon lalu mendongkat. “Yoona berbohong tentangmu?” tanya Doojoon pada Joon.
        Joon hanya mengangguk cepat karena saat itu ia tengah menenggak minumannya.
        “Hyung, jadi kau juga tau tentang keberadaan Joonie hyung malam itu?” tuntut Luhan.
        Doojoon mengembalikan majalah ke tangan Joon sebelum menoleh ke tempat Luhan berada yang tengah menatapnya sambil menuntut sesuatu. Doojoon hanya mengangguk. “Joon ada di ruang ganti. Ada Hye Ra juga di sana.”
        “Kenapa kau memusingkan hal itu?” Siwan terdengar bersuara.
        Luhan sudah ingin kembali buka mulut, namun Siwan sudah lebih dulu bangkit lalu pergi dari sana. Saat menoleh ke tempat lain, ternyata Joon dan Doojoon juga melakukan hal yang sama. Pergi dari tempat itu.

***

        “Itu Minhyuk,” seru Hackyeon saat mendapati seseorang membuka pintu utama.
Hye Ra dan Himchan langsung mendongakan kepala. “Kau dapat semua?” tanya Himchan ketika Minhyuk sudah benar-benar memunculkan diri di hadapannya. Sementara Hackyeon menggeser sebuah kursi yang melingkari sebuah meja untuk Minhyuk.
        Minhyuk meletakkan barang bawaannya berupa seplastik botol minuman. “Oh, kau? Terima kasih,” ujar Minhyuk sedikit terkejut karena melihat kehadiran salah satu temannya juga di sana. “Sudah. Tapi beberapa barang memang harus di pesan dulu. Mudah-mudahan semua bisa tepat waktu,” jelas Minhyuk untuk pertanyaan Himchan tadi. Pemuda itu lalu memajukan tubuhnya lebih dekat ke tepi meja sambil menatap Himchan. “Sudah kau buatkan perhitungannya?”
        “Akh, iya.” Himchan secara otomatis merubah arah layar laptopnya jadi menghadap Minhyuk. “Kau bisa periksa lagi.”
        Minhyuk langsung mengambil alih laptop dihadapannya. “Itu minuman untuk kalian,” ujarnya mengingatkan karena tak satupun dari Hye Ra, Himchan atau Hackyeon menyentuh kantong plastic yang tadi di bawa Minhyuk.
Mereka hanya terkekeh menanggapinya. Lalu Himchan tampak memulai dengan membongkar plastic tersebut. Ia menyodorkan satu untuk Hackyeon dan Hye Ra juga. Dan terakhir ia mengambil untuk dirinya. Minhyuk sedikit mengawasi hal terakhir tadi, yang kemudian membuat matanya sedikit melebar.
        “Himchan, maaf,” sela Minhyuk yang bahkan sampai menahan tangan Himchan yang sedang membuka tutup botol. “Yang itu untuk Hye Ra,” lanjutnya kemudian.
        Himchan menatap label minuman di tangannya. Ia kemudian melirik Hye Ra seperti meminta penjelasan juga. “Maaf,” seru Himchan akhirnya sambil menukar botol miliknya dengan botol yang tadi di tangan Hye Ra.
        Hackyeon yang menyaksikan itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap Minhyuk penuh curiga. Minhyuk langsung panic di buatnya seakan kepergok dengan Hackyeon. Hackyeon salah satu teman lamanya yang mengetahui tentang perasaannya pada Hye Ra sejak dulu. Namun tidak dengan Himchan.
        Minhyuk menemukan sebuah meteran di atas meja. “Ada yang bisa membantuku mengukur?” tanyanya pada siapa saja dengan tangan yang sudah menyambar alat tersebut untuk mengalihkan perasaannya. Ia bahkan juga sudah berdiri lalu berjalan ke sudut ruangan.
        “Biar aku saja,” kata Hackyeon menawarkan diri ketika melihat Himchan yang juga bersiap untuk berdiri.
        Hye Ra menatap langkah Hackyeon yang menghampiri Minhyuk. Ia kemudian melirik ke tempat Himchan berada. “Setengah jam lagi aku harus pergi. Dan mungkin baru akan kembali saat makan siang.”
        Himchan langsung mengangguk. “Dan sepertinya aku juga membutuhkan Hackyeon.” Himchan lalu melempar pandangan ke tiap sudut ruangan tempatnya berada. “Karena gedung ini cukup besar untuk ukuran sebuah butik baru.”
        Hye Ra terkekeh mendengarnya. Ia juga mengarahkan tatapannya ke tiap sudut yang terjangkau matanya. Memang cukup besar. “Sebenarnya eonniku sudah memiliki butik. Namun tidak sebesar ini tempatnya. Dan di sini juga sekalian menjadi kantor,” jelas Hye Ra kemudian. “Oiya, untuk Hackyeon terserah kau saja.”
        “Tadinya dia hanya ingin bertemu denganku saja. Sebelum kau datang, kami ngobrol banyak. Ternyata pengalamannya juga lebih luas dari Minhyuk.”
        “Hackyeon juga arsitek?” tanya Hye Ra antusias dan terdengar cukup kagum. Ia bahkan sempat melirik ke tempat Hackyeon dan Minhyuk berada.
        Himchan mengangguk cepat. “Hackyeon memiliki pengalaman, sementara Minhyuk memiliki selera seni yang tinggi. Mereka juga teman lama. Dan terlihat sangat kompak. Aku yakin kerja sama mereka tidak akan mengecewakanmu.”
        “Mereka teman lama?” Hye Ra mengulangi perkataan Hicmhan tadi. “Pantas aku seperti pernah melihatnya. Mungkin di album foto milik Minhyuk, ada Hackyeon juga di sana.”
        “Seingatku, mereka berpisah saat SMA. Kau baru mengenal Minhyuk saat SMA, bukan?”
        “Iya, sama sepertimu juga.” Hye Ra lalu menenggak minumannya yang kemudian ia memeriksa jam tangannya. “Hmm… aku harus pergi sekarang,” ujarnya sedikit terburu-buru lalu berdiri. “Aku ke luar dulu. Nanti kembali lagi,” serunya lagi kali ini untuk Minhyuk dan Hackyeon yang menyadari ia ingin pergi. “Ambil kaset di mobilku.”
        Minhyuk segera menyusul Hye Ra yang sudah lebih dulu berjalan setelah gadis itu memberikan tanda padanya. Tak berapa lama, Minhyuk kembali sambil membawa sebuah kaset di tangannya. Sementara Hackyeon sudah kembali bergabung dengan Himchan di meja.


        “Mini album ke tiga ‘Blue Flame’?” tanya Hackyeon saat Minhyuk meletakkan benda tersebut di atas meja.
        “Apa Hye Ra tahu kau adiknya Lee Joon?” timpal Himchan kemudian.
Minhyuk menggeleng. “Ku rasa tidak.”
        “Kenapa tidak?” seru Hackyeon yang tampak kecewa dengan jawaban Minhyuk. “Kau bisa memberikan kejutan untuk Hye Ra dengan mempertemukan ‘Blue Flame’.”
        “Aku tidak ingin menjual nama Changsun hyung untuk menarik perhatian Hye Ra,” desis Minhyuk yang kesal dengan saran Hackyeon.
        Hackyeon hanya tertawa menanggapinya.
        “Jadi, kau menyukai Hye Ra?”
        Hackyeon menghentikan tawanya. Sementara Minhyuk menatap datar ke arah Himchan yang memang tidak tahu apa-apa.

***


3 komentar:

  1. kutipan artiket dan foto album blue flame di atas hanya kebutuhan FF dan cuma terjadi di FF ini...
    *author*

    BalasHapus
  2. artikel ka, bukan artiket... hehehe :)
    tapi gambarnya emejing sekali... saya suka saya suka... ^_^

    mampus lo si Yong Hwa, malah dibalikin lagi pertanyaannya.... hahahaha :D
    dan dy langsung kya agak mingslep... :)

    siwan kaya ga punya dosa banget sama Luhan.. maen pukul aja kepala anak orang... wkwkwkwk

    ini MIRIS banget sih si Luhan.... wkwkwkwkwk :D
    “Hyung, jadi kau juga tau tentang keberadaan Joonie hyung malam itu?” tuntut Luhan.
    Doojoon mengembalikan majalah ke tangan Joon sebelum menoleh ke tempat Luhan berada yang tengah menatapnya sambil menuntut sesuatu. Doojoon hanya mengangguk. “Joon ada di ruang ganti. Ada Hye Ra juga di sana.”
    “Kenapa kau memusingkan hal itu?” Siwan terdengar bersuara.
    Luhan sudah ingin kembali buka mulut, namun Siwan sudah lebih dulu bangkit lalu pergi dari sana. Saat menoleh ke tempat lain, ternyata Joon dan Doojoon juga melakukan hal yang sama. Pergi dari tempat itu.

    itu Haeckyon temen SMA Minhyuk yah??

    wah kayanya bakalan seru nih kalo Minhyuk bener2 melakukan apa yang dibilang Haeckyon untuk ngasih Hye Ra kejutan untuk mempertemukan Blue Flame... pasti seru banget nih kejadiannya...

    BalasHapus
  3. Ini sebenarnya sudah lama ingin aku tanyakan,” kata Luhan yang bahkan tak memperdulikan saat Siwan duduk di sampingnya. “Kau ke mana hyung malam itu? Kenapa kau tidak datang ke pernikahan Yoona noona? Apa kau masih patah hati?”
            Plak! Siwan justru memukul belakang kepala Luhan hingga pemuda itu meringis lalu melancarkan tatapan membunuh untuk Siwan. “Kenapa aku di pukul, hyung!” protes Luhan.

    -> kasian banget si Luhan di bully sama par Hyung nya.. hahahaha

    BalasHapus