Jumat, 07 Februari 2014

BLUE FLAME BAND 2 (part 9)



Author              : Annisa Pamungkas (@nniissaa11)
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Lee Minhyuk (BtoB)
·        Jung Yong Hwa (CN Blue)  
Original cast     : Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast     :
·        Im Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun Horvejkul (2PM)
·        Yoon Doojoon (Beast/B2ST)
·        Luhan (Exo-M)
·        Im Yoona (SNSD)
·        Choi Minho (SHINee)
·        Choi Sulli (F(x))
·        Kim Himchan (B.A.P)
·        Lee Sungmin (Super Junior)
·        Cha Hackyeon ‘N’ (VIXX)
Genre               : romance
Length              : part

***

        “Joon,” tegur Sungmin pada leader ‘Blue Flame’ tersebut.
        Joon langsung menyimpan kembali ponselnya kemudian berdiri. Di sampingnya, Doojoon, tampak menepuk pundaknya memberi semangat. Joon membalas dengan anggukan kepala.
        “Semangat, hyung!” Luhanpun turut memberikan semangat untuk leadernya itu. “Ini rekaman untuk lagu terakhir. Lakukan yang terbaik,” lanjutnya membuat Joon terkekeh.
        Joon masuk ke dalam ruang rekaman. Ia langsung mengenakan headphone di kedua telinganya. Di luar sana, Sungmin bersama seorang produser mereka. Sementara member ‘Blue Flame’ yang lain tampak menunggu di belakangnya.
        “Bisa kita mulai, Joon?” tanya sang produser tersebut. Joon langsung mengacungkan ke dua ibu jarinya dengan mantap tanda bahwa ia sudah siap untuk rekaman.

neol ijeumyeon da kkeutnalgeot gata
ijebuteon kkumeseo kkaewojwo
I love you and I need you
neobogoshipeo michilgeot gateunde

This time is over
wae nareultteonayo
moksumboda deo neol saranghaenneunde
ajikkkaji nan geu sarange gachtyeo
michin deushi neolbureumyeo neoman chaja
(This Time Is Over – B1A4)

        Setelah itu, rekaman selesai. Joon melakukannya dengan sangat baik. Cukup tiga kali pengulangan, hasil terbaik sudah mereka dapat. Joon dan yang lain memang bekerja sangat keras untuk album ke tiga mereka yang rencananya akan segera di liris setelah rangkaian tour mereka selesai.
        “Tak sia-sia kita latihan setiap malam, hyung.” Luhan berujar sambil merentangkan tangannya menyambut kedatangan Joon yang baru saja menyelesaikan rekaman untuk bagiannya.
        Tentu saja Joon langsung membalasnya dengan senang hati. “Kita semua sudah bekerja keras sekali.”
        Luhan dan Joon melepaskan pelukan mereka. Kemudian Nichkhun tampak merangkul Joon dari belakang. “Kau harus istirahat leader,” goda Nichkhun.
        Joon terkekeh menanggapinya. “Kita semua harus istirahat untuk konser kita nanti malam.”
        “Sungmin, hyung!” Doojoon terdengar memanggil nama menejer mereka. “Untuk konser selanjutnya ku dengar di undur?” tanyanya setelah Sungmin menoleh. Sementara yang lain juga menunggu jawaban menejer mereka tersebut.
        “Tidak bisa di undur. Yang itu terpaksa di batalkan karena jadwal kalian selanjutnya sudah menunggu,” jelas Sungmin.
        Mendengar jawaban Sungmin, ke lima member ‘Blue Flame’ tersebut saling melempar tatapan penuh arti. Nampaknya mereka memikirkan hal yang sama.
        “Kalau begitu, kami bisa pulang, hyung?” Siwan terdengar bertanya penuh antusias. Sudah beberapa minggu ia dan yang lain memang berkutat di luar kota.
        “Ku harap memang begitu,” gumam Luhan penuh harap yang langsung disetujui oleh yang lain.
        “Kalian bisa pulang,” kata Sungmin akhirnya sambil mengangguk tegas. Membuat para pemuda tampan itu bersorak gembira. “Manfaatkan dengan baik. Dan jangan lupa kalian juga harus menghafal materi lagu di album ke tiga kalian. Besok pagi akan ku bagikan CD-nya.”
        “Siap, hyung!” mereka menjawab kompak. Doojoon, Siwan, Luhan dan Nichkhun sudah membayangkan hal-hal apa saja yang akan mereka lakukan saat pulang. Tak terkecuali Joon. Tentu saja si leader tersebut akan langsung menemui Hye Ra. Harus.

***

        Himchan tampak meregangkan otot-otot tubuhnya karena sudah duduk beberapa jam di sana. Ia menoleh ke samping dan mendapati Minhyuk yang sedang berbincang serius dengan beberapa pekerja yang memang membantu mereka merenovasi bangunan tersebut. Minhyuk cukup serius melakukan pekerjaannya. Lalu mata Himchan menangkap benda persegi tergeletak di dekat laptopnya. Mini album ke tiga ‘Blue Flame’ yang bahkan sudah ditanda tangani langsung oleh Joon. Pemuda itu langsung memutar disc melalui laptop. Tak lupa ia juga mengeraskan volume.

You make me go insane (sane)
She gives me so much pain (pain)
I won't be back again (I wanna hate you)
(hangsang neon amureohji anheun cheog
Kkog jigeum jeonhwal badayagesseo?)
You make me go insane (sane)
She gives me so much pain (pain)
I won't be back again
(Insane – BtoB)

        Beberapa menit kemudian, Minhyuk tampak menghempaskan badan di kursi. Tepat di samping Himchan. Ia lalu menyambar sebuah buku dan pulpen. Minhyuk tampak menulis-nulis sesuatu. Terkadang ia tampak berpikir, namun sedetik kemudian Minhyuk mengacak rambutnya, frustasi.
        “Ada apa?” tegur Himchan yang menjadi sediki tak tenang dengan sikap temannya itu.
        “Aku salah perhitungan,” jawab Minhyuk masih dengan ekspresi wajah frustasinya. “Hackyeon sedang memeriksa kembali untuk lantai atas.”
        Himchan tampak menggeser kursinya lebih dekat ke tempat Minhyuk dan ikut melihat pekerjaan pemuda itu. Tak lama, Minhyuk seperti tampak bersiap-siap untuk pergi. “Tak bisakah melalui telpon saja?” sarannya.
        Minhyuk menggeleng tegas lalu merobek kertas berisi tulisan tangannya. “Untuk lebih jelas, aku harus ke sana. Ku tinggal dulu,” seru Minhyuk yang kemudian melesat pergi tanpa ada yang bisa menghalanginya.
Minhyuk baru akan menggapai knop pintu, namun pintu sudah lebih dulu terbuka. Yoona tampak memunculkan diri di sana. “Kau Himchan?” tanyanya.
        “Bukan,” jawab Minhyuk pendek. Ia lalu menunjuk dengan jari ke tempat Himchan berada namun tatapannya seakan tak teralih dari Yoona.
        Yoona mengangguk mengerti. Minhyuk menunjuk ke tempat Himchan berada, dan kebetulan pemuda itu juga menyadari kehadiran Yoona di sana. “Aku Yoona,” ujarnya yang secara tak langsung membuat Minhyuk diam-diam melebarkan matanya seakan tak percaya wanita itu ada di hadapannya. “Kau yang bernama Himchan?”
        Mendengar wanita itu memperkenalkan diri dengan nama Yoona, buru-buru Himchan bangkit lalu melesat mendekat. Minhyuk juga tampak masih berdiri di sana. “Iya, aku Himchan. Akhirnya bisa bertemu denganmu, noona.” Himchan mengulurkan tangan yang langsung dibalas oleh Yoona. “Ini temanku, Minhyuk,” tunjuknya pada sosok Minhyuk. Mereka hanya saling melempar senyum, namun Minhyuk tampak sedikit kaku. “Dan itu Hackyeon.” Kali ini Himchan menunjuk ke seseorang yang baru saja memunculkan diri dari arah tangga.
        Yoona dan Hackyeon juga tampak saling melempar senyum. “Senang akhirnya bisa bertemu kalian,” kata Yoona penuh semangat. “Kalian pasti belum makan siang, kan? Aku sudah pesankan.”
        “Akh, iya.” Himchan menggaruk tengguknya, canggung. “Mari duduk, noona.”
        Hackyeon sendiri secara spontan menarik sebuah kursi seakan menyiapkan untuk Yoona. Tentu saja dengan senang hati model cantik tersebut menerima perlakuan baik para pemuda itu. Namun baru beberapa langkah, Yoona berhenti karena perhatiannya tersita pada Minhyuk. “Kau ingin pergi?”
        “Ya?” Minhyuk tampaknya sedikit kurang berkonsentrasi.
        “Dia ingin memesan ulang barang-barang yang dibutuhkan di sini,” jelas Himchan.
        “Sudahlah nanti saja,” kata Yoona. Tentu saja ia bisa bebas memutuskan apapun karena ini juga proyeknya. “Sebentar lagi makanannya datang.” Yoona kemudian melanjutkan langkah lalu duduk di tempat yang sudah ada. Mata Yoona juga sempat menangkap benda persegi yang meningingatkannya pada Joon. Yoona tersenyum samar karena terdapat tanda tangan Joon di sana.
        Himchan juga duduk di sana. Sementara Hackyeon tampak menggerakkan tangannya untuk Minhyuk sebagai isyarat pemuda itu untuk ikut bergabung. Karena tadi Yoona memang sudah menyuruhnya untuk tetap tinggal, Minhyuk akhirnya kembali ke dalam lalu duduk tepat di seberang Yoona yang kini tampak sudah berbincang serius dengan Himchan.
        Berhadapan langsung dengan Yoona, tentu saja membuat Minhyuk mengingat akan sosok kakaknya, Joon. Ia juga tahu bahwa Yoona yang pernah di sukai Joon adalah seorang model. Dan ia bertemu langsung dengan wanita itu. Belum lagi Minhyuk menangkap reaksi Yoona yang mencurigakan ketika melihat sampul album music ‘Blue Flame’ di atas meja.
        “Hyung, bidadarimu ada di sini. Haruskah aku melaporkan padamu?” gumam Minhyuk dalam hati. “Sebaiknya jangan. Yoona sudah menikah. Dan hyung tidak boleh berharap lagi padanya,” lanjutnya dengan tatapan yang tak teralih dari wajah Yoona.

***
        Hye Ra menutup pintu mobilnya yang terparkir di halaman gedung Universitas tempat ia kuliah dulu. Ia baru saja bertemu Sulli di sana. Gadis lalu lalu membuka laci dashboard dan secara asal mengambil salah satu album music ‘Blue Flame’ yang memang sudah ia miliki sejak lama. Album pertama mereka.


I want you in my life (in the castle, in the air)
I want you kiss me everyday (I take your hand, my dear)
I want you in my life (I don't want you fly away)
I want you smiling at me everyday (You're my dreaming days)
If your love won't stay with me forever
I'll be loving you, whenever
You in my life (tell me everything's alright)
I wanna be your shining light, Forever
(Love Revolution – CN Blue)

        Setelah salah satu lagu di album music tersebut terputar dan memenuhi ruang di mobil itu, Hye Ra lalu mengeluarkan ponselnya. Ia berniat menelpon Joon dalam kondisi sedang memutar lagu kekasihnya itu. Bisa dipastikan Joon akan dua kali lebih senang dan dua kali lebih narsis karena ia pasti akan mengatakan Hye Ra sangat merindukannya.
        Sambil menunggu panggilannya di jawab, Hye Ra menyambar sebuah majalah yang tadi ia beli. Gadis itu juga mengenakan handsfree di ponselnya. Tentu saja memungkinkan tangannya dengan leluasa membuka lembar tiap lembar halaman di majalah dan terhenti pada halaman yang memasang foto Lee Joon.


        Hye Ra terpana sesaat melihat foto diri kekasihnya di sana. “Benarkah kau setampan ini, Joon?” seru Hye Ra untuk dirinya sendiri. Tak biasanya ia mengagumi Joon seperti ini.
        “Tidakkah kau mengetahuinya sejak lama? Aku memang tampan sejak lahir.”
        Hye Ra membeku mendengar suara seorang pemuda yang ia dengar melalui sepasang handsfree yang menggantung di telinganya. Saat memeriksa layar ponselnya, terlihat perhitungan waktu sejak Joon menjawab panggilannya. “Apa setiap artis senarsis kau?” desis Hye Ra tajam yang memang tak mau mengakui ketampanan kekasihnya itu secara langsung. Joon pasti akan semakin besar kepala.
        Terdengar Joon terkekeh puas. Pemuda itu baru saja menghempaskan diri di kasur kamar hotelnya yang ia tempati bersama Siwan. Beruntung Siwang tak langsung kembali ke kamar mereka. “Biar ku tebak. Kau pasti sedang melihat fotoku di majalah terbaru itu?”
        “Hmm,” Hye Ra menjawab malas.
        Sontak, Joon menegakkan tubuhnya lalu duduk bersila di atas kasurnya. “Kalau begitu, jangan buka halaman selanjutnya,” perintah Joon seakan tahu jika Hye Ra akan melakukan hal itu.
        Di tempatnya berada, Hye Ra bingung sendiri dengan perkataan Joon. “Memangnya setelah ini ada foto siapa? Doojoon atau Siwan oppa?”
        “Bukan itu. Maksudku, kau lihat fotoku saja. Bukankah kita sudah beberapa minggu ini tidak bertemu? Apa kau tidak merindukanku?” tanya Joon yang sangat berharap Hye Ra membenarkan perkataannya.
        Hye Ra tak langsung menjawab. Sementara Joon menyambar sebuah majalah milik Siwan yang ia temukan di atas nakas kecil. Joon membalik-balikkan majalah dengan satu tangan dan terhenti di sebuah halaman yang memuat foto dirinya. Itu majalah yang sama yang sedang dilihat Hye Ra. Joon juga sempat membuka halaman selanjutnya yang ternyata terdapat foto Doojoon.


        Joon sempat membeku sesaat. Kebetulan yang sangat pas. Padahal Joon tidak bermaksud menyinggung masalah Doojoon. Hye Ra dulu memendam perasaan pada bassist bandnya tersebut. Meski kini gadis itu sudah membuka hati untuknya. Joon bahkan tak menyadari bahwa Hye Ra sama sekali belum bersuara sejak ia melontarkan pertanyaannya tadi.
        Hye Ra mendesah berat lalu menyandarkan punggungnya lebih dalam lagi ke jok mobil. Ia baru saja melihat Yong Hwa bersama Sulli dari balik kaca mobilnya. Semua yang terjadi antara dirinya dan Yong Hwa juga melibatkan Joon. Hye Ra bahkan tanpa alasan dan kecurigaan apapun menuruti perkataan kekasihnya untuk tidak membalikkan halaman majalah.
        “Kenapa kau selalu menolak melakukan video call denganku?” Hye Ra balik bertanya. Ia sama sekali tak ingin menjawab pertanyaan Joon.
        Di tempatnya berada, Joon membalikkan kembali halaman majalah tempat foto dirinya terpampang. “Itu hanya akan membuat aku semakin merindukanmu. Aku bisa melihat wajahmu, tapi aku tidak bisa menyentuhmu. Jika bertemu, aku ingin langsung memelukmu.”
        Senyum Hye Ra terukir setelah mendengar perkataan Joon. Tuhan maha adil. Ketika Hye Ra melepaskan cintanya untuk Doojoon, ia mendapatkan cinta yang lebih besar dari Joon. Sama halnya dengan Yong Hwa, Sulli, Yoona, dan juga Joon sendiri. Mereka melepaskan satu cinta untuk mendapatkan cinta yang lain. Tapi mungkin belum saatnya untuk Minhyuk yang baru saja melepaskan cintanya pada Sulli.
        Tanpa sadar, air mata gadis itu menetes. Buru-buru ia menyekanya. Namun isakan kecil itu tetap terdengar.
        “Kau menangis?” desak Joon. Hye Ra tak menjawab. “Kau curang! Kenapa menangis di telpon? Jika bersamaku kau tidak pernah menangis?” protesnya. “Aku jadi tidak bisa mengapus air matamu dengan tanganku,” serunya sedikit heboh dan sukses menyulut tawa Hye Ra.
        “Aku tidak ingin kau melihatku menangis.” Hye Ra masih berusaha menghilangkan sisa-sisa air mata di wajahnya.
        Joon mengukir senyum. Biasanya Hye Ra lebih suka menggodanya jika di telpon. Namun hari ini mereka terlibat pembicaraan yang sedikit serius, menurut Joon. Pemuda itu juga seperti tak bisa mengatakan hal apapun setelahnya. “Aku benci saat seperti ini. Nanti ku telpon lagi,” putus Joon kemudian. “Aku mencintaimu,” ujarnya sedetik sebelum ia benar-benar mematikan telponnya.
        “Aku ta…” Hye Ra terdengar tak menyelesaikan kalimatnya. Joon pasti tidak ingin mendapatkan jawaban yang tidak ia inginkan. Lebih baik tidak usah sama sekali. Hye Ra kembali mengarahkan matanya pada sosok Joon dalam majalah di tangannya. “Aku mencintaimu, Joon. Tapi, aku takut mengatakan hal itu secara langsung untukmu. Aku hanya takut tak sanggup jika suatu hari nanti kau meninggalkanku dengan keadaan apapun.”
Gadis itu menghela napasnya sesaat. Masih dengan mata yang tertancap lurus pada gambar diri Joon. “Tapi, sungguh. Aku tulus mencintaimu.” Hye Ra memejamkan matanya. Dan tak disadari ternyata air matanya kembali jatuh. Gadis itu hanya sedikit teringat tentang perasaannya yang nyaris saja mengkhianati Joon karena Doojoon. Ia sungguh menyesal akan hal itu.

More, bigger halls and albums
Don't lose my first intention
I never lose myself everyday
More, bigger home and bling-blings
We got more concentration
I never lose myself everyday
I can get pressures at times
But I am strong and I try to sing all night
(Try Again, Smile Again – CN Blue)

        Di tempatnya berada, Joon tampak memainkan ponselnya untuk melihat slide-slide foto Hye Ra yang diam-diam ia ambil langsung dari ponsel kekasihnya itu sendiri. Tak lama, pintu kamar hotelnya tampak terbuka. Ternyata Siwan yang baru kembali. Joon langsung membaringkan tubuhnya dan masih tetap memandangi foto-foto Hye Ra.
        Siwan sendiri langsung bergegas menyambar ranselnya. Ia juga memasukkan beberapa barang yang sekiranya ingin ia bawa. “Kau sedang apa, Joon?” tegurnya meski masih menyibukkan diri dengan kegiatannya.
        Joon sempat melirik sesaat, namun sedetik kemudian kembali menatap foto kekasihnya itu. “Merindukan Hye Ra,” serunya asal.
        Mendengar jawaban Joon, Siwan sampai menghentikan kegiatannya dan sontak menoleh ke tempat leadernya itu berbaring santai. “Kita harus bergegas ke tempat konser!” seru Siwan mengingatkan.
        Joon hanya mendengus kesal. Namun dengan terpaksa, ia mengangkat tubuhnya untuk bangkit. Tugasnya sebagai seorang ‘idol’ sudah menunggu.

***

        Hye Ra telah sampai kembali di rumahnya. Setelah dari kampus tadi, ia sempat mampir ke tempat butiknya yang masih dalam tahap renovasi tersebut. Ia juga sekaligus mengajak Yoona untuk pulang. Sesampainya di rumah, gadis itu langsung melesat ke kamarnya. Melempar majalah tadi ke kasur dan menghempaskan tubuhnya ke sana juga. Hye Ra langsung menegakkan kembali tubuhnya karena Yoona membuka pintu kamarnya. Wanita itu masuk dan langsung duduk di tepi tempat tidur.
        “Minho oppa belum pulang,” kata Yoona seperti memberi tahu. Hye Ra hanya mengangguk samar. “Ini Joon?” seru Yoona yang sontak saja membuat Hye Ra menoleh cepat. Ternyata wanita itu menemukan majalah baru Hye Ra.
        Dengan gerakan cepat dan cenderung kasar, Hye Ra menyambar majalan tersebut dari tangan Yoona. Hanya untuk memastikan apa yang dilihat kakak iparnya itu. Dan ternyata benar itu foto Joon yang seperti dugannya. Sedetik kemudian gadis itu menyerahkan lagi majalah tadi pada Yoona. “Eonnie. Bisa tolong lihatkan halaman selanjutnya? Tapi jangan tunjukkan padaku.”
        Meski dengan sedikit bingung, Yoona tetap melakukan permintaan Hye Ra. Setelah memastikan gambar siapa yang dimaksud, Yoona mendongakkan kepala dan menatap Hye Ra penuh arti. “Doojoon,” gumamnya lemah.
        Hye Ra berusaha untuk tidak bereaksi berlebihan. Ia tidak tahu ini sebagai pertanda apa? Yang ada dipikiran gadis itu sekarang adalah meja belajarnya dan mengambil beberapa senti sebuah solasi bening. Hye Ra sengaja mengunci foto Doojoon agar tidak terbuka olehnya meski tanpa sadar.
        Yoona menghela napas panjang melihat apa yang dilakukan Hye Ra. “Aku bahagia melihat Joon bersamamu. Kau pasti bisa membahagiakan dirinya lebih dari orang lain.”
        Hye Ra hanya menatap Yoona datar tanpa bisa membalas perkataan Yoona. Akhirnya gadis itu hanya mampu untuk tersenyum tipis. Ia memang sudah mencintai kekasihnya.

***

        Minhyuk tiba di apartmen sudah sangat sore. Ia pulang dari butik Yoona dengan menumpang bus kota. Pemuda itu memang tidak ingin memanfaatkan kekayaan dan ketenaran kakaknya. Sudah beberapa hari ia tinggal sendiri karena Joon masih di luar kota atau terkadang menginap di dorm ‘Blue Flame’.
        Seusai membersihkan badan, Minhyuk bersantai di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi buatannya. Ingin mengusir bosan dengan menonton televisi, ternyata tidak ada acara yang menarik perhatiannya.
        Sampai akhirnya mata Minhyuk terhenti tepat ke kolong meja di hadapannya. Ada sebuah majalah edisi lama. Merasa penasaran, Minhyuk menyambarnya. Kebetulan saat itu ‘Blue Flame’ yang sedang mengisi kolom sampul mereka.
        “Ternyata Changsun hyung semakin terkenal saja,” ujar Minhyuk sebelum membalikkan majalah ke halaman selanjutnya. Selama di Jepang, ia kurang mengikuti perkembangan terbaru ‘Blue Flame’ kecuali dalam aspek album-album terbaru mereka. Joon pasti hampir selalu mengabarinya.
        Beberapa lembar dilewati Minhyuk begitu saja. Sampai akhirnya mata Minhyuk terhenti karena menangkap gambar wajah kakaknya dan member ‘Blue Flame’ yang lain. Belum lagi dengan judul berita yang bisa terbilang cukup menghebohkan, terlebih jika melibatkan sebuah band besar sekelas ‘Blue Flame’.


        “Jadi, selama ini Luhan sudah memiliki kekasih?” kata Minhyuk untuk dirinya sendiri. Ia dan Luhan memang berteman sejak SMA seperti halnya ia dan Hye Ra juga. “Doojoon hyung juga?” lanjutnya yang memang juga mengenal sosok Doojoon sebelum pemuda itu tergabung di ‘Blue Flame’.
        Minhyuk kemudian kembali ke sampul majalah. Ia terkekeh saat melihat tanggal terbitnya majalah tersebut. “Ya ampun, ternyata berita ini sudah cukup lama,” serunya sambil terkekeh. Namun tawanya hanya bertahan sementara karena seseorang menekan bel apartmen yang ditempatinya. Minhyuk langsung melesat ke depan.
Setelah memastikan orang yang datang melalui intercom, Minhyuk langsung membukakan pintu. Tampak seorang wanita hamil karena kondisi perutnya yang sedikit terlihat membuncit, sudah berdiri di sana. “Noona jadi datang?” seru Minhyuk sedikit terkejut.
“Kau pikir?” desis wanita itu tajam. Ia lalu menerobos masuk ke dalam.
        Minhyuk sendiri hanya bisa mendesah berat sebelum akhirnya menutup pintu lalu kembali ke dalam menyusul wanita tadi yang ternyata adalah kakak kandungnya, Hyorin.


***

1 komentar:

  1. Hye Ra terpana sesaat melihat foto diri kekasihnya di sana. “Benarkah kau setampan ini, Joon?” seru Hye Ra untuk dirinya sendiri. Tak biasanya ia mengagumi Joon seperti ini.
            “Tidakkah kau mengetahuinya sejak lama? Aku memang tampan sejak lahir.”
            Hye Ra membeku mendengar suara seorang pemuda yang ia dengar melalui sepasang handsfree yang menggantung di telinganya. Saat memeriksa layar ponselnya, terlihat perhitungan waktu sejak Joon menjawab panggilannya. “Apa setiap artis senarsis kau?” desis Hye Ra tajam yang memang tak mau mengakui ketampanan kekasihnya itu secara langsung. Joon pasti akan semakin besar kepala.
            Terdengar Joon terkekeh puas.

    -> dasar Hye Ra.. gak mau ngakuiin secara langsung kalo Joon itu ganteng banget.. hahahaha

    BalasHapus