Selasa, 12 Maret 2013

BLACK ORCHID (part 10)



        Taemin masuk ke dalam rumahnya dengan langkah gontai. Ia menenteng jas sekolahnya di tangan kiri. Lengan kemejanya ia gulung hingga siku. Di ruang tamu ada Kyuhyun dan Eun Gee yang duduk saling diam. Taemin pun sama sekali tak menyapa mereka. Sampai akhirnya Taemin tiba di ruang keluarga. Di sana sudah ada ayah dan ibunya.
        “Taemin? Kenapa kau baru pulang?” ujar Soo Ra yang langsung bangkit dan menghampiri anak bungsunya.
        Taemin merasa risih dengan perlakuan ibunya. “Aku lelah, bu.” Lalu tatapan Taemin terhenti ke sosok ayahnya. Ia menghela napas berat. “Ayah beruntung hari ini.” Jung Soo menatap anaknya penuh Tanya. “Aku sudah sangat lelah sekarang. Tapi besok, aku tak akan membiarkan ayah menghindar lagi.” Taemin langsung bergegas menuju kamarnya sebelum ayah atau ibunya menghalangi.
        Soo Ra menatap Jung Soo penuh arti. Seolah mengerti maksud istrinya, Jung Soo hanya mengangguk sebagai jawaban.

@@@

        Hari sudah hampir gelap. Joon dan Seungho masih saling diam bahkan hingga mereka tiba di pelataran parkir.
        “Bodoh kalian!”
        Joon dan Seungho kompak berhenti dan saling melempar tatapan penuh arti. Mereka menajamkan pendengaran masing-masing.
        “Tapi kami yakin telah menembak Joon, bahkan dia sampai tersungkur.”
        “Kalau memang Joon mati, berita pasti sudah sangat cepat menyebar.”
        Seungho mengikuti Joon yang menyelinap di antara mobil-mobil yang terparkir di sana. Sampai akhirnya mereka berhenti dan menyembunyikan diri di belakang mobil yang tak jauh dari tempat orang-orang itu berada.
“Harusnya aku sadar bahwa mereka anak buah…”
        “Zhoumi…?” pekik Seungho di belakang Joon hingga membuatnya menoleh seketika.
        “Siapa maksudmu?” selidik Joon.
        “Pria bertubuh tinggi itu…” tunjuk Seungho melalui matanya. “…aku yakin dia yang telah membunuh kekasihku.”
        “Jung Han Yoo?” tebak Joon namun tak sempat di jawab oleh Seungho karena pemuda itu menarik tangan Joon untuk bersembunyi lebih dalam ketika tiga diantara lima pria tadi beranjak dari sana.
        Seungho hampir saja mengejar tiga orang itu jika Joon tak menahan tangannya. “Kita lumpuhkan dulu anak buahnya.”

@@@

        Letak kamar Taemin tak jauh dari kamar yang dihuni oleh Yoo Ra. Tiap kali menuju sana, Taemin pasti akan melewati pintu kamar adik dari ayahnya, Jung Soo. Tak terkecuali malam ini. Namun Taemin berhenti tepat di depan pintu kamar Yoo Ra seolah ada magnet besar yang membuat Taemin malah semakin mendekati.
        “Jika keluargaku punya, tante juga pasti memilikinya.” Ujar Taemin meyakinkan diri sebelum akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Yoo Ra.

@@@

        Cheondung, Yong Hwa dan Kibum langsung bergegas masuk ke dalam mobil Jinyoung ketika pemuda itu tiba di tempat yang mereka janjikan sebelumnya.
        “Kita ke arah mana?” Tanya Jinyoung saat ketiga temannya telah masuk ke dalam mobil.
        “Apa kau tak bisa melacak keberadaan Haesa menggunakan nomor ponselnya?” desak Cheondung yang duduk di samping Jinyoung.
        “Tidak bisa.” Jawab Jinyoung singkat. “Bukankah kau bilang ponsel Haesa tidak aktiv?”
        “Jinyoung… AWAS!” pekik Yong Hwa membuat Jinyoung menginjak pedal rem tiba-tiba.
        Perbincangan dengan Cheondung tadi, membuat Jinyoung sedikit kehilangan konsentrasi. Dan akibatnya ia hampir saja menabrak seseorang.
        “Taemin?” pekik Cheondung karena pemuda yang tadi hampir di tabrak oleh Jinyoung kini berdiri sambil merentangkan kedua tangannya tepat di depan mobil Jinyoung.
        Mereka kompak bergegas keluar menemui Taemin.
        “Kau mau mati, hah?” protes Jinyoung tegas.
        Taemin tak mempedulikan omelan Jinyoung. “Aku butuh bantuan kalian untuk mengantarku ke apartmen Haesa.”
        Cheondung menatap Taemin cerah. “Apa Haesa pulang ke sana?” ujarnya tak sabar.
        Taemin menggeleng. “Aku mau menemui orang yang menyewa apartmen itu.”

@@@

        Joon telah berganti pakaian dengan yang lebih kering pemberian dari Seungho. Memang sedikit terlihat kebesaran di tubuh Joon. Ia juga telah membantu Seungho melumpuhkan Sunghyun dan Kyungjae di pantai tadi. Dua orang itu memang buronan yang sejak lama diincar polisi.
        Pemuda itu membuka pintu apartmennya yang ternyata tak terkunci. Ruangan di sana gelap. Joon meraba dinding untuk mencari saklar lampu. Setelah lampu menyala, Joon mendapati ruangan itu kosong. Ia pun melangkah pasti menuju dapur. Di atas meja makan sudah tersedia beberapa menu masakan. Tapi Joon tak menemui Haesa di sana.
        Setelah itu Joon memeriksa kamar tidur hingga kamar mandi, namun ia sama sekali tak menemukan Haesa. Joon diam sejenak. Ada hal aneh yang terjadi. Mengapa pintu apartmennya tak terkunci padahal tak ada seorang pun yang tinggal di dalamnya.
        Joon kembali ke dapur. Niatnya untuk mengambil segelas air, tapi justru ia dikejutkan dengan seseorang yang terbaring di lantai. Joon memang sempat tak melihat tubuh Haesa ketika ia baru pulang tadi.
‘Apa dia benar-benar menungguku hingga tertidur di lantai seperti ini?’ Joon berniat untuk membangunkan Haesa. Ia menarik kembali tangannya yang telah terjulur dan hampir menyentuh pipi Haesa. Dengan sangat hati-hati, Joon mengangkat tubuh Haesa dan membawa gadis itu ke kamarnya.
Baru beberapa langkah, Haesa membuka mata. “Apa yang kau lakukan?” Haesa berontak hingga membuat Joon menurunkannya. Dan sialnya bagi pria itu, karena Haesa menyikut wajah Joon hingga pemuda itu terjungkal kebelakang.
“Aww…!” jerit Joon sambil memegangi pipinya.
Haesa berdiri sigap sambil mengepalkan kedua tangannya di depan dada. “Apa setelah ini kau akan membunuhku?”
Joon menyeka tepi bibirnya yang telah mengeluarkan darah lalu bersandar pada tembok terdekat. Ia tersenyum tanpa menatap Haesa. Joon sama sekali tak terkejut dengan ucapan Haesa karena ia memang sudah mempersiapkan diri untuk hari ini sejak pertama kali bertemu dengan Haesa.
“Kau boleh menyebutku apapun yang kau mau.” Joon menghela napas lalu melirik Haesa yang sama sekali tak merespon ucapannya. “Aku tak bisa membela diri sebelum memastikan sendiri bahwa aku bukanlah seorang pembunuh.”
Sekuat tenaga Haesa mempertahankan dirinya. Namun semuanya hancur ketika air mangalir di kedua belah pipinya. Haesa menjatuhkan badan dan terduduk tepat di hadapan Joon.
Joon ingin sekali meraih Haesa dan merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya. Tapi ia tak sanggup melakukan itu semua. Ia hanya takut untuk menghadapi sebuah penolakkan dari Haesa. Karena Joon sadar, statusnya masih belum benar-benar bersih dari kata ‘pembunuh’.
Joon tak mampu untuk menatap Haesa. “Berhenti menangis, karena aku tak bisa memeluk untuk menghentikan tangisanmu.” Pinta Joon yang sedikit terdengar seperti perintah.
“Kenapa?” Haesa menantang.
Joon menoleh. Sekuat tenaga ia masih berusaha menahan diri untuk tidak menghapus air mata Haesa dengan tangan dan memeluk gadis itu untuk meredam tangisnya.
“Apa kau mau dipeluk oleh seorang pembunuh sepertiku?” seru Joon dengan nada tinggi dan langsung mengalihkan pandangan dari Haesa, namun terdengar ada sedikit rasa penyesalan di dalamnya.
Haesa tersenyum di tengah air matanya. Perlahan Haesa memajukan badannya dan menenggelamkan diri di dada bidang milik Joon.
Joon meringis tanpa suara karena Haesa membentur lukanya. Tapi sedetik kemudian, Joon sangat tenang dengan apa yang dilakukan Haesa padanya, meski Joon sendiri masih membentengi diri untuk tidak balas memeluk Haesa.
“Tolong katakan padaku bahwa kau bukan pembunuh.” Ujar Haesa di telinga Joon. “Karena setelah itu, aku akan percaya bahwa kau memang bukan pembunuh.”
Pertahanan Joon runtuh seketika. “Aku bukan pembunuh.” Kata Joon sambil balas memeluk Haesa. “Aku bukan pembunuh.” Tegasnya sekali lagi membuat Haesa semakin menguatkan pelukannya.

@@@

        Sun Woo membukakan pintu apartmennya karena ada seseorang yang mengetuknya. “Kau?” kejut Sun Woo mendapati Taemin bersama beberapa orang di sana.
        “Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan dengan mu.”
        “Masuklah…” ajak Sun Woo.
        Yong Hwa membatalkan niat untuk masuk karena ia mendapati Kibum masih diam di tempatnya. Memang berat untuk Kibum karena tempat yang mereka kunjungin adalah tempat tinggal Kibum yang dulu. Yong Hwa berusaha meyakinkan Kibum untuk masuk. Kibum menghela napas berat sebelum akhirnya menguatkan diri untuk masuk.
        Kibum duduk di samping Cheondung. Tidak ada yang berubah di sana. Bahkan barang-barangnya pun masih miliknya yang dulu. Tak lama, Siwon dan Jung Woon ikut bergabung di sana.
        “Sun Woo…” teriak seseorang dari arah dapur, pasti itu Ryeowook. “Di mana kau letakkan pembuka botol?”
        Sun Woo belum sempat menjawab karena Kibum telah berdiri dan menuju dapur membuat semua mata tak lepas menatapnya. Ryeowook juga menatap Kibum aneh ketika pemuda itu membuka sebuah laci dan mengeluarkan benda yang di maksud Ryeowoo lalu memberikan padanya.
        “Ini yang kau maksud?” Ryeowook ragu-ragu meraih benda itu dari tangan Kibum tanpa berkata apapun.
        “Taemin, cepat selesaikan keperluanmu.” Perintah Yong Hwa. “Aku tak mau Kibum berlama-lama di tempat ini.”
        Taemin mengangguk menuruti. “Meski kemungkinannya kecil…” Taemin mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya. “…tapi hati ku mengatakan memang benar kalian.” Selembar foto di letakkan Taemin di tengah-tengah meja yang mereka kelilingi.

@@@

        Perlahan, Haesa mengendurkan pelukkannya. Mata gadis itu masih basah. Joon menyeka air mata di pipi Haesa hingga membuat gadis itu mendongak menatapnya.
        “Lebih baik aku tak mengetahui kebenaran tentangmu, Joon.” Lirih Haesa yang dibalas dengan senyuman oleh Joon.
        “Apa kau akan pergi?”
        Cepat-cepat Haesa menggeleng. “Bukan aku. Tapi kau.” Haesa berdiri dan Joon mengikuti gadis itu yang telah masuk ke dalam kamarnya. “Kau harus meninggalkan kota ini.” Kata Haesa yang sudah kembali keluar sambil memberikan ransel secara paksa ke Joon.
        “Apa maksudmu?” Tanya Joon bingung sambil menahan Haesa yang sudah akan melangkah ke pintu apartmen.
        “Kau tak tau bahwa aku adalah anggota sebuah agensi yang sedang memburu mu.” Ucapan Haesa membuat Joon menatapnya tak percaya.
        “Tapi kenapa kau…” Joon tak melanjutkan ucapannya.
        “Bukankah kau sendiri yang bilang bahwa kau bukan pembunuh.” Haesa menatap Joon, berusaha membuat pemuda itu percaya padanya. “Aku percaya padamu, Joon. Dan sekarang kau harus pergi sebelum anggotaku yang lain menyadari keberadaanmu.” Kali ini giliran Haesa yang menarik tangan Joon.
        Namun ketika membuka pintu, Haesa dan Joon dibuat membeku dengan kehadiran tiga orang pemuda di sana.

@@@

        “Park Yoo Ra adalah adik ayahku, Park Jung Soo.”
        Jung Woon, Siwon, Ryeowook dan Sun Woo memekik kaget dengan ucapan Taemin setelah sebelumnya, empat pria bersaudara itu telah membenarkan bahwa foto wanita yang dibawa oleh Taemin adalah ibu kandung mereka.
        “Dari mana kau tau tentang semua ini?” cetus Siwon untuk memastikan kebenaran ucapan Taemin.
        “Wanita itu ada di rumahku sekarang.”
        Sun Woo sontak berdiri seolah akan menghajar Taemin. “Kenapa tak kau katakan sejak awal…!” protesnya yang langsung di halangi oleh beberapa orang di sana.
        Taemin masih duduk tenang di kursinya. Perlahan Taemin ikut berdiri sambil membuka kancing kemejanya. “Tapi, apa kalian mempunyai ini…” lalu ia membalikkan badan membelakangi keluarga Jung Woon sambil menurunkan sedikit kemejanya hingga menampakkan gambar yang sejak tadi menjadi pembahasan sejak masih di café Jinyoung.
        “Siapa kau?” cetus Siwon yang kini sudah berdiri sambil menatap tajam ke arah Taemin. “Kalau memang orang tua kita bersaudara, kenapa milik kami berwarna hitam?”
        Taemin telah kembali berbalik sambil mengancingkan kembali kemejanya, namun tak menjawab pertanyaan Siwon.
        “Tunggu…” Sun Woo menyeruak ke samping Siwon dan ikut menatap Taemin sama tajamnya. “Bukankah Joon memiliki gambar seperti miliknya.” Sun Woo menunjuk Taemin, tapi tatapannya bergantian melirik Jung Woon dan Ryeowook.
        “Joon?” gumam Taemin. Diliriknya Yong Hwa yang saat itu juga tengah menatapnya.
        “Bukankah itu bossnya Haesa?” kali ini Kibum yang langsung menjadi pusat perhatian.
        “Itu pemuda yang tadi aku dan Sandeul temui.” Kata Taemin dengan tatapan mengeliling.
        “Yang tertembak oleh temannya Jaeseop?” tebak Cheondung yang langsung di balas anggukan oleh Taemin.
        “Apa maksudmu?” Siwon menjulurkan tangannya sambil meraih kerah kemeja Taemin. Semua berusaha membebaskan Taemin dari cengkeraman Siwon. “Apa kau salah satu anggota sebuah agensi yang sedang memburu Joon?”
        “Mungkin sekarang Haesa telah membawa Joon ke kantor polisi.” Seru Yong Hwa santai.
        Siwon melirik Yong Hwa dengan tatapan membunuh dan hanya dibalas senyuman sinis dari Yong Hwa.
        “Bukan Joon yang membunuh selama ini!” sergah Sun Woo membela kakaknya.
        “Katakan, apa Joon adalah salah satu pemuda yang berada di foto itu.” Jinyoung yang tiba-tiba teringat dengan foto pada ponsel Yong Hwa ikut bicara.
        “Bukan.” Jawab Taemin dan Kibum bersamaan.
        Taemin menepiskan tangan Siwon dari kerah kemejanya.
        Yong Hwa terlihat memasukan ponsel ke dalam saku jeansnya. "Kita harus pergi sekarang. Jonghyun bilang, dua anak buah dari pembunuh itu telah tertangkap, tapi mereka berhasil kabur.”
        “Zhoumi?” seru Jung Woon yang saat itu juga tengah membaca pesan yang masuk ke dalam ponselnya.
        “Ada apa?” desak Sun Woo.
        “Pemuda itu ternyata benar masih memiliki dendam terhadap Joon.”

@@@

        “Apa kabar, Joon?”
        “Zhoumi?” gumam Joon pelan lalu melirik Haesa yang juga tengah menatap balik ke arahnya.
        “Apa kau tak mengingatku?” ucap seorang pemuda bertubuh paling kecil dengan tatapan kecewa.
        Joon masih membeku di sana. Ia kembali melirik Haesa ketika gadis itu menguatkan genggaman tangannya yang sejak tadi belum terlepas dari Joon. Pemuda ini juga balas menguatkan genggaman tangannya sebagai ungkapan bahwa ia akan melindungi gadis itu. Joon menutup pintu dibelakangnya setelah melangkah keluar.
        “Jadi, ini kekasih barumu?” ledek pria berkaca mata bernama Dong Woo.
        “Sudahlah… jangan terlalu lama berbasa-basi.” Henry, pemuda bertubuh paling kecil itu mengingatkan. “Kita sudah terlalu lama di kota ini. Secepatnya kita bereskan saja mereka. Aku ingin cepat pulang.”
        Zhoumi dan Joon saling tatap penuh kebencian. “Apa kau ingin gadismu selamat?”
        Joon tersenyum pahit. “Apa dendam mu terhadap seorang gadis tidak akan pernah berhenti?”
        Zhoumi perlahan mengangkat tangan kanannya yang tengah menggenggam pistol dan mengarahkannya tepat ke wajah Joon. “Tentu saja jika kau telah mati.”
        Haesa dua kali lipat bersikap waspada terhadap Zhoumi sambil mengawasi Dong Woo dan Henry. Mereka berdua terlihat santai dan sangat meremehkan Joon yang dalam posisi tersudut. Haesa kembali menguatkan pegangan tangannya terhadap Joon.
Dengan bertumpu menggunakan genggaman tangannya terhadap tangan Joon, Haesa dengan mudah menepis pistol dari tangan Zhoumi menggunakan kaki hingga benda tersebut terlempar jatuh dari balkon hingga lantai bawah. Zhoumi memang hanya terfokus ke Joon. Ia tak menyangka jika Haesa bisa melakukan hal itu.
Ketika Zhoumi masih dalam keadaan tercengang, Henry buru-buru mengeluarkan pistol dari balik jaketnya. Lagi-lagi Haesa yang paling cepat bereaksi untuk menahan tangan Henry. Gadis itu juga sebelumnya telah melepaskan tangannya dari Joon.
“Cepat pergi dan cari bantuan.” Perintah Haesa sesaat sebelum akhirny terdengar bunyi sebuah peluru lepas landas dari pistolnya.
“Aarrrggg…!” jerit Dong Woo sambil memegangi pahanya yang tak sengaja terkena serempetan peluru dari pistol yang digenggam Henry. Saat focus mereka buyar karena insiden tadi, Joon tak menyia-nyiakan untuk pergi dari tempat itu.
“Dong Woo…!” Teriak Henry histeris dan langsung melepaskan pistolnya untuk bergegas medekati Dong Woo yang sudah terbaring di lantai.
Zhoumi berkali-kali menatap dua adiknya dan Joon yang sudah semakin jauh keberadaannya. Ia ingin menolong Dong Woo, tapi ia juga tak ingin melepaskan Joon yang sudah ada di depan mata. Namun Zhoumi tersadar bahwa ada seseorang lagi di sana. Saat ia melirik tajam ke arah Haesa, gadis itu sudah menutup kembali pintu apartmen Joon setelah sebelumnya melempar pistol milik Henry ke dalam sana.
“Apa yang kau lakukan?” protes Dong Woo karena mendapati Zhoumi tengah membuka paksa jaketnya dan mengeluarkan sebuah pistol dari sana.
Beberapa kali Zhoumi masih mengawasi keberadaan Joon. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Zhoumi berdiri dan menodongkan pistol yang ia temukan tepat ke wajah Haesa. Namun karena target utamanya adalah Joon, Zhoumi memutuskan untuk pergi dan melepaskan Haesa begitu saja.

@@@

        Joon berlari menyeberang ketika sampai di jalan raya tak jauh dari kompleks apartmennya. Sesekali ia merutuki diri karena dengan bodohnya meninggalkan Haesa bersama tiga pemuda yang kapan saja bisa merenggut nyawa gadis itu. Tapi ia kini juga berada dalam sebuah masalah. Di depan sana ada tiga pemuda yang menghalangi langkahnya.
        “Kiseop…? Dong Ho…? Hoon…?”
        “Ternyata kau masih mengingat kami, Joon?” ujar pemuda bertubuh paling tinggi sambil membuang puntung rokok, lalu menginjak hingga apinya mati.
        Joon melempar tatapan dan tersenyum pahit. “Jadi kalian masih menjadi anak buah Zhoumi?” ujarnya dengan nada meremehkan.
        “Kami memiliki misi yang sama.” Tegas Kiseop.
        Joon melirik Dong Ho, pemuda yang sama sekali tak menunjukkan reaksi melawan seperti Hoon dan Kiseop. “Kau juga di sini, hah?” tegur Joon membuat Dong Ho mengangkat wajahnya dan menatap Joon penuh arti.
        “Kau tak mengerti apa-apa!” teriak Dong Ho penuh emosi dan langsung melayangkan tinjuan yang tak terhindarkan tepat ke wajah Joon hingga pemuda itu terjungkal. Sebenarnya tinjuan Dong Ho dapat terbaca oleh Joon, tapi pemuda itu lebih memilih diam dan mengalah.
        Joon kembali tersenyum sinis. “Kau yang tak mengerti apa-apa…” ujar Joon lembut dan tak berniat membalas.
        Tiba-tiba, Dong Ho ikut tersungkur ke samping Joon karena seseorang menendangnya dari belakang. “Kau tidak akan bisa menyakiti kakakku!” teriak Taemin yang kini sudah berada di sana bersama Cheondung, Kibum, Yong Hwa, Jinyoung, Jung Woon, Siwon, Ryeowook dan Sun Woo. Joon menatap Taemin penuh arti karena pemuda itu menyebutkan bahwa ia adalah kakaknya.
        “Kalian juga tidak bisa menyakiti teman kami…!”
        Bug! Yong Hwa yang berdiri paling belakang tak menyadari bahwa ada dua orang telah berdiri dibelakangnya. Bahkan salah satunya telah memukul tepat di bagian wajah.
        Cheondung yang tak terima kakaknya di serang, balik menyerang Kyungjae, namun Sunghyun menghalangi dan akhirnya Cheondung harus berkelahi dengan Sunghyun. Sementara Yong Hwa langsung balas menghajar Kyungjae meski pemuda itu berhasil menangkis serangannya.
        “Cepat ke apartmenku! Fleur dalam bahaya!” teriak Joon yang langsung mendapat anggukan dari Jung Woon bersaudara.
        Kibum sendiri harus menjauhkan diri dari kerumunan orang yang sedang berkelahi karena kondisinya belum memungkinkan untuk ikut membantu. Taemin juga harus bertarung dengan Kiseop yang membela Dong Woo. Sedangkan Jinyoung harus menghadapi Hoon yang bertubuh lebih besar darinya.
        Dong Ho telah kembali bangkit dan melayangkan sebuah tinjuan untuk Joon yang dapat dengan mudah ditepisnya. “Dong Ho! Berhenti kataku!” teriak Joon untuk menghentikan Dong Ho. Ia sama sekali tak ingin menyerang dan hanya melakukan pertahanan.
        “Kau tidak akan pernah bisa menghentikanku!” balas Dong Ho dengan kilatan kebencian pada matanya.
        Joon dan Dong Ho telah berteman baik sejak kecil. Namun ada suatu kejadian yang membuat Dong Ho membenci Joon. Salah satunya karena ia mengetahui Joon adalah seorang pembunuh. Dan masih banyak alasan lain yang tidak pernah diketahui Joon secara pasti.

@@@

        Belum sampai di apartmen tempat tinggal Joon, Jung Woon dan ketiga adiknya menghentikan langkah karena kemunculan seseorang yang menodongkan pistol pada mereka.
        “Ternyata benar bahwa kau adalah orang dibalik semua tuduhan pembunuh terhadap Joon.” Seru Sun Woo setelah mengetahui siapa orang yang mengahalangi jalannya.
        Zhoumi tertawa meremehkan empat orang dihadapannya. “Tentu saja.” Ujarnya penuh percaya diri. “Bukankah sudah jelas bahwa aku lebih hebat dari Joon.” Seru Zhoumi sambil perlahan melangkah mundur.
        Jung Woon, Siwon dan Ryeowook tidak terpengaruh dengan apa yang dilakukan Zhoumi. Mereka tetap berjaga-jaga dengan kemungkinan apapun yang akan terjadi. Benar saja. Tak lama muncul tujuh orang preman dari arah belakang Zhoumi yang langsung menyerang mereka sehingga membuat Zhoumi leluasa untuk melepaskan diri.

@@@

        Haesa menyambar ponsel pada saku jaket yang dikenakan Henry hingga membuat pemuda itu sontak menoleh padanya. Namun Haesa sama sekali tak peduli sambil menekankan sederetan angka dan melukan panggilan terhadap nomor itu.
        “Apa yang kau lakukan?” protes Henry.
        Haesa melirik kesal. “Apa kau tak ingin dia segera diobati?” balasnya menunjuk Dong Woo. “Dokter Kibum?” kata Haesa setelah mendapat jawaban dari orang diseberang telponnya. “Aku membutuhkan bantuanmu. Datang ke apartmen sekarang.”
        Haesa menutup telpon dan segera mengembalikan ponsel itu ke Henry, lalu ia menekan password untuk membuka pintu apartmen Joon. Pistol yang tadi ia lempar ke dalam masih tergeletak di sana. Haesa langsung mengamankannya sebeluh memaksa Henry untuk membawa Dong Woo masuk ke dalam apartmen Joon.
        “Sebentar lagi akan ada dokter yang datang untuk mengobatinya.” Ujar Haesa dengan sikap waspada. Meski ia tau bahwa Joon seorang pembunuh, tapi Haesa merasa dua orang dihadapannya dan termasuk Zhoumi adalah orang yang cukup berbahaya.

@@@

        Joon tetap mengawasi sekitar sambil berusaha mengimbangi perlawanan dari Dong Ho. Mata Joon sontak membulat ketika melihat seseorang siap menyerang Kibum dengan sebuah papan. Kelengahan Joon sama sekali tak disia-siakan oleh Dong Ho yang dengan mudah membuat Joon terjungkal.
        Joon benar-benar menghindari kontak fisik dengan Dong Ho. Setelah berhasil bangkit, ia justru berlari mengejar Kibum dan menghalangi tubuh Kibum hingga tubuhnya lah yang menjadi korban pukulan papan dari orang yang tak ia kenal itu. Tapi itu masih bisa diatasinya.
        Ada sedikit rasa balas budi. Kibum yang menyadari kemunculan Dong Ho yang masih menyimpan obsesi terhadap Joon, menendang dada pemuda itu menggunakan kaki yang masih bisa ia gunakan untuk melindungi dirinya. Cheondung dan yang lain juga masih terus berkutat dengan lawan masing-masing. Terlebih, mereka mendapat tambahan lawan yang harus di hadapi.
Joon kembali harus menghadapi serangan Dong Ho yang masih belum ingin ia lawan dan belum lagi ia juga harus melindungi Kibum. Bukan karena meremehkan Dong Ho. Tapi karena Joon sangat tau karakter Dong Ho di masal lalu. Pemuda itu sangat baik dan sopan. Wajah lugunya membuat orang lain tak akan tega untuk menyakitinya.
“Sun Woo? Siwon?” pekik Taemin dan membuat satu persatu dari mereka menghentikan perlawanan. Mereka semua, tak terkecuali anak buah Zhoumi menatap kedatangan gerombolan orang yang tiap dua orang menahan tubuh Jung Woon, Siwon, Ryeowook dan Sun Woo di kanan dan kirinya.
Perlahan, gerombolan yang membawa Jung Woon dan ketiga adiknya menyingkir untuk memberi jalan kepada seorang pria bertubuh tinggi yang membawa seorang gadis sebagai korban sanderaannya.

@@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar