Jumat, 15 Maret 2013

BLACK ORCHID (part 11)



        “Kau ingin gadis ini mati, Joon?” ancam Zhoumi yang telah menodongkan pistolnya tepat di kepala Haesa. Gadis itu tertangkap oleh Zhoumi ketika keluar dari apartmen Joon setelah dokter Kibum datang untuk memberi perawatan terhadap Dong Woo.
        Dengan serempak, seluruh anak buah Zhoumi, kecuali Dong Ho yang tersisa menahan Yong Hwa, Kibum dan yang lain seperti yang dilakukan anak buah Zhoumi terhadap Jung Woon dan tiga adiknya. Tersisa Joon yang dibiarkan bebas, seperti yang telah mereka rencanakan.
        Haesa berusaha bersikap tenang. Tapi tidak buat Cheondung yang selalu saja berusaha untuk melepaskan diri. Berkali-kali Haesa berkomunikasi dengan Cheondung melalui mata, namun pemuda itu tak bisa memahami maksud tatapan Haesa karena ia terlalu khawatir akan keselamatan gadis itu.
        Tak ingin menyerah begitu saja. Kini Haesa melirik Yong Hwa yang berada tak jauh dari Cheondung. Beruntung Yong Hwa juga menangkap tatapan dari Haesa. Kembali Haesa melakukan hal yang sama untuk Yong Hwa.
        “Jonghyun?” kata Yong Hwa tanpa suara. Mengerti maksud ucapan Yong Hwa, Haesa mengangguk samar. Artinya, Haesa membenarkan bahwa Jonghyun akan segera datang bersama orang-orang yang akan membantunya menyelamatkan mereka.
        Dong Ho mengedarkan pandangan. Karena hanya dia yang tak melakukan apapun. “Apa sekarang sudah saatnya?” Tanya Dong Ho sambil menatap Zhoumi penuh arti. “Ayolah…” rengek Dong Ho karena tak mendapat jawaban dari Zhoumi. “Aku masih ingin bermain dengan Joon. Kami bahkan belum mencapai klimaks.”
        “Dong Ho! Hentikan!” teriak Joon namun tak digubris sedikitpun oleh Dong Ho. Pemuda itu justru menyuruh Joon untuk tenang.
        “Lima menit.”
        Dong Ho terlihat berdecak kecewa karena keputusan Zhoumi yang tak mungkin bisa ditolerir lagi. “Oke…” ujar Dong Ho akhirnya. Namun sedetik kemudian ia menyeringai penuh arti ketika tatapannya terhenti pada Haesa. “Tapi setelah ini, gadis itu boleh menjadi milikku.”
        “Kau tidak akan bisa melakukan itu terhadap adikku!” marah Joon sambil menarik tubuh Dong Ho lalu memukulnya tepat di wajah hingga pemuda itu terjungkal ke belakang.
        “Adik?” gumam Yong Hwa, Cheondung, Kibum, Taemin dan Jinyoung pelan seakaan tak percaya dengan apa yang dikatakan Joon. Begitu pula dengan Haesa.
        Dong Ho tersenyum penuh kemenangan lalu bangkit sambil menyeka tepi bibirnya yang mengeluarkan darah segar. “Whoah… menarik sekali.” Ujarnya meremehkan.
        Sampai detik ini, Joon sama sekali belum ingin melakukan adu fisik kepada Dong Ho. Ia tetap menahan serangan demi serangan yang dilancarkan Dong Ho. Hingga akhirnya Dong Ho mendapati celah untuk menendang Joon dan akhirnya pemuda itupun terjungkal kebelakang.
        “Waktumu habis.” Tegas Zhoumi sesaat sebelum Dong Ho kembali melancarkan serangannya. “Dan sepertinya, aku juga tertarik dengan gadis ini.”
        Joon sudah ingin bangkit untuk menghajar Zhoumi, tapi Dong Ho sudah lebih dulu menahannya dengan kaki. Yang lain pun ikut berontak untuk menolong Joon dan Haesa. Terutama Cheondung dan Kibum yang paling menyesal tak bisa melindungi Haesa.
        “Aku akan pergi dan tidak akan mengganggu kalian. Selamat bersenang-senang.” Ujar Zhoumi diiringi tawanya.

@@@

        “Sepertinya kau sama sekali tak merasa ketakutan?” bisik Zhoumi masih sambil menggiring Haesa.
        “Terhadap orang sepertimu?” Haesa tersenyum meremehkan. “Tidak akan.”
        “Kau tau, Joon dan temanmu yang lain tidak akan selamat.”
        “Itu menurutmu.” Ujar Haesa masih dengan nada meremehkan.
        Tak lama setelah Zhoumi membawa Haesa berbelok, dari arah depan perlahan sederetan lampu menyorot mereka dengan tajam. Zhoumi pun berhenti karena matanya silau terkena pantulan cahaya yang muncul dari lampu mobil polisi yang menghalangi jalan mereka.
        Zhoumi menodongkan pistol ke arah orang-orang yang turun dari mobil. Satu persatu, kepala polisi Jinki dan ketiga putranya muncul disusul beberapa anggota kepolisian yang lain termasuk Seungho. Zhoumi semakin panic. Dan kelengahannya saat ini tak di sia-siakan oleh seseorang. Tiba-tiba sebuah bola sepak meluncur dengan deras dan tepat mengenai tangah Zhoumi.
        Haesa cepat-cepat menendang pistol Zhoumi jauh-jauh yang jatuh di dekat kakinya. Lagi, gadis itu tak membuang kesempatan, ditendangnya kaki dan disikutnya wajah Zhoumi hingga pria itu meringsis kesakitan. Lalu Haesa segera menjauhkan dirinya dan berlari menuju Seungho yang menyambutnya dan membawa gadis itu berdiri dibelakangnya.
        “Tangkap dia!” perintah Jinki yang langsung dituruti dua anak buahnya, Changmin dan Yunho yang segera menyergap tubuh Zhoumi.

@@@

        Yong Hwa, Cheondung dan Joon sesekali mengalihkan perhatian mereka ke arah Kibum. Seperti saat ini, ketika seseorang akan menyerang Kibum dari belakang, Joon langsung menyerang orang tersebut dengan kaki.
        Dong Ho menarik tubuh Joon untuk kembali melawannya. Karena hanya mereka yang bertarung satu lawan satu. Dong Ho memberikan sebuah pukulan telak di wajah Joon hingga membuat pemuda itu tersungkur kebelakang dan menabrak tubuh Jinyoung.
        “Kau baik-baik saja?” Jinyoung mengulurkan tangan untuk membantu Joon yang hampir terjatuh.
        “Terima kasih.” Kata Joon setelah kembali berdiri tegak.
        Jinyoung masih sangat terjaga konsentrasinya. Karena begitu berbalik, ia berhasil menangkis serangan dari Hoon. Meski pertandingan sangat tak berimbang karena pihak yang membela Joon kalah jumlah dari anak buah Zhoumi yang jumlahnya dua kali lipat dari mereka.
        “Cheondung!” teriak Yong Hwa karena ada seseorang yang ingin menyerang adiknya dari belakang. Cheondung berbalik, namun sayang, ia terkena pukulan tepat di wajahnya. Yong Hwa yang tak terima adiknya di sakiti, balas memukul Sunghyun.
        Joon dan yang lain ternyata sanggup menghadapi anak buah Zhoumi meski jumlah mereka lebih sedikit.
        Dong Ho semakin geram karena Joon masih mengalah untuknya. “Kenapa kau tak melawan?” seru Dong Ho sambil menendang Joon hingga kali ini pemuda itu benar-benar tersungkur ke belakang.
“Jangan sakiti kakakku!” pekik Taemin di tengah-tengah pertarungannya.
Dengan satu kaki Dong Ho melangkahi Joon dan kini pemuda itu berada di atas Joon. “Apa kau tidak menyesal mengakui pembunuh ini sebagai kakakmu?” sinis Dong Ho, tapi Taemin tak menggubris karena terlalu sibuk dengan urusannya bersama Kiseop.
Taemin berbalik dan memberikan satu tinjuan untuk Dong Ho. “Dia bukan pembunuh!” tegas Taemin yang masih bisa mendengar ucapan Dong Ho. Kiseop menarik tubuh Taemin yang hendak akan melancarkan serangan lagi terhadap Dong Ho.
Dua lawan Siwon sudah tak berkutik. Siwon yang sudah geram dengan Dong Ho langsung menghampiri pemuda itu yang masih tersungkur. Ia melakukan hal yang sama seperti yang di dapat Joon dari Dong Ho. Siwon menarik kerah pakaian Dong Ho yang kini tak berkutik dalam kekangannya.
“Joon bukan pembunuh! Yang membunuh ibu dan kekasih kakakmu Soohyun adalah Zhoumi…!” kesal Siwon untuk membela Joon.
Dalam keadaan terpojokkan, Dong Ho masih bisa memberikan senyuman meremehkan untuk Siwon.
Di saat yang bersamaan, Jonghyun, Donghae dan Sungmin muncul. Ternyata dari arah berlawanan dengan mereka, sudah berjejer mobil polisi yang siap membawa anak buah Zhoumi yang sudah cukup babak belur.
“Cheondung berhenti…!” teriak Jonghyun sesaat sebelum Cheondung mendaratkan pukulan pamungkasnya kepada Sunghyun yang sudah tak berkutik sama sekali. “Cukup! Kau bisa membunuhnya!” sekuat tenanga Jonghyun menahan tubuh Cheondung sampai salah seorang anggota kepolisian membawa Sunghyun.
“Akhirnya… selesai sudah…” seru Jinyoung dengan napas yang terengah-engah.
Jonghyun menoleh dan menghampiri Yong Hwa ketika telah menemukan keberadaan temannya yang satu itu. “Kau baik-baik saja?”
Yong Hwa hanya mengangguk lemah.
“Kau akan menyesal jika benar-benar membunuh Joon!” Siwon masih berada di posisi yang sama sampai akhirnya Joon muncul dan dengan sigap menahan Siwon yang siap menghajar wajah Dong Ho.
“Kau yang akan menyesal jika membunuh Dong Ho!” teriak Joon. Dengan bantuan dari Jung Woon dan Sun Woo, Siwon pun bisa dipisahkan dari Dong Ho.
Joon membantu Dong Ho untuk berdiri sebelum akhirnya di bawa oleh Sungmin dan Donghae. Joon hanya menatap nanar tubuh Dong Ho dari belakang yang sudah berjalan semakin jauh.

@@@

        “Kalian salah orang jika menangkapku!” protes Zhoumi memberontak ketika polisi Yunho memasangkan borgol ke tangannya.
        “Kau adalah pembunuh yang sebenarnya Zhoumi.”
        Semua orang menoleh ke arah sumber suara. Seseorang tengah berjalan mendekat ke tempat Zhoumi berada.
        “Tapi kau tidak punya bukti…” ucapan Zhoumi terputus ketika mendapati wajah orah tersebut yang semakin mendekat dan jelas. “Kau?” ujarnya tercekat. Tak percaya bahwa adiknya sendirilah yang akhirnya membawa Zhoumi ke dalam jurang penjara.
        “Mungkin kau kecewa denganku.” Seru Gongchan ketika telah berhadapan dengan kakaknya. “Tapi aku, beribu-ribu kali lipat lebih kecewa dengan mu!” tegasnya. Gongchan menghela napas sesaat. “Apa kau pikir selama ini Dong Woo dan Henry berdiri di pihakmu?”
        Zhoumi menatap Gongchan penuh kebencian. Tak menyangka bahwa adiknya sendiri telah berkhianat darinya.
        “Kami bahkan bekerja sama untuk menjatuhkanmu!”
        “Bawa dia!” perintah kepala polisi Jinki. Tanpa protes, Changmin dan Yunho membawa Zhoumi dari sana.
        Gongchan menunduk ketika kakaknya di bawa dua orang polisi. Penyesalan dan kekecewaan yang saat ini mengganggu pikirannya. Menyesal karena telah membuat kakaknya di bawa polisi, dan kecewa karena pekerjaan kotor kakaknya selama ini.
        Perlahan Seungho menurunkan pistol yang sejak tadi tajam menyorot Zhoumi. Begitu menoleh, ia sangat tenang karena Haesa masih selamat dan kiri berada di sampingnya. Seungho menghela napas setelah Haesa berada di pelukannya.
        “Sampai kapan kalian akan melakukan hal itu di depanku?”
        Seungho dan Haesa melepaskan pelukan mereka dan sama-sama menoleh ke arah sumber suara. “Minho?” pekik Haesa tak percaya.
        “Sejak kapan kau di sana?”
        Minho tak menjawab. Ia memungut bola sepak yang berada di dekat kaki Seungho. “Kalian pikir ini milik siapa?” sinisnya sambil mengangkat tinggi bola sepak yang kini sudah berada dalam genggamannya. “Apa kalian ingin mengkhianatiku?”
        Seungho dan Haesa saling tatap. “Haesa sudah seperti adikku sendiri.” Tegas Seungho membela diri.

@@@

        Ryeowook menepuk pundak Joon untuk menenangkannya. Joon menoleh dengan tatapan penuh terima kasih. Lalu Joon menatap berkeliling. Ketika ia menemukan sosok Taemin, Joon pun langsung menghampirinya.
        “Terima kasih kau telah kembali membantuku.” Ujar Joon canggung.
Taemin menoleh sambil memegangi tepi bibirnya yang berdarah. Ia memaksakan untuk tersenyum sambil menahan rasa sakit. “Itu sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang adik.”
Kening Joon sontak berkerut mendengar ucapan Taemin. “Kenapa kau selalu mengatakan aku adalah kakakmu?” Tanya Joon ingin tau.
Taemin tak menjawab. Ia menoleh ke kiri. Sebuah mobil muncul menggantikan deretan mobi polisi yang telah lebih dulu meninggalkan lokasi. Kyuhyun dan Jung Soo terlihat turun dari pintu depan mobil, setelah itu menyusul Soo Ra dan Hyun Rae dari pintu belakang. Mereka semua langsung berhamburan menghampiri Taemin.
“Ayah, aku minta maaf.” Ujar Taemin sambil memeluk Jung Soo.
Jung Soo mengusap punggung putranya. “Kau tidak salah, ayahlah yang salah.” Ujarnya menyalahkan diri. Kyuhyun ikut mengusap lembut puncak kepala Taemin.
Lalu Taemin melepaskan pelukan ayahnya dan beralih memeluk ibunya yang sudah menangis. “Aku juga minta maaf padamu, bu.” Ujar Taemin, namun Soo Ra tak sanggup menjawab. Taemin ingin melepaskan pelukannya, tapi nampaknya Soo Ra menolak. “Ibu, jangan seperti ini.” Kata Taemin lembut sambil mengusap punggung Soo Ra.
Sementara Hyun Rae tampak menyeka darah yang mengalir di sekitar bibir Taemin menggunakan sapu tangan dan Taemin hanya tersenyum menanggapinya. “Aku membawa seseorang untuk kalian.” Taemin sedikit memaksa Soo Ra untuk melepaskan pelukannya.
“Ibu…” pekik Joon membuat Taemin menoleh seketika. Namun tampaknya bukan seperti yang Taemin bayangkan. Joon justru telah tenggelam dalam pelukan Yoo Ra yang sebenarnya datang bersama Jung Soo dan keluarga.
Insiden antara Joon dan Yoo Ra sangat menarik perhatian. Terutama untuk Jung Woon, Siwon, Ryeowook dan Sun Woo. Ketiganya menatap Yoo Ra nanar, karena wanita itu terlihat sangat menyanyangi Joon. Meski kenyataannya merekalah anak Yoo Ra yang sebenarnya.
“Tante maaf. Aku sangat menyesal melakukan ini. Tapi bukankah aku telah berjanji membawa Sun Woo, Siwon, Ryeowook dan Jung Woon kembali padamu.”
Yoo Ra dan Joon menatap Taemin penuh arti. Taeminpun balas menatap Joon penuh rasa bersalah. “Maaf Joon, aku terpaksa melakukan ini.” Ujar Taemin sambil perlahan menarik tangan Yoo Ra untuk menjauhi Joon.
        Joon hanya mampu menatap kepergian Taemin yang membawa serta Yoo Ra, seorang wanita yang hingga detik ini diyakini sebagai ibu kandungnya. Sampai akhirnya, Soo Ra mendekati Joon.
        “Changsun?” lirih Soo Ra membuat Joon menoleh. Ketika menatap Joon melalui matanya yang basah, Soo Ra mendekap mulut lalu memeluk tubuh tinggi Joon.
        Joon sama sekali tak membalas pelukan Soo Ra, tapi ia juga tak melakukan penolakan untuk membebaskan diri.

@@@

        Jung Woon, Siwon, Ryeowook dan Sun Woo berdiri berdampingan. Jantung mereka berdegup kencang ketika menunggu Taemin yang akan membawa Yoo Ra kembali untuk mereka.
        Ketika sampai ke hadapan putranya, Yoo Ra menatap mereka satu-persatu. “Jung Woon… Sun Woo… Siwon… Ryeowook…” ucapnya perlahan, namun nalurinya sebagai seorang ibu sama sekali tak bisa terelakkan. Roo Ya menyebut nama anaknya dengan benar tanpa tertukar. Meski mereka terpisah lebih dari 19 tahun yang lalu.
        “Ibu…” ujar Sun Woo  yang sudah tak bisa menahan gejolak dadanya dan langsung melesat memeluk Yoo Ra. Mungkin Sun Woo dan ketiga kakaknya mengetahui wanita tersebut sebagai ibu kandung Joon. Tapi ini pertama kalinya mereka bertemu secara langsung bersama dengan kenyataan lain.
        Mulai dari Jung Woon, Ryeowook hingga Siwon ikut memeluk ibu mereka dan Sun Woo bersama-sama.

@@@

        Tanpa berkata-kata lagi, Minho langsung menarik tubuh Haesa dan memeluk gadis itu. Seungho yang semula cukup terkejut, langsung tersenyum menyaksikan pemandangan itu.
        “Maaf, aku tak bisa menjagamu.”
        Haesa menjauhkan tubuhnya dari Minho dan menatap mata bulat kekasihnya dalam-dalam. “Tidak, Minho. Aku yang seharusnya meminta maaf.”
        “Jika kalian saling menyalahkan diri, ini tidak akan pernah selesai.” Tegur Seungho yang masih berada di sana. Mengawasi Minho dan Haesa. “Ayo kalian ikut aku. Kita akan menemui yang lain.” Ujar Seungho yang langsung berjalan terlebih dahulu.

@@@

        Akhirnya, semua kenyataan yang tersembunyi rapat-rapat sejak 19 tahun yang lalu terbongkar dalam satu malam. Mulai dari kenyataan bahwa Lee Joon adalah anak kandung dari Park Jung Soo dengan nama Park Changsun.
        Penculik bayi Changsun memang benar Shin Donghee. Tapi ia sama sekali tak tau bahwa Zhoumi, anaknya, menjadi seorang pembunuh ketika dewasa. Faktapun menunjukkan bahwa tak ada korban meninggal akibat tembakan dari senjata milik Joon.
        Dan pada malam itu pula, ketiga mantan istri Lee Hyukjae muncul bersamaan. Choi Hyosun, istri pertama Hyukjae dan merupakan ibu dari Seungho dan Minho. Lalu Song Hyera, ibu dari Heechul, Yong Hwa dan Cheondung. Terakhir Kim Soo In, yang tak lain adalah ibu dari Kim Kibum dan Kim Haesa.
        “Tidak!” pekik Minho kepada ibunya yang langsung menjadi pusat perhatian dari orang-orang di sana. “Ibu pasti bohong. Aku sangat mencintai Haesa. Dan tak mungkin bahwa kami adalah saudara.”
        Hyosun mencoba memberi pengertian terhadap anak bungsunya. “Ibu tidak bisa berbuat apa-apa. Maafkan ibu. Tapi kenyataannya…”
        “Aku tidak akan mempercayai hal ini.” Tegas Minho yang bersikeras dengan apa yang ada di dalam pikirannya.
        Haesa menangis sambil duduk bersimpuh di kaki ibunya yang harus duduk di kursi roda. Hatinya pun ikut sakit mendengar penolakan secara tegas dari Minho.
        Minho menarik tangan Haesa hingga gadis itu berdiri di hadapannya. Orang-orang yang berada di sana sampai harus menahan napas menunggu apa yang akan di lakukan Minho terhadap Haesa.
Terutama Joon yang harus menghadapi hati dan pikirannya yang tak sejalan. Jujur saja, Joon memang jatuh hati terhadap gadis yang pertama kali ia kenal di kota itu. Dan ia cukup lega karena Haesa dan Minho tidak mungkin bisa sampai menikah. Tapi ia tak tega melihat kesedihan Haesa yang harus berpisah dengan Minho sebagai sepasang kekasih.
“Status kita tidak akan pernah berubah.” Tegas Minho sekali lagi.
“Minho tapi…” ucapan Haesa terpotong karena ia melihat Joon tak menatap ke arahnya seperti yang lain.

@@@

        Dua hari berlalu sejak kejadian itu. Haesa, Kibum dan Soo In kembali tinggal di apartmen mereka. Uang tabungan Haesa dari hasil penjualan apartmen ia pakai untuk membeli kembali apartmennya dari Taemin. Dan kekurangan uangnya dilunasi oleh Joon dengan alibi itu adalah gaji Haesa selama bekerja di tempatnya. Tentu saja awalnya Haesa menolak. Tapi Joon bersikeras melakukan hal itu dan mengatakan bahwa Haesa akan tetap bekerja untuknya tanpa gaji sampai uang Joon kembali.
        Joon sendiri masih tetap tinggal di apartmen lamanya bersama Hyukjae yang datang keesokan harinya setelah insiden malam itu. Hubungan antara Hyukjae dan Jung Soo pun kembali baik setelah itu.
        Sementara Yoo Ra kembali ke kota asalnya bersama keempat putranya dan berkumpul kembali bersama Hangeng juga. Karena Hyukjae memutuskan untuk bercerai dengannya.

@@@

        “Biar aku yang buka, yah.” Ujar Joon bergegas keluar dari dapur ketika ada seseorang yang menekan bel apartmennya. Hyukjae menuruti perkataan anaknya lalu kembali duduk di sofa.
        “Pagi, Joon.” Seru Haesa penuh semangat.
        Joon hampir saja menunjukkan senyumannya ketika mendapati gadis itu lah yang muncul di aprtmennya. Namun ditahannya kuat-kuat senyuman itu agar jangan sampai muncul. “Oh, kau?” ujar Joon dingin.
        “Kau kenapa…? Ucapan Haesa terhenti ketika melirik dan mendapati Hyukjae duduk di sana. “Ayah…” serunya tak mempedulikan Joon yang masih berdiri mematung di dekat pintu.
        Haesa langsung memeluk Hyukjae dan mencium pipi ayahnya. “Apa ibumu sehat?”
        “Iya ayah. Ibu sehat.” Haesa perlahan menjauhkan tubuhnya dari sang ayah. “Aku akan membuatkan sesuatu untuk ayah.” Ujarnya yang langsung melesat menuju dapur.
        Di sana Joon terlihat sedang menenggak minumnya. “Kau ingin makan apa Joon untuk sarapan?” Tanya Haesa. Joon tak menjawab. Pemuda itu justru meninggalkan Haesa begitu saja lalu masuk ke dalam kamarnya yang selama ini ia tempati saat Haesa tinggal di sana.

@@@

        “Siapa yang akan mengantarkan undangan untuk keluarga polisi Jinki?” Tanya Sandeul kepada Jinyoung ketika mereka sedang mendata tamu undangan pernikahan Sung Chulyong dengan Jung Ji Woon. Jinyoung meletakkan dua kaleng minuman di hadapan Sandeul.
“Berikan satu. Biar aku yang mengantarkannya.”
Jinyoung dan Sandeul menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Eun Gee, yang telah lebih dulu menyambar sebuah undangan tanpa nama penerima. Lalu Eun Gee membubuhkan tulisan dengan nama kepala polisi Lee Jinki di atasnya. Kemudian pergi tanpa pamit.
Jinyoung melirik Sandeul. Begitu pula sebaliknya. Jinyoung menghela napas keras.
“Kenapa?” selidik Sandeul.
Jinyoung mengangkat bahu. “Anak kepala polisi Jinki yang bernama Donghae menyatakan cinta kepada kakakku.”
“Bukankah Eun Gee berpacaran dengan Kyuhyun?” ujar Sandeul memastikan.
Jinyoung mengangguk membenarkan ucapan Sandeul. “Bahkan ku dengar Kyuhyun menghajar Donghae karena kejadian itu.”
Sandeul membulatkan mata mendengar ucapan Jinyoung. “Kenapa kau biarkan kakakmu pergi ke tempat Donghae?”
“Sudahlah biarkan saja.” Kata Jinyoung enggan mencampuri kisah cinta segitiga antara kakaknya, Kyuhyun dan Donghae.

@@@

        “Kenapa kau mengikutiku?” seru Hyo Min ketika mendapati Chulyong yang sama-sama turun dari mobil mereka masing-masing.
        “Kau yang mengikutiku…” balas Chulyong tak terima. “Kau masih belum terima bahwa aku akan menikah lebih dulu?” lanjut Chulyong saat mereka sudah memasuki gerbang sebuah rumah.
        “Bahkan kekasihmu lebih muda dariku.” Hyo Min juga tampak tak mau mengalah. “Harusnya aku yang menikah duluan.”
        “Tapi aku kakakmu!”
        “Tapi…”
        “Berhenti…!” teriak seseorang membuat Hyo Min dan Chulyong akhirnya menghentikan pertengkaran mereka dan melirik Sandeul yang sudah berdiri di depan pintu. “Kenapa kalian rebut-ribut di rumah orang? Bikin malu saja!” protes Sandeul terhadap kedua kakaknya.
        “Jinyoung maaf.” Ujar Hyo Min saat menyadari Jinyoung juga telah berada di sana. “Aku hanya ingin bertemu Eun Gee.”
        “Tidak apa.” Jinyoung hanya mengangguk. “Tapi kakakku baru saja pergi.”
        “Ya sudah, terima kasih.” Hyo Min lalu berbalik dan melirik tajam ke Chulyong. “Awas kau!” cibirnya.
        “Kalian akan menikah. Kenapa masih bersikap seperti anak kecil?”
        “Aku yang akan menikah lebih dulu.”
        Sandeul memutar bola matanya. “Terserahlah…” ujarnya enggan lalu berbalik dan kembali ke dalam meninggalkan Jinyoung dan Chulyong.

@@@

        Hingga malam, Joon belum kembali ke apartmennya. Di ruang tamu telah berkumpul Hyukjae, Seungho dan Kibum yang sedang menanggapi cerita Yong Hwa tentang karirnya di dunia music. Sementara Haesa hanya diam tenggelam dengan pikirannya sendiri meski Cheondung berada di sana menemaninya.
        Tak lama Kibum muncul. “Apa kau tak ingin pulang?” tegur Kibum kepada Haesa. Gadis itu menggeleng. Kibum mengangguk tanpa berkomentar lalu pergi dari sana.
        Haesa menghela napas cukup keras. “Minho… Joon… kenapa kalian melakukan ini padaku?” keluhnya. Bagaimana tidak, ponsel milik kedua pemuda itu tidak bisa dihubungi. Meski ia tahu Minho sedang menjalani pertandingan, tapi ini sangat janggal. Bahkan Seungho sendiri tidak tau apa yang sedang dialami adiknya.
        Sementara Joon? Dia bahkan lebih parah dari Minho. Tanpa ada alasan yang jelas pemuda itu menghilang tanpa jejak dari mata Haesa. Cheondung juga tak bisa mengatakan apapun. Ia hanya mengusap kepala Haesa sebagai usaha menenangkan gadis itu.

@@@

        Jonghyun hanya memperhatikan kakaknya, Donghae, memasukkan barang belanjaan mereka ke dalam troly. “Yang itu juga.” Tunjuk Jonghyun kepada sebuah makanan kemasan.
        Donghae tak menggubris ucapan Jonghyun, namun ia tetap menuruti permintaan adiknya itu.
        “Apa kau masih ingin berbelanja?” protes Jonghyun ketika Donghae meneruskan berjalan. Padalah isi troly mereka sudah hampir penuh. Lagi-lagi Donghae tak menjawab. Jonghyun cukup kesal mendapat perlakuan seperti itu. Entah dari mana asalnya, terlintas sebuah ide jahil di benaknya.
        Jonghyun memandang berkeliling supermarket. Tak jauh dari sana, ada seorang gadis seorang diri dan tengah memilih-milih bahan makanan. “Kak, bukankah itu Eun Gee?” tebak Jonghyun asal sambil menunjuk gadis itu.
        “Di mana?” sentak Donghae dan langsung mengikuti arah tangan Jonghyun.
        Jonghyun tiba-tiba tertawa cukup keras karena berhasil mengerjai kakaknya. Donghae hanya melirik kesal ke arah adiknya. Namun ia kembali melirik gadis itu. Menurutnya, Jonghyun mungkin hanya ingin mengerjai, tapi target yang dipilih Jonghyun tepat sasaran.
        “Eun Gee?” gumam Donghae sambil berjalan mendekati gadis itu.
        Di saat bersamaan, gadis itu juga hendak berbalik. “Donghae?” serunya tak percaya karena bertemu Donghae di sini.
        Jonghyun sendiri terperangah dengan apa yang dilihatnya. Tak di sangka, ternyata gadis yang ia tunjuk benar-benar seorang Jung Eun Gee.
        “Aku ingin minta maaf karena…”
        “Tidak.” Potong Donghae. “Aku yang seharusnya meminta maaf karena aku tidak tau bahwa kau dan Kyuhyun…” Donghae tak melanjutkan kata-katanya.
        “Apa kita masih bisa berteman?” Tanya Eun Gee sambil mengulurkan tangan kanannya.
        Tanpa ragu, Donghae membalas uluran tangan Eun Gee. “Tentu.” Ujarnya tegas.
        Eun Gee tiba-tiba teringat sesuatu. “Oiya…” gadis itu mencari-cari sesuatu di dalam tasnya. “Ini.” Ujar Eun Gee sambil menyodorkan sebuah undangan ke hadapan Donghae.
        Donghae memaksakan diri untuk meraih benda tersebut. pikiran-pikiran aneh mulai menyerang kepalanya. Donghae berpikir bahwa itu adalah undangan pernikahan Eun Gee dengan Kyuhyun.
        “Itu undangan pernikahan kakakku Ji Woon dengan Sung Chulyong anak pak Sung Byunghae untuk keluarga polisi Lee Jinki.” Jelas Eun Gee seolah bisa menebak pikiran Donghae.
        Donghae tersenyum malu karena Eun Gee dengan tepat menebak isi kepalanya. “Tentu. Akan ku sampaikan kepada ayah.”

@@@
        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar