Jumat, 24 Mei 2013

Juice Strawberry In Love


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          : Junhyung (B2ST), Changsun (Lee Joon Mblaq), Minho (Shinee)
Original cast     : Haesa, Eungi
Genre               : romance
Length              : one shoot

@@@

Haesa PoV
        Aku kesal setengah mati setelah tahu Minho selingkuh di depan mataku sendiri. Cih, dia pikir dia siapa? Dia memang tampan, tapi ternyata dia tak sebaik yang kupikirkan selama ini.
        Aku menghempaskan tubuh ke kursi di sebuah café. Dan aku terbelalak mendapati Eungi di sana. Eungi, dia teman SMA ku dan dia telah merebut Changsun dariku. Tapi sekarang, dia sudah dengan pria lain lagi, melupakan Changsun begitu saja. Jika tahu seperti ini nantinya, aku akan menunggu Changsun dan mengabaikan pesona Minho, si playboy gak penting itu.
        Selagi pelayan meletakkan pesananku di meja, mataku masih tertancap lurus ke arah pasangan kekasih yang duduk tak jauh dari tempatku berada. Tapi kini fokusku kepada pemuda itu. Aku merasa seperti pernah meihatnya, tapi aku lupa.
        Masih dalam menatap pemuda itu, tanganku terjulur dan meraih gelas berisi jus stroberi kesuakaanku. Nah, itu dia, aku ingat. Kami pernah saling berebut jus stroberi beberapa kali sewaktu SMA. Dia ternyata kakak kelasku. Tapi aku hanya tahu sebatas itu. Dan aku yakin pemuda itu juga pasti sudah tidak mengenaliku.
        Saat menyeruput jusku, terlintas sebuah ide jahil di sana. Ini bukan ajang balas dendam, tapi aku hanya ingin bersenang-senang untuk melupakan kekesalanku pada si Minho itu.
        Aku berdiri dari kursi menuju meja di mana Eungi berada. Tapi aku sedikit memutari beberapa meja agar kesannya aku baru datang dari arah pintu.
        “Jadi kau di sini?” bentakku pada pemuda itu yang bisa dipastikan langsung terkejut. “Kau bilang kau ingin mengantar ibumu ke dokter, tapi kau malah berduaan dengan gadis ini!” tuduhku bohong sambil menunjuk Eungi.
        Pemuda itu berdiri dan otomatis Eungi ikut berdiri. “Junhyung! Ada hubungan apa kau dengan Haesa?”
        Ku dengar Eungi menyebut namaku. Cih, ku pikir dia sudah lupa. Aku menunggu reaksi pemuda itu selanjutnya setelah cukup lama diam.
        Eungi memberikan Junhyung tatapan membunuh. “Apa dia selingkuhanmu?”
        Aku menepiskan tangan Eungi yang menunjuk hidungku. “Enak saja! Kau pasti yang ingin merebut Junhyung lagi dariku seperti kau merebut Changsun dulu!” lanjutku semakin menjadi. Beruntung tadi Eungi sempat menyebut nama pemuda itu yang langsung saja aku manfaatkan.
        Ku lihat Eungi hampir menangis dan aku tertawa dalam hari. Setidaknya dia telah merasakan apa yang ku rasakan dulu. Tak lama Eungipun pergi.
        “Eungi tunggu!” teriak pemuda itu namun tak berniat mengejar Eungi. Dan aku tak menyia-nyiakan sekempatan untuk kabur.

@@@

        Aku sampai di sebuah taman yang sepi. Aku duduk di sebuah kursi semen lalu kembali tertawa sampai perutku sakit.
“Eungi maaf, aku hanya ingin bersenang-senang. Setidaknya aku tidak benar-benar merebut pemuda itu darimu,” ujarku seorang diri. Sedikit merasa bersalah memang, tapi aku sama sekali tak berniat untuk meminta maaf pada Eungi setelah ini.
        Tak lama aku mendengar ponselku berbunyi. Namun tanpa harus melihat layarnya, bisa ku tebak bahwa yang menelpon adalah si Minho. Aku memang sengaja menggunakan nada khusus untuk panggilan dari nomornya. Dan beruntung itu adalah lagu favoritku, jadi aku lebih memilih mendengarkannya dari pada mendengar suara cempreng milik Minho.

So beautiful my girl,
Oh oh girl, oh oh girl,
Sigan-i jinado,
Nuguboda naega deo deo deo,
Neoleul akkyeojulge my girl,
Modu da julge neo, (You)
Neoege (You) eege oh oh,
(Niga eodi issdeun dallyeo gal su isseo,
I always think about you, )
[B2ST-‘Beautiful’]

        “Setelah menghancurkanku, ternyata kau malah bersantai-santai di sini!”
        Aku mendongak. Astaga! Pemuda itu kini sudah ada di hadapanku. Junhyung. Mau apa dia? Apa dia mau menghajarku setelah ini. Gawat. Minho tolong aku. Setidaknya Minho pernah belajar taekwondo dulu dan hanya dia satu-satunya yang bisa ku harapkan walau aku masih kesal setengah mati padanya.
        Aku tersentak saat tangannya sudah lebih dulu menarik tanganku dengan kasar. “Lepaskan!” aku meronta-ronta untuk melepaskan diri namun tangannya lebih kuat dan lebih besar.

@@@


        Ternyata dia membawaku kembali ke café tadi. Tapi kini dia mengajakku ke tempat yang lebih dalam lagi dan kursinya pun tidak hanya untuk dua orang saja.
        “Ku mohon maafkan aku Junhyung,” pintaku sambil mengatupkan kedua tangan.
Junhyung menatapku tajam. Hampir sama seperti yang dilakukan Eungi padanya beberapa waktu yang lalu. “Kau pikir bisa semudah itu lepas dariku? Kau harus bertanggung jawab!”
“Aku tidak bermaksud melakukan itu pada kalian,” kataku masih terus memohon.
        Junhyung merapatkan tubuhnya ke meja membuatku merapatkan tubuh ke sandaran kursi. “Lalu?” Tanya Junghyun serius.
        Apa aku harus cerita? Akh, itu pasti memalukan. Balas dendam untuk urusan cinta. Tapi Junhyung masih menungguku untuk bicara. Ku rasa dia memang benar-benar menginginkan jawaban dariku.
        “Sebenarnya aku…” ujarku gugup sambil sedikit menggaruk kepala. “Aku hanya ingin Eungi tahu bagaimana rasanya jika kekasihnya di rebut gadis lain,” seruku akhirnya. “Tapi sebenarnya aku tak berniat balas dendam pada Eungi,” kataku cepat-cepat sebelum Junhyung berpikir jelek lagi tentangku. “Kejadian itu mengalir begitu saja. Karena aku juga sedang bermasalah dengan kekasihku. Dan sialnya aku malah bertemu dengan Eungi di saat seperti ini.”
        “Jadi, Eungi pernah merebut kekasihmu?”
        Aku mendongak. Jelas saja terkejut. Kenapa Junhyung sudah tak terlihat kesal padaku? Dan kenapa dia tak membela Eungi sama sekali?
        “Ternyata benar,” gumam Junhyung samar.
        “Kau bicara apa?” tanyaku untuk memastikan pendengaranku tak salah.
        “Tidak ada.”
        Dari gelagatnya, aku tahu kalau Junhyung menyembunyikan sesuatu dariku. Tapi aku belum bisa menangkap itu. Sampai akhirnya ponselku kembali berbunyi dan masih dari si Minho itu. Walau tadi aku sempat ingin meminta bantuannya, tapi kekesalanku padanya kembali muncul.
        “Kenapa tak di angkat?” tegurnya karena aku masih saja menggenggam ponselku. “Apa dari kekasihmu?”
        Aku mendongak, bingung akan menjawab apa. Aku ingin katakan ‘tidak’, tapi sebenarnya aku belum benar-benar putus darinya. Tapi jika aku katakana ‘ya’, akh, aku sama sekali sudah tak ingin mengakuinya sebagai kekasih.
        “Sini biar aku yang jawab,” kata Junhyung yang dengan cepat menyambar ponselku sebelum aku sempat merespon apapun. Dan aku hanya menunggu dengan cemas apa yang akan dikatakan Junhyung pada Minho. “Aku Junhyung. Kekasihnya Haesa.”
        Mataku membulat sempurnya saat mendengar apa yang dikatakan Junhyung tadi. Apa dia benar-benar berniat balas dendam padaku?
        “Setelah ini, ku mohon kau jangan pernah menghubungi Haesa karena sebentar lagi kami akan menikah.”
        “Apa maksudmu?” omelku tak lama setelah Junhyung mematikan telpon.
        Dia menatapku datar, seolah tidak pernah terjadi apapun sebelum ini. “Bukankah kau bilang kau sedang bermasalah dengan kekasihmu? Dan ku lihat, kau seperti sudah tidak menginginkannya. Jadi anggap saja aku ini telah membantumu dan kau juga tidak perlu repot-repot mengucapkan terima kasih,” ujarnya enteng.
        Aku berdiri dan bersiap pergi. Namun Junhyung kembali menarik tanganku dan memaksaku untuk duduk.
        “Kau pikir kau sudah terbebas dariku?”
        Kembali, aku hanya bisa membulatkan mata dan menatapnya kesal. Bertambah lagi orang-orang yang membuatku kesal hari ini.
        “Aku berjanji untuk mengenalkan Eungi pada ibuku. Karena Eungi pergi, jadi kau yang harus menggantikannya,” putusnya tanpa meminta persetujuanku sebelumnya.
        “Bukankah kau telah membalasnya tadi?” protesku untuknya yang telah tanpa ijin menjawab telponku dari Minho.
        “Itu baru satu.”
        “Maksudmu?” jeritku tak terima. “Kau tahu, setelah ini aku pasti akan benar-benar putus dari Minho. Apa itu belum cukup?”
        “Itu hanya untuk Eungi, belum untuk ibuku,” serunya santai.
        Aku sudah hampir kembali berdiri jika saja tidak ada seorang wanita yang menghampiri meja kami. Bukan, itu bukan pelayan.
        “Ibu?” pekik Junhyung yang sukses membuatku hampir pingsan.
        Habislah aku. Ternyata Junhyung benar-benar mempertemukanku dengan ibunya.
        “Ini kekasihmu?” Tanya ibu Junhyung pada anaknya sambil melirik ke arahku.
        “Iya, bu. Ini Haesa,” jelas Junhyung.
        Pemuda itu benar-benar sudah gila. Hampir sama dengan Minho. Setidaknya yang membuatku sedikit lega adalah, ibunya terlihat sangat ramah padaku.

@@@

        Aku langsung melarikan diri setelah menemani Junhyung mengantar ibunya ke mobil. Aku tahu jika Junhyung berlari mengikutiku dari belakang. Untuk apa lagi?
        Akupun berhenti ketika merasakan seseorang menarik tanganku. “Apa kau masih ingin membalas dendam padaku?” protesku sambil menghentakkan tanganku.
        “Apa maksudmu?”
        Aku tersentak. Suara itu sangat familiar di telingaku. Itu bukan suara Junhyung. Ketika berbalik, mataku langsung membulat sempurna. “Minho?” Ternyata orang ku sangka sebagai Junhyung adalah Minho.
        “Minho? Ternyata kau di sini? Aku telah mencarimu sejak tadi.”
        Ada seorang gadis di belakangku. Dengan cepat aku berbalik. “Kau?” desisku penuh selidik karena gadis itu adalah Eungi. Dan yang membuatku semakin kesal padanya adalah dia menyunggingkan senyum penuh kemenangan dariku.
        Kilasan bayangan itu kembali muncul di pikiranku. Seorang gadis dalam pelukan Minho. Meski aku hanya melihatnya dari belakang, tapi kini aku yakin jika gadis itu adalah Eungi. Setelah Changsun, kini... Minho?
        Aku menatap Eungi intens. Bahkan tatapanku sama sekali tak bergeser saat Eungi menggerakkan badannya. Bergeser dan kini ia berdiri di samping Minho.
        “Kau sudah ingat sekarang?” Tanya Eungi meremehkan.
        Kini aku sudah tidak menyesal telah membuat Eungi meninggalkan Junhyung. Pemuda sebaik dia tak pantas mendapat perlakuan buruk dari gadis licik seperti Eungi.
        “Karena kau telah membuat Junhyung pergi dariku, sudah saatnya aku mengakhiri semua ini.”
        “Jadi kau telah merebut Minho dariku?” tanyaku sinis.
        Eungi tertawa dan Minho juga tak berbuat apa-apa. “Bukan aku yang mulai. Tapi kau?”
        “Maksudmu?”
        “Aku menyukai Junhyung sejak lama, tapi dia lebih memilihmu.”
        “Aku tidak pernah mengenal Junhyung sebelumnya!” protesku atas tuduhan itu.
        “Tentu saja, Junhyung mundur karena kau lebih dulu bersama Changsun sebelum kalian saling kenal. Setelah aku berhasil mendapatkan Changsun, aku sudah melupakan perasaanku pada Junhyung.”
        “Jadi kau tidak benar-benar menyukai Changsun? Sial! Changsun pasti akan membunuhmu jika dia mengetahui itu,” kataku serius namun Eungi sama sekali tak beranggapan seperti itu.
        “Benar!” ujar Eungi dengan nada di buat-buat. “Karena setelah itu, aku menyukai Minho.”
        Tatapanku beralih ke Minho. “Minho! Katakan sesuatu!” paksaku agar Minho mau bicara.
        “Maaf, sebenarnya sejak awal aku menyukai Eungi. Tapi karena dia telah lebih dulu bersama Changsun, aku beralih padamu. Tapi, bukankah Junhyung telah menjadi kekasihmu sekarang?” Tanya Minho polos. Ternyata dia masih mengingat itu.
        “Tapi kau berpacaran dengan Junhyung!” hardikku lagi pada Eungi.
        “Anggap saja itu bonus untukku,” serunya enteng.
        Sudahlah. Aku memang harus mengakhiri semua ini. Aku merelakan Minho untuk Eungi karena sejujurnya, aku masih lebih mencintai Changsun dari pada Minho. Namun aku sama sekali tidak tahu di mana keberadaan pemuda itu.
        Aku menghembuskan napas keras. “Oke. Semoga kalian bahagia.” Hanya itu yang kuucapkan sebelum akhirnya berbalik. Sebenarnya kata-kata itu terlalu manis untuk seseorang yang dikhianatin seperti ku. Tapi aku sudah tidak mempedulikannya. Ini lebih baik dari pada aku terus di bohongi lebih lama lagi.

@@@

        Aku melangkah lurus ke depan. Sama sekali tak ingin menoleh ke belakang sedikitpun. Sampai akhirnya, ada sebuah tangan yang melingkari pinggangku. Membuat langkahku sontak berhenti. Aku menunduk dan terpaku pada gelang yang melingkar di pergelangan tangan orang itu. Gelang itu sangat mirip dengan milikku yang hilang sudah lama. Saat aku masih SMA.
        Akupun segera berbalik dan mendapati Junhyung di sana. “Kau?”
        “Ingat ini?” dia membawa gelas berisi cairan berwarna merah muda ke depan wajahku.
Junhyung membuka penutupnya hingga aroma minuman itu menguar dan masuk ke dalam hidungku. “Jus stroberi?” tanyaku bingung dan Junghyung hanya menjawab dengan senyuman membuatku semakin bingung.
Dia memberikan gelas itu padaku. Setelah itu, ia membuka gelang yang ia kenakan, lalu memasangkannya padaku.
“Aku tahu jika Eungi yang merebut Changsun dan Minho darimu.”
Aku mendongak untuk menatap wajahnya yang lebih tinggi dariku. Dia tersenyum. Memang bukan yang pertama ku lihat hari ini. Tapi ada yang berbeda dari senyuman itu.
“Tapi tak usah lagi kau pedulikan Eungi. Aku sudah membalaskan dendam kita padanya.” Junhyung kembali tersenyum, seolah kami berhasil menjalankan sebuah misi rahasia.
Namun masih ada kata-katanya yang kurang ku mengerti. “Dendam kita?” aku mengulangi ucapannya.
Raut wajah Junhyung berubah serius. “Aku tidak pernah memiliki perasaan apapun pada Eungi. Gadis yang selalu menarik perhatianku selam ini hanya kau.”
“Tapi kita tidak saling kenal?” aku masih mempermasalahkan itu.
“Kata siapa? Hanya kau yang belum mengenalku. Aku telah memperhatikanku sejak dulu. Sejak kita memperebutkan air itu,” dia melirik aneh jus stroberi di tanganku.
Aku hanya bisa tertawa menanggapinya. “Tapi, bukankah kau ingin mempertemukan Eungi dengan ibumu?”
“Maaf jika aku sedikit membohongimu. Seperti yang ku bilang tadi, hanya kau yang belum mengenalku. Café tadi milik keluargaku. Dan ibuku selalu datang di jam-jam seperti tadi. Jadi, kejadian itu tidak di rencanakan. Aku sama sekali tak berniat mengenalkan Eungi pada ibuku.”
Ku rasakan pipiku panas. Pemuda tampan di hadapanku ternyata benar-benar tak menganggap Eungi sedikitpun. Tanpa sadar, aku menyeruput minuman di tanganku secara perlahan untuk mengalihkan kegugupanku.
“Apa yang kau lakukan!”
Aku hampir saja memuncratkan jus itu ketika mendengar suara Junhyung yang mengagetkanku. “Kenapa?”
“Jus itu milikku. Tapi jika kau meminumnya, kau juga harus jadi milikku!” lagi-lagi Junhyung memutuskan sesuatu seorang diri.
“Tapi kau tidak mengatakannya tadi!” protesku.
“Aku sudah mengatakannya!” balas Junhyung. “Di dalam hati…” lanjutnya saat aku mempelototinya.
Astaga! Pemuda ini memang suka seenaknya. Tapi apa yang bisa ku perbuat? Yang bisa ku lakukan saat ini adalah, berjalan di sampingnya sambil membawa jus stroberi yang telah memberikanku kisah dengannya. Mendengarkannya bercerita tentangnya yang belum pernah ku ketahui.
Ternyata Junhyung menejer di café ibunya. Ia suka basket, berenang, bermain gitar, memasak walau hanya sedikit, … , dan yang pastinya jus stroberi.
Aku menyesal telah mengenal Minho sebelum ini. Menyesal karena dulu pernah membiarkan Changsun jatuh ke tangan Eungi. Dan menyesal karena pernah menjadi kekasih dari seorang Minho.
Tapi aku akan sangat-sangat menyesal jika tadi tak jadi mengerjai Eungi dengan mengaku sebagai kekasihnya Junhyung. Meski begitu, Eungi dan Minho cukup berjasa untukku dan Junhyung.
Aku menghentikan langkah tiba-tiba membuat Junhyung juga berhenti dan menatapku bingung. “Tapi, apa tidak terlalu cepat? Aku baru saja putus dengan Minho, tapi aku sudah mendapatkan penggantinya. Apa itu tidak jahat?” ujarku terdengar ragu.
“Aku juga baru putus dengan Eungi. Jadi kita sama-sama jahat, kan?”
Satu kesimpulan terakhirku tentang Junhyung. Dia memang suka seenaknya!


@_E_N_D_@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar