Jumat, 31 Mei 2013

BLUE FLAME BAND (part 1)



Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast          :
·        Lee Joon/Changsun (Mblaq)
·        Siwan (Ze:a)
·        Nichkhun (2PM)
·        Doojoon (Beast/B2ST)
·        Luhan (Exo-M)
Original cast     : Hye Ra, Soo In, Minjung, Sung Hye, Han Yoo
Support cast     :
·        Yoona (SNSD)
·        Minho (SHINee)
·        Yunho (TVXQ/DBSK)
·        Sehun (Exo-K)
Genre               : romance
Length              : part

@@@

        Pagi itu Doojoon sudah ada di depan pintu kamar Siwan dan Nichkhun. “Hyung! Bangun!” teriaknya sambil menggedor pintu.
        “Doojoon hyung!”
        “Luhan? Kau kenapa?” Tanya Doojoon khawatir karena tiba-tiba Luhan keluar kamar sambil berlari dan berteriak histeris.
        “Hyung, kenapa kau meninggalkanku sendirian di kamar?” seru Luhan manja dan kini bahkan dia sudah menggamit lengan Doojoon.
        Doojoon hampir saja melempar Luhan dengan sandal karena teman sekamarnya itu membuatnya hampir jantungan dengan berteriak seperti itu. Dipikirnya terjadi sesuatu pada Luhan, ternyata maknae tersebut hanya takut ditinggal sendiri di kamar.
        “Tadi aku sudah membangunkanmu!” protes Doojoon.
        “Iya, tapi harusnya kau tunggu aku sebelum keluar,” balas Luhan tak ingin disalahkan.
        Sementar di dalam kamar, sang pemilik ruangan semakin menenggelamkan tubuh mereka ke bawah selimut.
        “Berisik sekali!” terdengar suara keluhan. Sepertinya suara itu milik Siwan.
        Salah satu sudut selimut terangkat dan memunculkan wajah tampan Nichkhun yang baru bangun tidur. Ia mengusap matanya. Nichkhun berusaha mengerakan badannya, namun sedikit sulit. Seperti ada yang menahannya. Saat membuka selimut lebih lebar, Nichkhun berteriak histeris karena tangan dan kaki Siwan melilit tubuhnya.
        “Huaaa!!!” jerit Nichkhun.
        Siwan yang terkejut ikut menjerit.
        Doojoon dan Luhan yang mendengar keributan tersebut langsung menerobos masuk.
        “Hyung kalian kenapa?” pekik Doojoon khawatir.
        Kini Siwan dan Nichkhun sudah saling menjauhkan tubuh. Siwan menutupi tubuhnya menggunakan selimut, sedangkan Nichkhun memeluk bantal. Mereka menutupi badan seolah-olah sedang tidak mengenakan pakaian.
        “Siwan telah menodaiku!” lapor Nichkhun seperti mengadu.
        “Tidak! Nichkhun yang membuatku tak sengaja memeluknya.” Protes Siwan yang tak terima dengan pengaduan Nichkhun.
        Doojoon menarik selimut yang menutupi tubuh Siwan dan bantal yang dipeluk Nichkhun. “Kalian menjijikkan jika memeluk selimut dan bantal seperti itu!”
        Siwan dan Nichkhun tak protes dengan apa yang dilakukan Doojoon pada mereka. Karena jelas-jelas mereka semua adalah laki-laki, lagi pula Siwan dan Nichkhun masih mengenakan piyama, lengkap.
        Doojoon mengacak rambutnya, frustasi. “Kenapa kalian semua harus menjerit pagi ini!” kesalnya karena Luhan tadi juga sempat berteriak karena ia tinggal keluar kamar.
        “Siwan hyung, Nichkhun hyung, Doojoon hyung!” lagi-lagi Luhan teriak. Kali ini ia datang dari luar kamar Siwan dan Nichkhun. Saat Doojoon masuk tadi, ternyata Luhan tak mengikutinya.
        “Kenapa lagi?” keluh Doojoon. Kekesalan yang tadi belum hilang, dan kini Luhan kembali berteriak.
        “Itu…” seru Luhan takut-takut sambil menunjuk ke arah luar kamar. “Joonie hyung,” ujarnya terbata.
        Nichkhun sudah berdiri. “Joonie hyung kenapa?” desaknya.
        “Joonie hyung nggak ada di kamarnya. Joonie hyung hilang… Hwaaa…” jerit Luhan lagi, kali ini seperti hampir menangis. Sebenarnya Luhan sama sekali tidak mengeluarkan air mata. “Aku takut Joonie hyung di culik lalu di bunuh. Dia masih punya banyak hutang padaku,” lanjutnya berlebihan.
        Nichkhun melirik Siwan seperti menuntut penjelasan. “Bukankah semalam Joon pulang dalam keadaan mabuk?”
        Siwan bangkit seperti teringat sesuatu. “Aku benar-benar sudah menguncikannya di kamar mandi kok,” kata Siwan memastikan. Lalu ia segera melesat pergi dan diikuti yang lain.
        “Joonie hyung tidak akan hilang. Kau tenang saja,” ujar Doojoon yang sudah merangkul Luhan agar pemuda itu berhenti berpura-pura menangis.
        Saat sampai di depan pintu kamar mandi, Siwan memutar anak kunci yang memang tergantung di luar. “Joon!” ujar Siwan memanggil hyungnya itu.
        Tiba-tiba tubuh Siwan terdorong karena Luhan menerobos masuk. “Joonie hyung!” jeritnya histeris untuk yang kesekian kali.
        Tidak hanya Luhan, tapi Siwan, Nichkhun dan Doojoon juga ikut histeris melihat pemandangan di hadapannya. Joon tertidur di dalam bathub lengkap menggunakan bantal dan selimut.
        “Kau memberikannya bantal dan selimut?” omel Nichkhun pada Siwan.
        “Enak saja! Mungkin Joon sudah mempersiapkan sebelumnya,” protes Siwan.
        “Hyung bangun,” Doojoon mengguncang-guncangkan tubuh Joon yang masih tertidur lelap.
        Luhanpun ikut membantu. “Joonie hyung, cepat bangun!” namun teriakan cempreng Luhan sama sekali tak berpengaruh. Mata Joon tetap tertutup rapat.
        Nichkhun yang sudah tak sabar menyeruak di tengah-tengah yang lain. Ia bahkan sudah menarik slang dan membawanya ke atas wajah Joon. Nichkhun melirik Siwan dan memberikan isyarat. Siwan hanya mengangguk tanda mengerti. Ternyata Nichkhun menyuruh Siwan memutar keran hingga air keluar dari ujung slang dan jatuh tepat membasahi wajah Joon.
        “Lee Changsun, bangun kau!” teriak Nichkhun dengan penuh semangat menyirami Joon.
        “Akh!” Berhasil. Joon akhirnya bangun dan gelagapan menghalau serangan air oleh Nichkhun. “Hentikan!” jerit Joon heboh. “Tolong! Aku tenggelam!” serunya lagi, berlebihan. Dia pikir dia tenggelam di samudera Hindia?
        Siwan sudah mematikan keran air, dan Nichkhun melempar slang sembarangan. “Bangun kau CHANGSUN!” perintah Nichkhun dengan memperjelas saat ia menyebut nama asli leader mereka.
        “Tak perlu memanggilku Changsun aku juga akan bangun!” protes Joon yang memang tak terlalu suka jika ada yang memanggilnya ‘Changsun’.
        Kini Joon menatap satu-persatu anggotanya. Semua lengkap berdiri di hadapannya dan menatapnya tajam. Sontak saja membuat Joon menyilangkan tangan ke depan dada.
        “Siapa yang berani membuka pakaianku?” omel Joon yang memang hanya menyisakan jinsnya di balik selimut.
        Siwan, Nichkhun, Doojoon dan Luhan saling tatap, malas. Joon akan selalu seperi ini. Dia lebih suka tidur hanya dengan celana di balik selimut. Tapi jika habis mabuk, dia akan menuduh anggota yang telah membuka pakaiannya. Mereka mendengus kesal lalu kompak berbalik dan meninggalkan Joon sendiri.
        “Kenapa orang seperti itu bisa dipilih sebagai leader?” cibir Nichkhun sambil berbisik pada anggota yang lain.
        “Joonie hyung kan yang paling tua,” Luhan yang menjawab keheranan Nichkhun.
        “Yang paling tua tapi kelakuannya paling abnormal,” timpal Siwan.
        “Tapi dia tetep leader kita,” seru Doojoon. Mungkin hanya dia yang tidak ingin menyudutkan Joon seperti yang lain.
        “Hei! Jangan pergi!” teriak Joon, namun tak ada yang mempedulikannya.

@@@

       
        Ini adalah hari special untuk band ‘Blue Flame’, di mana mereka genap berusia 5 tahun sejak debut. Hari ini juga bertepatan dengan peluncuran mini album ke-4 mereka yang bertajuk ‘Beautiful Midnight’. Sorenya mereka akan mengadakan konferensi pers sekaligus acara fans sign. Rencananya malam nanti akan di lanjutkan dengan party perayaan ulang tahun mereka di sebuah hotel. Acara puncak tersebut hanya dihadiri keluarga dan kerabat dekat serta tertutup bagi media dan para ‘Flamers’, julukan fans mereka.
        Dan saat ini tengah berlangsung acara fans sign. Sang leader berada di tengah-tengah. Sementara Siwan dan Luhan di tempatkan terpisah. Posisinya akan selalu seperti ini : Nichkhun, Siwan, Joon, Doojoon dan Luhan.
        Para fans mengantri di depan meja masing-masing member ‘Blue Flame’ yang mereka suka. Seperti biasa, barisan terpanjang adalah para fans dari Siwan dan Luhan. Keduanya juga terlihat seimbang. Dan bisa di pastikan bahwa yang mengantri di depan meja Joon jumlahnya paling sedik, bahkan hanya tersisa beberapa orang.
        Entah karena Siwan terlalu ramah atau gimana dan ia cukup lama meladeni fans. Hingga akhirnya sedikit terjadi kericuhan di barisan fans Siwan. Mereka saling dorong karena tidak sabar untuk bertatap muka langsung dengan Siwan dan menyebabkan salah satu fans terdorong keluar barisan lalu terjatuh di belakang fans terakhir Joon. Kejadian tersebut langsung menarik perhatian, tak terkecuali semua member ‘Blue Flame’ yang langsung berdiri.
        Joon sudah ingin membantu gadis itu meski bukan fansnya, namun Doojoon bertindak lebih cepat.
        “Kau baik-baik saja?” Tanya Doojoon yang sudah membantu gadis itu berdiri.
        Gadis bernama Hye Ra itu berdiri dan mengangguk. Tanpa sadar ia meletakkan album terbaru milik ‘Blue Flame’ di atas meja Joon. “Cepat sana kembali,” bisik Hye Ra tanpa ingin memunculkan kecurigaan karena ia dan Doojoon sebenarnya telah saling kenal.
        Saat menoleh dan hendak mengambil kembali album ‘Blue Flame’ miliknya, mata Hye Ra sontak membulat. “Apa yang kau lakukan?” omelnya karena Joon sudah membubuhkan tanda tangannya di bagian depan album.
        “Siapa namamu?” Tanya Joon tak sadar jika Hye Ra sudah melancarkan protesnya.
        “Changsun!” bentak Hye Ra merasa diabaikan.
        Joon mendongak. “Aku hanya bertanya siapa namamu?” ulangnya.
        “Aku bukan ingin meminta tanda tanganmu,” seru Hye Ra yang kini sudah merebut album tersebut namun Joon juga tak kalah cepat menangkapnya.
        “Tapi kau berbaris dan meletakkan album ini di mejaku,” balas Joon tak mau kalah.
        Adegan tarik-menarik albumpun tak terelakkan dan kembali menyita perhatian hingga acara fans sign sedikit terganggu.
        “Bukankah kau juga melihat jika aku terdorong dari barisan fans Siwan?”
        “Jika kau bukan fansku, jangan meletakkan benda milikmu sembarangan di mejaku.” Selain saling tarik-menarik album music, Joon dan Hye Ra juga saling adu mulut.
Doojoon yang berada di samping Joon langsung mempercepat acara memberikan tanda tangan untuk para fansnya yang saat itu memang menyisakan beberapa orang saja. Setelah selesai, bassist ‘Blue Flame’ ini langsung melerai berdebatan Joon dengan Hye Ra.
        “Hyung, sudah,” serunya yang kini sudah ada di tengah-tengah dua orang yang membuat keributan.
        “Doojoon! Tapi aku belum selesai,” protes Joon karena Doojoon membantu gadis itu merebut album dari tangannya.
        “Kita sudah selesai,” paksa Doojoon yang kini sudah menyeret Joon ke ruang ganti dan membiarkan Hye Ra juga pergi dari sana.

@@@

        Sore telah berganti malam. Di sebuah taman kecil gedung tempat ‘Blue Flame’ mengadakan launching album sampai jumpa fans, Hye Ra duduk sendiri di atas rumput. Matanya tak lepas dari album music di tangannya yang kini sudah terisi coretan tanda tangan Joon.
        “Harusnya Siwan yang menandatangani ini,” sesalnya sambil menatap nanar album milik ‘Blue Flame’ tersebut.
        “Hye Ra!” seru seseorang menyebut namanya.
        Gadis itupun menoleh dan mendapati Doojoon yang setengah berlari ke arahnya. Penampilannya sedikit lebih berantakan. Doojoon sudah menanggalkan jas hitam yang tadi ia kenakan. Kemeja putihnya bahkan sudah keluar dari celana. Saat Doojoon ikut duduk di sampingnya, Hye Ra menghempaskan album itu ke atas rumput.
        “Kenapa di buang?” protes Doojoon langsung memungut karya bandnya yang di perlakukan seperti sampah oleh Hye Ra.
        “Nanti aku akan membeli lagi yang baru,” jawab Hye Ra enteng. Ia masih kesal jika teringat Joon yang telah mencoret album itu, bukan Siwan seperti apa yang ia harapkan.
        Hening beberapa saat.
        “Kau kenapa masih di sini? Bukankah kalian akan ada pesta ulang tahun ke-lima ‘Blue Flame’?” ujar Hye Ra mengingatkan.
        Doojoon menghembuskan napas berat. “Kau tau kan rencanaku malam ini?”
        Hye Ra menekuk lutut lalu memeluk dan meletakkan dagunya di sana. Ia memang tau jika Doojoon berniat mengenalkan Sung Hye pada member yang lain. Dan ia juga tau jika Sung Hye kini sudah bersama pria lain. Karena itu Hye Ra hanya diam dan tak ingin membahasnya.
        “Anggap saja kau tidak pernah memiliki niat seperti itu,” cetus Hye Ra tiba-tiba namun Doojoon sama sekali tak menyetujuinya.
        “Suasana hatiku sama sekali tidak bisa di ubah. Aku tak ingin merusak pesta.”
        “Lalu?”
        Doojoon menatap Hye Ra datar. Namun semakin lama aura tatapannya berubah. Dari datar kini justru lebih ceria membuat Hye Ra menatap takut-takut padanya.
        “Kau harus jadi kekasihku,” putus Doojoon secara sepihak dan seenaknya menarik tangan Hye Ra untuk ikut bersamanya.
        “Nggak mau!” protes Hye Ra dan berusaha melepaskan diri. “Bahkan jika berpura-purapun aku tetap tidak mau!”
        Doojoon menghentikan langkahnya tiba-tiba. “Ku mohon tolong aku. Apa kau tidak kasihan padaku?” ujar Doojoon  sambil berekspresi memelas agar Hye Ra mau menolongnya.
        “Nggak!” Hye Ra tetap pada pendiriannya. “Di sana aku pasti akan bertemu lagi dengan si Changsun itu.” Ia sampai menggeleng kuat-kuat dan tak ingin membayangkan kembali bertemu dengan Joon.
        “Kalau begitu tak usah kau pedulikan. Lagi pula kau sangat ingin bertemu dengan Siwan, kan? Aku akan mengaturnya agar kau bisa bertemu Siwan. Dan ku jamin tidak akan ada yang mengganggu kalian.”
Doojoon masih berusaha merayu Hye Ra dan tampaknya itu cukup berhasil. Hye Ra terlihat diam dan mempertimbangkan hadiah yang akan Doojoon berikan padanya.
        “Itu artinya kau setuju,” putus Doojoon lagi karena Hye Ra tak kunjung memberikan jawaban.
        “Aku belum bilang setuju!”

@@@

        “Pakai ini!” Doojoon menyodorkan paksa sebuah wedges dari dalam mobilnya.
        Hye Ra terpaksa mengganti sepatu ketsnya dengan wedges tinggi. Doojoon juga menyuruh Hye Ra mengganti sweaternya dengan blazer berwarna putih yang menutupi tanktop hitam yang sudah dikenakan gadis itu.
        “Aww! Sakit!” protes Hye Ra saat Doojoon menarik paksa ikat rambutnya.
        “Maaf,” sesal Doojoon yang tak sengaja melakukan itu. Lalu ia sedikit membenarkan rambut panjang Hye Ra yang kini terurai.
        Gadis itu menunduk untuk memastikan penampilannya. “Apa kau tidak menyesal melakukan ini? Aku hanya takut membuatmu malu.”
        Doojoon melipat tangannya di depan dada sambil memperhatikan penampilan Hye Ra mulai ujung rambut hingga kaki. “Ini lebih meyakinkan jika kau memang tipeku.”
        Hye Ra masih tidak yakin untuk membantu Doojoon meski ia memang sangat berharap bisa bertemu Siwan.
        “Kau jangan khawatir. Di dalam acaranya santai. Kami hanya makan-makan dan bukan acara mewah yang tamunya mengenakan pakaian formal,” ujar Doojoon untuk menenangkan hati Hye Ra sambil menggulung lengan kemejanya. “Kau lihat saja penampilanku.”
        Hye Ra akhirnya tertawa karena kemeja Doojoon bisa dikatakan sudah tidak berada pada posisi yang benar.

@@@

        “Itu pacarku, itu pacarku!” heboh Luhan saat tivi plasma menayangkan acara berita. “Hyung, itu pacarku,” serunya sambil mengguncang tubuh Nichkhun lalu menunjuk seorang gadis pada layar tivi yang sedang menyampaikan berita.
        Nichkhun menjauhkan tangan Luhan dari pundaknya. “Iya aku tau,” serunya malas jika maknae mereka itu mulai heboh menunjukkan pacarnya.
        Luhan seperti tak merasa bersalah. Ia tak mempedulikan kekesalah Luhan padanya dan kembali menatap layar tivi plasma. Saat Nichkhun pergi, Joon yang menggantikannya berdiri di samping Luhan.
        “Ada berita apa malam ini?” Joon mencoba menegur Luhan.
        “Nggak tau, hyung,” jawab Luhan tanpa menoleh. Ia tetap melihat tivi dengan tatapan berbinar.
        Joon terbelalak mendapati reaksi sang maknae padanya. “Sudahlah,” keluhnya berusaha menyabarkan diri lalu pergi dari sana.
        Luhan berbalik, “Joon.”
        “Apa?” Joon yang menoleh.
        “Eh, maaf hyung. Maksudku Doojoon hyung,” ralat Luhan yang langsung mendahului Joon pergi dari sana untuk mencari Doojoon. Joon hanya menatap kepergian Luhan tanpa ekspresi.

@@@

        Luhan berjalan hingga ke luar gedung. Di sana ia melihat Doojoon berjalan masuk dan bersama seorang gadis. Cepat-cepat Luhan segera mendakati mereka. Doojoon juga terlihat cerah saat mendapati Luhan di sana.
        Alih-alih menyapa Doojoon, Luhan justru menarik tangan Hye Ra untuk sedikit menjauhi Doojoon membuat pemuda itu menatap mereka heran.
        “Apa kau ingin membuat keributan lagi? Setelah tadi dengan Joonie hyung, sekarang Doojoon hyung? Sudah bagus aku tadi diam saja,” semprot Luhan dengan tuduhan-tuduhannya.
        Hye Ra menghempaskan tangannya lalu menatap Luhan tajam. “Siapa yang ingin membuat keributan? Aku hanya terdorong dari barisan fans Siwan. Dan leadermu yang aneh itu malah membuat ku kesal.”
        “Noona…”
        “Jangan panggil aku noona!” protes Hye Ra. “Aku bahkan lebih muda darimu!”
        “Hye Ra!” pekik Doojoon yang kini sudah memegangi kedua tangan gadis itu yang seperti ingin menyerang Luhan. “Sudah, sudah. Luhan!” bentaknya juga pada si maknae yang tidak mau kalah.
        “Hyung, kau tau kan tadi dia yang membuat keributan dengan Joonie hyung?” Tanya Luhan seakan meminta pembelaan.
        “Iya aku tau, lalu kenapa?”
        “Dia itu teman sekolahku yang pernah aku ceritakan dulu. Gadis aneh yang selalu cari masalah denganku,” tuduh Luhan lagi.
        “Cukup!” pekik Doojoon lagi karena Hye Ra yang tak terima dengan tuduhan Luhan padanya mulai kembali ingin menyerang pemuda itu.
        “Hyung, kenapa kau membelanya?” protes Luhan karena Doojoon menyembunyikan tubuh Hye Ra di belakangnya.
        “Luhan dengar dulu. Hye Ra datang bersamaku,” jelas Doojoon membuat Luhan membulatkan mata padanya.
        “Tapi, hyung…” Luhan tak melanjutkan ucapannya karena ada seseorang yang memanggil Doojoon.
        “Doojoon!”
        Mereka menoleh bersamaan, ternyata Nichkhun.
        “Siapa?” Tanya Doojoon penasaran pada gadis yang berdiri di belakang Doojoon.
        “Oh,” Doojoon seperti teringat sesuatu. Ia lantas membawa Hye Ra keluar dari sana dan menunjukkannya pada Nichkhun. “Kenalkan, hyung. Ini Hye Ra, kekasihku.”
        Nichkhun terkejut namun masih tetap bisa tersenyum. Bertolak belakang dengan Luhan yang langsung memprotes keras pada Doojoon.
        “Hyung, kok bisa?”
        “Sudahlah, nanti aja bahasnya. Aku ingin mengenalkan Hye Ra pada Joon hyung dan Siwan,” seru Doojoon cepat-cepat mengalihkan perhatian Luhan. Lalu ia melirik Nichkhun. “Kau ingin menjemput Minjung kan di depan?” tebaknya dan hanya di jawab anggukan oleh Nichkhun. “Cepat sana, jangan membuat Minjung menunggu lama,” lanjutnya lalu membawa Hye Ra pergi ke arah yang berlawanan dengan arah yang dituju Nichkhun.
        “Hyung!” Luhan ingin mengejar Doojoon, namun ia langsung membatalkan niat. Saat menoleh ke arah Nichkhun yang sudah berjalan jauh, ia juga tak ingin mengejarnya. Sampai akhirnya Luhan memutuskan pergi ke arah yang sama dengan Doojoon dan Hye Ra. “Hyung, tunggu!” teriaknya yang memang takut jika di tinggal sendiri.

@@@


1 komentar:

  1. part 1 emang belom gue comment yah?? perasaan udah dah?? #bingung.. garuk2 kepala yang tidak gatal.... hummm

    BalasHapus