Kamis, 21 Februari 2013

3twins (part 11)


Sebelas…

SENIN PAGI.
        Seperti biasa, Najwa di jemput Nicky untuk berangkat sekolah. Termasuk bagian dari scenario. Sepanjang perjalanan, baik Nicky atau pun Najwa sama sekali tak ada yang bicara.
        Najwa turun dari boncengan motor Nicky. “Meski Cuma bohongan, status lo tetep cowok gue kan?” cewek ini berani bertanya seperti itu karena suasana masih cukup sepi. Jadi, kecil kemungkinan obrolan mereka di dengar orang lain. “Baik di dalam, maupun di luar sekolah.”
        “Ya iyalah. Biar rencana gak berantakan.”
        “Berarti, termasuk di depan kak Venda, donk?”
        Sontak, Nicky menoleh. Dan cewek itu hanya mengangkat bahunya lalu pergi meninggalkan Nicky di mulai dengan mundur beberapa langkah.
        “Jangan salahin gue.” Kata Najwa sebelum akhirnya membalikkan badan dan benar-benar pergi dari sana.

@@@

        “Najwa!” teriak Riyu kala melihat cewek itu yang berjalan menuju lantai atas.
        Najwa pun menghentikan langkah. “Kenapa?” Sekilas ia melihat Nicky yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.
        “Bener, lo jadian sama Nicky?”
        Najwa hanya mengangguk. “Kalo gak percaya, tanya aja kangsung ke kak Nicky.”
        Seolah mengerti maksud perkataan Najwa, Riyu pun membalikkan badan dan mendapati Nicky di sana. “Bener gitu, Nick?” tanya Riyu demi memastikan kebenarannya.
        Najwa mendekati Nicky, lalu menggenggam tangan cowok itu. “Kita memang udah jadian kan, kak?”
        Nicky menoleh, tepat ketika cewek yang diliriknya itu mengedipkan sebelah mata untuknya.
        “Kalo emang bener, gue gak bakal ngelarang, kali.” Ledek Riyu sebelum ia pergi.
        Cepat-cepat Najwa melepaskan tangannya, namun Nicky langsung menangkapnya kembali. Cowok itu mendekatkan wajah ke telinga Najwa. “Ini lo yang minta, ya.” Kata Nicky setengah berbisik sebelum akhirnya ia menarik tangan cewek itu ke arah yang berlawanan dengan jalan yang menuju tangga.
        Ternyata Ricky berdiri di sana. Dan Nicky berhenti tepat di depan kembarannya yang satu itu.
        “Gue mau sarapan bareng pacar tercinta nih, Rick. Lo mau gabung?” ajaknya dengan nada penuh kemenangan.
        Najwa sendiri hanya bisa tertuduk dan mengalihkan pandangan ke tempat lain, karena ia tau Ricky pasti menatapnya. Dan ia tak kan sanggup menerima kenyataan itu. Lagi-lagi Nicky dan Ricky bersitegang karenanya.
        Ricky sama sekali tak ingin merespon ucapan Nicky. Setelah menatap Nicky sesaat, ia pun memutuskan untuk pergi dan membiarkan Najwa bersama Nicky.
        Najwa akhirnya bisa sedikit bernapas lega meski Nicky tak berniat melepaskannya begitu saja.

@@@

        Di jam istirahat pertama, Ivo terpaksa melangkah sendiri menuju kantin. Karena ketiga temannya sedang punya kesibukan masing-masing. Rhea, udah terlanjur janjian ke kantin bareng Agha, pacarnya. Inka, lagi malas ke kantin katanya. Dan Najwa, cewek itu menjadi yang pertama meninggalkan kelas karena di paksa ke kantin oleh Nicky yang repot-repot menjemputnya.
        Ivo lagi gak berselera untuk makan, dan ia hanya membeli sebotol air mineral. Itu juga ia sengaja pergi ke kentin belakang yang jaraknya cukup jauh dari kelasnya hanya untuk menghabiskan waktu. Cewek itu membuka tutup botol sambil mengedarkan pandangan. Dan tak di duga, ia menemukan sosok Ricky yang duduk seorang diri. Tanpa pikir panjang, Ivo langsung menghampiri kakak kelasnya itu.
        “Boleh gabung nggak, kak?” tanya Ivo.
        Ricky menoleh tanpa reaksi. Ricky hanya menggeser tubuhnya menandakan ia memberi tempat untuk Ivo bergabung dengannya.
        Ivo pun tersenyum. “Makasih kak.” Ucapnya sebelum duduk.
        Ada sebuah kesamaan antara Ricky dan Ivo saat itu. Yaitu, mereka sama-sama hanya membeli sebotol air mineral tanpa satu jenis makanan pun.
        Cukup lama Ricky mengangguri keberadaan seorang cewek di sampingnya. Ivo sendiri juga belum terfikirkan pertanyaan apa yang bisa ia lontarkan ke Ricky. Mereka saling diam.
        “Vo.” Panggil Ricky setelah beberapa saat.
        “Kenapa kak?”
        Cowok itu belum berani menoleh ke Ivo. “Lo suka sama gue?”
        “Kalo gak suka, mungkin aku gak bakal peduli kalo kakak ada di sini duduk sendiri.” Kata Ivo begitu saja.
        “Bukan itu maksud gue.” Cowok ini cemas sendiri. Ia paksakan untuk menatap Ivo yang memang sejak awal tak melepas pandangannya ke Ricky. “Lo punya perasaan lebih ke gue atau hanya sebatas kagum?” kata Ricky lagi. Kali ini ia memperjelas maksud ucapannya. Lalu cepat-cepat menoleh ke arah lain lagi.
        Ivo terlihat ragu untuk menjawab.
        Ricky mengedarkan pandangan. “Tolong jawab biar gue tenang.” Ucapnya pelan.
        Ivo berusaha mengumpulkan keberaniannya. “Aku punya perasaan lebih ke kakak, bukan hanya sekedar mengagumi.”
        Ricky tertegun. Ia menghela napas cukup berat. Ini yang dikhawatirkannya. “Kok bisa? Lo tau sendiri gimana gue?”
        “Apa harus ada alasannya?”
        Ricky kembali di buat tak sanggup untuk menatap cewek itu. “Lo tau kan apa status gue di sekolah ini? Gak gampang ngilangin imej playboy pada diri gue.”
        “Apa itu kemauan kakak? Kita gak harus sekarang, kak. Masih banyak waktu. Masih banyak hal juga yang harus dipikirin.” Kata Ivo tegas namun masih terdengar lembut.
        Keadaan seperti ini harus segera di akhiri. Ricky pun bangkit. “Maafin gue, Vo.” Ucapnya sebelum meninggalkan cewek itu, tanpa sedikitpun sanggup menatapnya.
       
@@@

        Dua hari berlalu begitu datar. Tanpa ada sesuatu berarti yang terjadi. Vicky duduk sendiri di kursinya. Kala itu Riyu tengah keluar sebentar. Tak lama terdengar bel istirahat kedua berdentang. Vicky segera melangkahkan diri keluar kelas. Kelas Nicky berada tepat di sebelah kelas Vicky, dan paling ujung adalah kelas Ricky.
        “Vick!” teriak Ricky dari arah depan kelasnya.
        Vicky pun menghentikan langkah dan berbalik. Meski banyak siswa yang berhamburan di koridor, tapi Vicky dengan mudah menemukan sosok Nicky yang baru keluar dari kelasnya. Dan di ujung koridor, Vicky melihat Ricky yang tadi memanggilnya, berdiri bersama Nissa. Nicky sendiri begitu melirik sesaat ke Ricky dan Nissa, ia pun berjalan ke arah kelas Vicky. Karena jika ia ingin menuruni tangga, pasti akan melewati depan kelas 3ipa3 itu.
        Ketika berpapasan dengan Vicky dan Riyu yang juga baru muncul, Nicky hanya menyunggingkan senyum dan tetap terus berjalan.
        Sampai ketika Ricky dan Nissa bergabung dengan Vicky yang berdiri bersama Riyu.
        “Nicky kenapa?” Tanya Nissa sambil menatap Vicky. “Berantem lagi sama nih orang.” Nissa menunjuk Ricky dengan lirikan mata.
        “Gitu deh.” Kata Vicky pasrah.
        “Kenapa lagi sih, Rick?” Nissa menuntut penjelasan pada cowok yang juga teman sekelasnya itu.
        “Nanti aku certain, Nis.” Vicky meraih tangan cewek itu dan membawanya pergi dari sana. Cowok itu meninggalkan Ricky bersama Riyu dengan beribu pertanyaan besar.
        “Jadi, bener yang dibilang Rio?”
        Riyu menoleh. “Maksudnya?” pertanyaan Ricky masih mengambang ditelinganya.
        “Kayaknya tuh anak dua udah jadian.” Ricky membalas tatapan Riyu. “Ternyata selama ini Vicky nyimpen rasa ke Nissa.” Kata Ricky sambil melangkah dan diikuti Riyu yang berjalan disampingnya. “Dan tuh anak sukses berat nyembunyiin dari gue dan Nicky.”
        Riyu tertawa pelan. Ia tak habis pikir dengan apa yang akhir-akhir ini terjadi dengan orang-orang disekitarnya.
        Di kejauhan, Riyu dan Ricky menangkap sosok Nicky yang turun dari tangga gedung kelas dua bersama Najwa. Tapi dua cowok ini tetap melanjutkan langkah.
        “Setelah sekian lama, akhirnya Najwa bisa mendapatkan Nicky.” Kata Riyu di sela-sela perjalanan mereka. Kali ini Ricky yang di buat bingung olehnya.
        “Setelah sekian lama?” Ricky mengulangi perkataan Riyu. “Bukannya mereka baru kenal pas Najwa pindah ke sini?”
        “Mungkin kalian lupa kalo pernah ketemu Najwa pas kalian masih kecil. Najwa gak berhenti nyeritain tentang cowok kembar tiga yang baru dia temuin. Tak lama, salah satu dari kalian pun muncul. Ternyata Nicky. Tapi bukan untuk Najwa, melainkan Venda. Najwa kecewa, dan kerap kali bikin berantakan rencana antara Nicky dan Venda.”
        “Kenapa Najwa tega ngelakuin itu ke kakaknya?”
        Riyu tak langsung menjawab. Ia mencari meja kosong. “Bukannya mau niat jahat, tapi Venda mau di deketin Nicky karena dia pengen bikin Kelvin cemburu.” Lanjut Riyu setelah mereka duduk. “Najwa juga dikecewain Venda. Itu alasannya kenapa selalu saja ada kejadian di luar dugaan tiap kali Venda bersama Nicky.”
        “Kelvin? Tapi kenapa…” ucapan Ricky menggantung.
        “Banyak hal yang gak gue dan Najwa ngerti antara Venda, Kelvin dan Nicky juga.” Kata Riyu lalu berdiri.
        Ricky tertegun sesaat. Tak lama Riyu kembali membawakan dua kaleng minuman untuk Ricky dan dirinya.
        “Jadi, Najwa…” Ricky memberi jeda pada ucapannya. “Najwa suka sama… hmm… Nicky?” ia harus kerja keras untuk mengatakan itu.
        “Tepat.” Jawab Riyu singkat. Ia menengguk minumannya. “Dan gue rasa, kayaknya Nicky selama ini salah orang. Yang dia maksud mungkin Najwa, bukan Venda. Karena yang gue liat, Nicky gak begitu frustasi dengan apa yang terjadi pada Venda setelah dia ketemu Najwa. Dan dia gak bisa nutupin kecemburuannya tiap kali Najwa sama cowok lain. Terutama lo, Rick.”
        Ricky hanya menatap hampa kaleng minuman dihadapannya. “Ternyata Nicky yang menemukan Najwa lebih dulu.”
        “Terus, lo sendiri gimana sama Najwa?”
        Ricky memejamkan mata sesaat untuk menenangkan diri. Ia pun menghela napas meski cukup berat. “Nicky memang terlihat menang. Tapi, mereka jadian Cuma pura-pura buat ngejebak peneror sms atas nama Kelvin itu.”
        “Hah?” Riyu sedikit tercengang. “Mereka nggak bener-bener jadian?”
        Ricky mengangguk kecil sambil menenggak minumannya.
        “Ivo gimana? Gue denger lo juga deket sama tuh cewek?”
        “Ivo. Hmm… dia suka sama gue.”
        “Dia nembak lo?” Tanya Riyu terdengar histeris dan tak percaya dengan apa yang baru ia dengar.
        “Nggak.” Ricky menggeleng. “Dia ngaku gitu setelah gue tanya.”
        “Dan lo…?”
        “Gue masih ragu. Dia juga nggak maksa sih. Gue mau ngeyakinin hati Ivo dulu. Gue takut gak pantes buat cewek baik-baik kayak Ivo. Lo tau sendiri gue gimana?”
        “Huh…” Riyu mengacak-ngacak rambutnya. “Kenapa jadi ruwet gini sih?” Keluhnya.

@@@

        Bel pulang baru saja berbunyi. Dan Ricky langsung melesat keluar. Dengan setengah berlari, cowok itu menuju bawah tangga gedung kelas dua. Ia menunggu di sana.
        Ricky melihat Viola melintas. Dan ia yakin, Viola pun juga menyadari keberadaannya. Karena cewek itu sempat berhenti sesaat sebalum akhirnya mempercepat langkah untuk menghindari Ricky. Cowok itu siap mengejar, namun ia segera mengurungkan niatnya dan tetap setia berdiri di sana.
        “Lo ngapain, Rick?” Tanya Nicky yang tiba-tiba muncul dan cukup mengejutkan Ricky.
        “Tenang aja, gue gak lagi nunggu ‘pacar’ lo, kok.” Jawab Ricky dengan memberi sedikit penekanan ketika pengucapkan kata ‘pacar’.
        Tanpa komentar, Nicky meninggalkan Ricky dan menyusuri anak tangga. Ia memaklumi itu, karena wajar Ricky bersikap demikian padanya. Tak lama, Rhea muncul dan melambaikan tangan ke arahnya. Ricky yang bingung, langsung membalikkan badan. Ternyata benar apa yang dipikirkannya, di sana ada Agha yang berdiri sedikit dibelakangnya. Lambaian tangan Rhea untuk Agha. Mereka berlalu di hadapan Ricky tanpa menyadari keberadaan cowok itu.
        Ricky menyandarkan badannya di tembok. Lalu, Soraya pun muncul. “Rick, nunggu siapa?” sapa cewek itu.
        “Temen.” Ricky menjawab singkat.
        “Oke. Gue duluan ya. Riyu udah nunggu.”
        Ricky terpaku dan memperhatikan langkah Soraya yang semakin jauh dilihatnya. Ketika Nicky dan Najwa muncul dari arah tangga, seseorang yang ditunggunya belum kunjung datang juga. Dan sebelum Najwa dan Nicky benar-benar sampai, Ricky memilih meninggalkan tempat itu.
        Ketika di parkiran, Ricky mendapati sosok Vicky yang berjalan menuju mobilnya dan Nissa berjalan sedikit di belakang Vicky. Nissa pun ikut masuk bersama ke dalam mobil Vicky.
        Rhea bersama Agha, Soraya dengan Riyu, Nicky tak sedikitpun melepaskan Najwa, dan terakhir Vicky yang terlihat jalan dengan Nissa. Mereka seolah meninggalkan Ricky dengan dunia baru mereka yang bernama ‘pacar’. Tersisa Ricky seorang diri bersama dua cewek yang sama-sama memendam rasa terhadapnya. Yaitu Ivo dan Viola.
        Ricky menuju mobilnya tanpa berniat meninggalkan sekolah. Ia hanya bersandar di badan mobil. Secara tak sadar, Ricky merogoh saku celananya seolah mencari kotak rokok yang sering dibawanya. Tapi belakangan, bukan kotak rokoklah yang ia simpan di sana, melainkan sekotak permen rasa mint yang pernah Najwa berikan padanya.
Ricky baru sadar kalau ia mati-matian tengah berusaha meninggalkan rokok. Di tatapnya kotak permen yang hanya menyisakan beberapa butir saja. Cowok itu menghela napas cukup panjang. “Udah mau abis aja.” Keluhnya, tapi sama sekali tak mengurangi minatnya terhadap permen itu. Ditenggaknya semua permen tanpa sisa.
“Kak Ricky?”
“Hk…” Ricky tersedak hingga terbatuk-batuk.
Ivo langsung panic. Ia mencari-cari sesuatu, namun tak ditemukannya. Batuk Ricky pun semakin menjadi. Ivo hampir menarik tangan Ricky, namun cepat-cepat ia menyambar tas cowok itu dan menariknya pergi.

@@@

Nicky duduk di atas motornya sambil menunggu Najwa di seberang mini market. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celana. Tapi bukan miliknya, melainkan milik Najwa. Sebuah pesan masuk dari ‘playboy gak penting’. Nicky sedikit mengkerutkan dahi ketika membaca nama kontak pengirim pesan tersebut.

Gue udah tau siapa yang ngirimin lo terror dari sms itu. Temuin gue di café biasa black inject nongkrong.

Seketika Nicky menegakkan badannya. Dilihatnya Najwa yang baru keluar dari mini market tersebut. “Na, cepet kesini.” Teriaknya.
Melihat ada yang aneh dengan ekspresi Nicky, Najwa pun setengah berlari ketika menyebrang. “Apaan sih?”
“Ini siapa?” Tanya Nicky sambil menyodorkan sms tadi.
Najwa meraih ponselnya. “Sms dari Rio.” Najwa menatap Nicky.
“Kita ke sana sekarang.” Ajaknya sambil menyalakan mesin motor dan menyuruh Najwa naik. “Gue bakal ngelindungin lo dari Rio.”
“Tunggu deh, pelaku juga sms tujuh menit yang lalu.” Najwa menahan tangan Nicky lalu menyodorkan ponselnya ke cowok itu.

Lo masih mau main-main? Sumpah gue bakal bikin orang2 di sekitar lo menderita. Termasuk 3twins.

“Akh… stress lama-lama tuh orang.” Gerutu Nicky sambil mengembalikan ponsel Najwa. “Kita harus nemuin Rio.”

@@@

        Ivo membimbing Ricky untuk duduk ketika mereka baru sampai kantin. Lalu cewek itu pergi sebentar dan kembali sambil membawakan sebotol air mineral.
        “Minum dulu kak.”
        Ricky meraih botol dari tangan Ivo masih dengan sedikit terbatuk.
        “Kenapa bisa sampe keselek gitu sih, kak?” tanya Ivo ketika di rasa batuk Ricky cukup reda.
        “Tadi gue lagi makan permen. Kaget aja lo tiba-tiba dateng.” Kata Ricky yang sesekali masih sedikit terbatuk. “Lo kenapa mau bantuin gue?”
        “Kan tadi Cuma ada aku di deket kakak. Yaudah, apa salahnya aku yang bantuin kakak.”
        Ricky tertegun. Itu pertanyaan terbodoh yang pernah ia katakan. “Hmm… Makasih ya, Vo.” Kata Ricky akhirnya.
        “Sama-sama. Yaudah ya, kak. Aku tinggal.” Ivo pun berdiri.
        “Tunggu.” Ricky menahan tangan Ivo, namun segera ia lepaskan. Cowok itu ikut berdiri. “Gue anter pulang ya.”
        “Gak usah kak. Aku naik angkot aja. Duluan ya, kak.” Ivo langsung pergi seolah menghindari tawaran Ricky yang ingin mengantarnya pulang.
        Ricky menyusul langkah Ivo yang setengah berlari. “Kalo lo nolak ajakan gue, berarti lo jahat.” Ricky tetap berusaha.
        “Maksud, kakak?” Tanya Ivo bingung dan masih tetap berjalan.
        “Gue sempet nungguin lo lumayan lama di bawah tangga. Tapi lo nggak nongol-nongol juga.”
        Ricky menunggu Ivo bereaksi. Dan berhasil. Cewek itu menghentikan langkahnya.
        “Kakak nungguin aku?” Ivo hanya ingin memastikan kebenaran kata-kata Ricky yang baru saja dikatakan cowok itu. Dan Ricky hanya mengangguk kecil namun berhasil membuat cewek ini sedikit salah tingkah. “Ada apa, kak?”
        “Vo.” Hanya itu yang dikatakan Ricky. Namun cewek itu tetap sabar menunggu. “Jangan terlalu berharap sama gue, ya.”
        Hati Ivo mencelos mendengar permintaan Ricky. “Kenapa?”
        “Gue gak pantes buat lo.”
        “Cuma gara-gara kakak playboy dan belum bisa ngilangin kebiasaan itu?” Protes Ivo yang membuat Ricky bungkam. “Aku tau, banyak cewek yang mau jadi pacar kakak. Begitu pun dengan aku. Tapi tenang aja. Kalo kak Ricky emang gak bisa nerima aku, aku gak akan ganggu kakak lagi kok. Udah bisa kenal kakak aja aku udah seneng banget.”
        “Tapi gue gak mau lo sakit hati.”
        “Itu resiko suka sama cowok kayak kak Ricky. Kakak tenang aja, aku ikhlas kok. Makasih udah mau kenal sama aku ya, kak.” Kata Ivo dan buru-buru kembali menjauhi Ricky.
        Kali ini Ricky tak berniat mengejar cewek itu. “Vo. Gue gak sebaik yang lo pikirin.” Teriaknya. “Gue juga gak mau lo kecewa sama gue.” Ivo terus melangkah dan langkahnya semakin jauh. “Arrgghh…!!” gerangnya sambil menendang. Meski tak ada benda apa pun yang bisa ia jadikan korban.

@@@

        “Rio, tolong balikin hape gue.” Pinta Viola selembut mungkin. Namun cowok dihadapannya malah memasukkan ponsel Viola ke dalam saku celana seragam sekolahnya.
        “Sstt…!” desis Rio sambil menempelkan salah satu jari telunjuknya ke bibir. Cowok itu masih mengenakan seragam sekolahnya. Begitu pula dengan Viola. “Jangan berisik. Mending lo duduk manis, pesen apa aja yang lo mau. Gue yang traktir.” Kata Rio setengah merayu dengan nada lembut.
        “Viola! Lo janjian sama Rio juga?” tegur seseorang membuat Rio dan Viola langsung menoleh.
        “Aloy.” Kata Rio santai. “Kebetulan lo ada di sini juga.” Ia menunjuk satu kursi di seberangnya, menandakan cowok ini menyuruh Aloy untuk duduk.
        Aloy pun menuruti perkataan Rio. “Kamu gak ada apa-apa sama Rio, kan?” tuduhnya pada Viola yang duduk disampingnya.
        Rio sendiri dapat mendengar ucapan Aloy dengan sangat jelas. Ia pun mengerutkan dahi karena mencurigai sesuatu. “Loy, maksud lo apaan nih nuduh gue ada apa-apa sama Viola? Lo cemburu? Lo suka sama Viola?”
        Aloy pun melirik cewek disampingnya. Viola sesekali menunduk dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain.
        “Najwa…!” Rio berteriak ketika melihat cewek itu muncul di pintu masuk. “Gue di sini.” Ujarnya sambil melambaikan tangan.
        “Bilang sama gue, siapa yang ngelakuin itu?” serang Nicky yang sangat tak sabar. Ia baru menyadari keberadaan Viola dan Aloy bersama Rio. “Dan kenapa ada mereka juga di sini?”
        “Duduk dulu, deh.” Kata Rio sambil bergeser satu bangku di sebelahnya. “Kalian juga bakal tau kenapa mereka ada di sini juga.”
        Najwa langsung duduk begitu Rio menyodorkan ponsel Viola padanya. Nicky pun langsung mengikuti sambil menarik kursi dari meja lain. Rio sendiri sudah menyiapkan bagian yang memang ingin ia tunjukkan ke Najwa pada ponsel itu.
        “Vio! Jadi lo yang selama ini neror Najwa?” bentak Nicky yang emosinya sudah tak bisa di bendung. Viola semakin tertunduk. “Gue gak nyangka ternyata selama ini lo menyimpan sifat jahat.” Sindirnya. “Kenapa lo tega ngelakuin itu ke Najwa? Dia nggak salah apa-apa.”
        Viola akhirnya mendongak. “Siapa bilang Najwa nggak salah apa-apa?” protesnya.
        “Maksudnya?”
        “Najwa udah ngerebut semua cowok yang gue sayang!” ujar Viola dengan cukup keras sambil menatap penuh benci ke Najwa. Tak peduli tatapan orang-orang sekitar.
        “Gimana ceritanya? Gue aja nggak kenal sama kakak.” Balas Najwa yang tak ingin disalahkan.
        Viola tersenyum pahit. Ia pun semakin sinis menatap Najwa. “Lo mau tau?” Viola diam sejenak. “Pertama, lo ngerebut Dylan dari gue. Terus lo ngerebut Rio. Dan setelah lo ngedapetin Nicky, lo mau ngerebut Ricky juga dari gue?”
        “Heh!” Najwa berdiri. Namun tangannya dalam genggaman tangan Nicky. “Gue nggak pernah ngerebut siapapun dari lo. Dan gue jadian sama Rio, itu udah lama setelah lo putus dari dia.”
        Najwa mengakui pernah jadian dengan Rio. Meski status Rio kala itu adalah bahan taruhan Najwa dengan temannya. Rio pun perlahan melirik Najwa. Sesaat ia menemukan setitik kebahagiaan dari cewek itu. Meski rasa sakit yang akhirnya ia rasakan kembali kala mendapati tangan Nicky yang tak lepas dari tangan Najwa untuk menenangkan cewek itu.
        “Kalian kenapa sih?” tanya Aloy yang tak mengerti apa-apa.
        “Nggak usah sok polos.” Kata Najwa tak kalah sinisnya. “Aku nggak nyangka kalau kak Aloy juga terlibat di sini.” Cewek itu masih berdiri.
        “Viola neror Najwa. Dan hampir semua beritanya datang dari lo.” Nicky membela.
        “Berita tentang keberadaan Najwa?” ALoy ingin memastikan.
        Tak ada yang menjawab atau pun mengangguk, namun diamnya Najwa, Nicky dan Rio membenarkan pertanyaan Aloy.
        Rio menatap penuh benci ke Viola. “Dan brengseknya nih cewek…” cowok ini menunjuk Viola menggunakan dagu. “…pake nama abang gue yang gak tau apa-apa.”
        Nicky menyodorkan ponsel Viola ke Aloy karena dilihatnya cowok itu masih cukup bingung. Aloy pun cukup terbelalak membaca pesan-pesan itu dan berusaha menjauhkan handphone dari tangan Viola yang mulai berusaha merebut.
        “Sumpah demi apapun, Na. Gue gak tau apa-apa tentang sms ini. Dan gue juga minta maaf ke lo.” Ucap Aloy sungguh-sungguh. Ia menoleh ke Viola. “Gue nggak nyangka, Vi. Lo bilang ini permintaan ka Venda yang minta tolong lo buat ngawasin Najwa. Ternyata gue diperalat untuk membalaskan dendam pribadi lo.”
        Najwa yang semula sudah kembali duduk, kini kembali berdiri. Dan Nicky kembali meraih tangan Najwa. “Lo bawa nama kak Venda juga?”
        Viola menatap Aloy. “Kita putus.” Ucapnya, lalu bangkit dan bersiap untuk pergi. “Brengsek lo semua!” Makinya. Namun sebelum sempat melangkah, Aloy berhasil menangkap tangan Viola.
        Aloy pun ikut berdiri. “Mau kemana lo?” tegurnya.
        “Apa urusan lo? Masih belum jelas dengan yang gue bilang tadi?” Viola terdengar menantang.
         “Gue nggak mau lo bilang putus.” Aloy memprotes. Dan protes dari cowok ini membuat Nicky, Najwa dan Rio saling tukar pandang. Mereka tak percaya, setelah ketahuan diperalat, Aloy nggak mau Viola mutusin dirinya.
        “Kenapa?” Tanya Viola dengan tatapan merendahkan Aloy. “Lo gak bisa lepas dari pesona gue, ya?”
        Meski tak terlalu ditunjukkan, tapi Aloy memang menertawakan Viola yang memuji diri sendiri. “Nggak usah sok berlagak primadona! Gue bukannya nggak mau putus dari lo. Tapi gue Cuma nggak mau lo yang bilang putus.”
        Nicky, Najwa dan Rio tampak menahan tawa mereka.
        “Masih belum jelas dengan yang gue bilang tadi?” Balas Aloy yang mengikuti perkataan Viola sebelumnya. “Gue mau gue yang bilang putus.”
        “Lo nggak akan tega.” Viola tetap tak ingin terlihat kalah.
        “Kata siapa?” Aloy menantang. “Ki-ta pu-tus!” ujar Aloy perlahan. Ia ingin berkata dengan sangat jelas.
        “Tega lo ya.”
        “Lo sendiri aja bisa tega ke gue. Kenapa gue nggak?”
        Viola menghentakkan kakinya dan pergi dengan membawa rasa malu yang sangat dalam.
        Nicky, Najwa dan Rio pun akhirnya bisa tertawa lepas.
        Aloy kembali duduk. “Makasih ya kalian udah ngungkapin kebenaran ke gue.” Kata Aloy yang sontak membuat suasana menjadi hening.
        “Semua berkat kak Rio.” Kata Najwa merendah.
        “Kalau udah saatnya, kebenaran pasti akan terungkap.” Kata Rio kemudian berdiri. “Gue tinggal ya.” Pamitnya lalu pergi tanpa menunggu siapapun meresponnya.
        “Sekali lagi gue minta maaf ya sama kalian.” Ujar Aloy tak lama setelah Rio pergi. “Gue juga nggak bisa lama-lama di sini sama kalian.” Aloy pun berdiri dan diikuti Najwa juga Nicky.
        “Bukan salah lo.” Nicky sedikit menepuk pundak ALoy sebelum cowok itu meninggalkannya bersama Najwa.

@@@

        Ricky berdiri di sebuah gerbang perumahan masih dengan seragam sekolah yang hari ini ia kenakan. Cowok ini pun menegakkan badan ketika melihat Ivo menuruni angkot yang ditumpanginya.
        “Kok kakak ada di sini?” Tegur Ivo yang sedikit terkejut mendapati kakak kelasnya itu berdiri di sana.
        “Gue mau mastiin lo sampai rumah dengan selamat.”
        Ivo sama sekali tak terpengaruh dengan perkataan Ricky yang bisa membuat meleleh cewek mana pun yang mendengarnya. Cewek ini tetap terus melangkah. Ricky pun terang-terangan mengikuti Ivo dengan berjalan tepat di samping cewek itu.
        Mereka berjalan tanpa sepatah kata pun. Begitu sampai depan gang, Ricky berhenti. Sontak, Ivo pun ikut berhenti.
        “Gue liatin lo dari sini.” Ujar Ricky.
        Begitu sadar, Ivo pun langsung meneruskan langkahnya yang sempat terhenti tanpa pamit sedikit pun ke Ricky. Ia juga mati-matian menahan diri untuk tak menengok ke belakang.
        Ricky menunggu hingga Ivo berbelok ke rumahnya dan berharap Ivo menoleh untuk sekedar mengetahui keberadaannya. Namun semua yang diharapkannya hanya lah khayalan belaka. Cewek itu berhasil menahan diri atas keberadaannya. Ricky tak ingin semakin kecewa. Ia cepat-cepat pergi dari sana.
Namun kekecewaan justru terjadi pada diri Ivo. Karena ketika  kembali ke luar rumah, ia tak menemukan sosok Ricky di sana.

@@@

        Najwa dan Nicky masih di café tadi tempat mereka bertemu dengan Rio, Viola dan Aloy.
        “Misteri tentang si pelaku akhirnya sudah terungkap.” Kata Nicky.
        “Dan kita juga harus mengakhiri sandiwara ini.” Balas Najwa sambil melirik cowok disampingnya.
        “Ngapain juga harus diakhiri? Kita bisa tetep pacaran.”
        “Yakin?” Najwa menantang.
        Nicky menoleh. “Kenapa harus nggak yakin?” balasnya.
        “Apa setelah lo tau kalau gue dalang di balik berantakannya acara date lo sama ka Venda selama ini, lo masih yakin untuk tetap pacaran sama gue?”
        “Hah?” Nicky terkejut. “Jadi lo yang selama ini…” Cowok ini menggantungkan kata-katanya.
        “Iya.” Sambar Najwa yang seolah tau dengan apa yang dipikirin Najwa.
        “Atas dasar apa? Kalau emang lo suka sama gue, kenapa lo nggak keliatan cemburu tiap gue sama Venda?”
        “Gue emang tertarik sama salah satu antara kalian sejak pertama kali ketemu.” Kata Najwa lembut dan tanpa beban. “Tapi apa gue tau, kalo orang itu adalah kak Nicky? Bisa jadi malah kak Ricky atau mungkin kak Vicky.”
        Nicky diam. “Terus, kenapa lo ngelakuin itu? Venda kakak lo juga.” Protesnya.
        “Kak Venda nggak bener-bener suka sama lo. Dia mau deket sama lo Cuma buat Kelvin cemburu.”
        Nicky semakin bingung. “Untuk apa?”
        “Mereka memang jadi nikah, tapi bukan karena kak Venda hamil. Kak Kelvin gak pernah ngelakuin hal gila seperti apa yang lo bayangin.”
        Semua semakin mengejutkan. Tak ada yang dapat Nicky gambarkan tentang perasaannya saat ini. Semuanya berantakan. Cowok ini diam sesaat. Ia pun menghela napas yang sempat terasa sesak mendapati dirinya hanya jadi pelarian dari seorang cewek yang sempat dikejarnya.
        Nicky menatap Najwa dalam-dalam. “Lalu, atas dasar apa lo berusaha nyelametin gue dari jurangnya Venda? Bahkan lo sendiri aja gak tau gue siapa? Kalo nyatanya gue bukan cowok yang lo maksud, apa untungnya buat lo?” kata Nicky dengan tatapan menusuk. Ia tak ingin diremehkan.
        Najwa tersenyum pahit. Ia pun membalas tatapan Nicky. Tak kalah menusuk.
        “Berarti lo udah kenal gue sebelumnya meski gue gak begitu ngenalin wajah lo?”
        “Kak Venda gak pernah nyebut nama lo, apa lagi untuk cerita. Dia Cuma bilang kalau cowok yang lagi ngedeketin dia adalah cowok yang akan dia jadikan alat untuk dia bisa balik dengan kak Kelvin. Jadi, gue gak pernah tau kalau lo itu Nicky. Dan kenapa gue mau repot-repot nolongin orang yang belum tentu juga cowok yang gue suka seperti apa yang lo bilang tadi? Itu karena gue gak mau ada cowok lain lagi yang di sakitin kak Venda. Dia nggak sebaik yang lo pikirin.” Ujar Najwa panjang lebar.
        Perasaan Nicky semakin hancur mendapati Najwa merendahkan kakaknya sendiri, yang tak lain adalah seseorang yang juga pernah ada di hatinya. “Cukup, Na!” Nicky berdiri. “Lo nggak sadar, apa? Venda kakak lo sendiri.”
        Najwa yang merasa tertantang pun ikut berdiri. “Itu kenyataan. Lagian, gue udah nggak peduli siapa pun orang yang gue maksud itu. Yang ada di depan mata gue tuh lo, kak Nicky.” Kata Najwa tegas. Ia juga sudah tak bisa membendung lagi apa yang selama ini tersimpan di hatinya.
“Selama ini yang selalu ada di samping gue adalah kak Nicky. Bukan kak Ricky, apa lagi kak Vicky. Walau terkadang lo sedikit memaksa. Lo menghalalkan segala cara agar gue tetep di samping lo. Apa itu bisa menjamin gue gak bisa suka sama lo. Meski lo ngelakuin itu karena permintaan kak Venda. Kalau memang karena itu, harusnya lo gak perlu peduliin. Kita nggak saling kenal. Dan nggak ada untungnya juga buat lo.” Najwa seolah membalas perkataan Nicky.
Cowok itu masih bungkam.
“Gue bukan anak kecil yang harus dijagain dengan ketat. Gue juga bukan anak presiden yang keberadaannya selalu jadi incaran teroris. Gue Cuma anak SMA biasa. Yang hanya cukup diawasin dari jauh. Seperti apa yang dilakuin Riyu selama ini.”
“Jadi, apa yang gue lakuin selama ini ke lo, itu Cuma sia-sia?” tanya Nicky masih menatap cewek itu.
“Iya.” Kata Najwa singkat.
‘Ternyata yang gue lakuin semua sia-sia?’ gumam Nicky dalam hati. ‘Kalu memang seperti ini kenyataannya, seharusnya dari awal Ricky terima tawaran untuk jadi gue.’ Keluhnya. Jawaban Najwa benar-benar di luar dugaan.
“Semua memang sangat sia-sia kalau lo ngelakuin itu atas nama kak Venda. Karena lo nggak akan mendapat apa-apa dari kakak gue yang satu itu.” Lanjut Najwa. Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tas. Sebuah jam tangan sport yang di domonasi dengan warna biru. “Hanya ini yang tersisa dari orang itu. Tapi tetap nggak bisa ngungkapin apa-apa.” Najwa meletakkan jam itu di atas meja. Kemudian ia menyambar tasnya dan pergi meninggalkan Nicky.
Nicky jatuh terduduk di kursi café. Ia sama sekali tak berniat mengejar Najwa. Pikirannya cukup kacau untuk saat ini. Diraihnya jam yang ditinggalkan Najwa itu dengan dua tangan. Ia rengkuh dalam genggamannya.

@@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar