Kamis, 21 Februari 2013

EUNHYUKJAE (part 1)


Author              : Annisa Pamungkas
Main Cast  : Hyukjae, Eunhyuk, Sungmin, Leeteuk, Heechul, Jinki
Original cast     : Haesa, Eun Gee, Minjung
Genre       : romance, tragedy
Length      : part (1/2)

@@@

        Telah terjadi kecelakaan di sebuah jalan tol. Sebuah mini bus kehilangan kendali dan menabrak pagar pembatas jalan sebelum akhirnya masuk ke dalam jurang. Tidak ada satupun korban yang berhasil selamat dalam kecelakaan tersebut. Hingga saat ini polisi masih menyelidiki penyebab terjadinya kecelakaan.

@@@

Hyukjae POV

        Ku tatap pantulan diriku yang berbalut stelan jas di cermin. Pakaian ini yang akan ku kenakan di hari pernikahanku besok. Ya, besok aku akan menikah. Dengan sahabatku sejak sekolah menengah, Eun Gee. Kita memang bersahabat, tapi kita tidak saling mencintai. Aku memiliki kekasih, begitu pun dengan Eun Gee.
        Kenapa kalian tidak menikah dengan kekasih kalian? Pertanyaan bagus. Harusnya memang seperti itu. Sebenarnya esok akan menjadi pernikahanku dengan Minjung, kekasih yang sudah aku pacari hampir dua tahun. Namun takdir berkata lain. Saat itu Minjung dalam perjalanan pulang dari rumah kakek dan neneknya. Kecelakaan bus seminggu yang lalu telah merenggut nyawa Minjung dari sisiku.
        Pernikahan sama sekali tidak bisa di batalkan. Dan yang harus menjadi tumbalnya adalah Eun Gee. Karena orang tua kami cukup dekat, hingga membuat kami tidak bisa menolak. Dua buah pintu terbuka hampir bersamaan. Satu dari dalam ruang ganti, dan satu lagi dari arah luar ruangan ini. Eun Gee muncul dari dalam ruang ganti dan mengenakan gaun putih indah yang akan ia kenakan di hari pernikahan kami esok.
        Kalau seperti ini jadinya, aku lebih memilih mati dari pada harus menikahi Eun Gee. Kalian tau siapa pria yang muncul dari pintu yang satu lagi? Dia Sungmin. Sahabatku dari kecil. Dan dia adalah kekasih Eun Gee. Dia juga kakak dari calon istriku, Minjung. Semakin besar saja dosaku padanya. Maafkan aku Sungmin.
        Aku melepas dengan paksa jas yang melekat dari tubuhku dan ku lempar sembarangan ke sofa. “Kenapa tidak kau bunuh saja diriku, Sungmin?” pintaku sambil melangkah mendekati Sungmin. Aku juga melepaskan kancing yang berada di lengan kemeja yang ku gunakan dan menggulungnya.
        “Aku memang sudah berniat melakukan itu.” Kata Sungmin tajam. Tapi sedetik kemudian, ia tersenyum menandakan ia tak sungguh-sungguh dengan ucapannya.
        Eun Gee menggenggam tangan ku dan Sungmin dengan kedua tangannya. Sepertinya ada yang ingin ia katakan. Aku menunggu, sampai akhirnya ia tak sanggup mengatakan apapun hingga Sungmin menarik Eun Gee yang menangis ke dalam pelukannya.
        Aku mengusap kepala Eun Gee yang masih bersandar pada Sungmin dengan lembut. “Setelah menikah aku janji tidak akan menyentuhmu. Dan segera mencari cara agar kita bisa bercerai.” Kataku membuat Sungmin dan Eun Gee menatap heran padaku. Dan aku hanya tersenyum menanggapinya.

@@@

Eun Gee POV

        Aku bersiap memasuki Gereja tempat aku akan mengikrarkan janji suci pernikahan dengan Hyukjae. Seperti yang kalian ketahui, Hyukjae adalah sahabatku. Dan tak bisa ku bayangkan jika melihat Sungmin berada di barisan tamu undangan lalu memberikan ucapan selamat untuk ku dan Hyukjae. Aku berhenti tepat di depan pintu masuk Gereja untuk menunggu ayahku. Tatapan ku mengedar ke sekeliling. Suasananya sedikit sepi karena para tamu sudah memenuhi Gereja.
        Pandanganku mengarah ke seberang dan berhenti pada seorang pemuda yang mengenakan stelan jas yang kemarin dipakai Hyukjae ketika mencoba pakaian pernikahan kami. Apa aku tidak salah lihat? Astaga! Itu benar-benar Hyukjae. Ia melambaikan tangan padaku seperti sedang berpamitan. Dan wajahnya terlihat sangat lega seperti telah melakukan sesuatu yang membahagiakan orang lain.
        “Kau sudah siap sayang?” tegur ayahku, dah aku hanya mengangguk sedikit.
        Sebelum memasuki Gereja, aku menoleh sekali lagi ke belakang. Sosok Hyukjae sudah tidak terlihat. Apa yang baru saja ia lakukan? Kalau Hyukjae tidak menungguku di dalam? Kenapa suasana begitu tenang seolah tidak terjadi apa-apa?

@@@

Hyukjae POV

      Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh menggunakan kereta bawah tanah, akhirnya aku sampai di sebuah daerah yang berada di pinggir kota. Aku menelusuri jalan yang ramai siang itu. Di sini cukup panas. Dan aku baru menyadari masih mengenakan stelan jas yang sama ketika kabur dari Gereja tadi. Ku buka jas ku dan ku sampirkan di tangan. Karena ransel yang kubawa tidak cukup untuk menampung jas tersebut. Oiya, ransel dan isinya telah disiapkan oleh Leeteuk, kakakku yang tadi membantu aksi kabur ku dari pernikahan ku sendiri. Sebenarnya Leeteuk kakak tiriku. Ayahku menikah dengan ibunya Leeteuk. Namun karena telah bersama sejak kecil, kedekatan kami selayaknya sodara kandung.
        Aku sempat istirahat sebentar di sebuah taman setelah hampir satu jam aku berjalan kaki. Lalu melanjutkan perjalanan. Kota ini cukup indah meski gedung-gedungnya tak setinggi dan semewah di kota tempat tinggalku. Tapi aku cukup menikmati.
        Sekarang aku baru saja keluar dari sebuah bank untuk memindahkan isi tabunganku. Kalau masih memakai buku yang lama, bisa-bisa keberadaanku dapat terlacak dengan cepat oleh ayahku.
        Bahagianya. Seperti memulai sebuah babak baru dalam hidup. Aku kembali berjalan. Hari ini aku berniat hanya mencari kamar atau apapun itu yang bisa aku sewa sebagai tempat tinggalku dan barulah besok aku akan mencari pekerjaan. Sebenarnya tabungan yang ku punya bisa untuk biaya hidupku selama setengah tahun. Tapi tidak mungkin aku hanya berdiam diri di rumah, kan?
        Cukup sulit mencari tempat yang bisa di sewakan. Tapi aku tetap akan mencari. Sampai akhirnya aku mendapati sebuah Gereja yang berdiri megah di hadapanku. Aku tersenyum geli karena teringat dengan pernikahanku yang ku rusak sendiri. Sudahlah, aku tak ingin berlama-lama di sana. Ketika aku berbalik, seorang wanita berbalut gaun pengantin memelukku. Astaga! Kenapa aku masih saja di hantui dengan bayang-bayang pernikahan? Apa Eun Gee tidak bahagia karena ku? Tapi aku tak bisa menghubungi temanku itu karena aku pergi tanpa membawa ponsel.
        “Aku tau kau tak akan meninggalkan ku.” Kata wanita yang memelukku sambil menangis. “Aku tau kau akan kembali, Hyukkie.” Lanjutnya yang masih terisak.
Hyukkie? Dari mana ia tau namaku? Tunggu dulu. Suara itu? Kenapa mirip sekali dengan suara Minjung? Perlahan aku menarik tubuhnya menjauhi tubuhku agar aku bisa melihat wajahnya.
        “Astaga! Minjung? Kau?” tanyaku syok. Karena gadis itu adalah Minjung.
        “Minjung?” gadis itu menatapku bingung dengan mata yang masih basah.

@@@

Heechul POV

        Aku mencari-cari adikku, Haesa. Dan aku terkejut ketika mendapati Haesa memeluk seorang pria lain. Segera aku mendekati mereka. Ku lihat pria itu menjauhkan tubuh Haesa yang memeluknya. Dan wajah pria itu semakin jelas di mataku. Astaga! Eunhyuk? Tak mungkin itu dia? Tapi itu benar wajah Eunhyuk. Aku tak mungkin salah mengenali.
        “Eunhyuk?” tegurku sambil memandangnya intens.
        “Siapa Eunhyuk?” Tanya pria itu tak kalah heran dengan ku. Lalu ia menatap Haesa. “Dan kau siapa?”
        “Hyukkie… aku Haesa. Apa kau tak mengenaliku? Kita akan menikah hari ini. Ayo kita ke Gereja.”
        Aku sadar pria itu bukan Eunhyuk. Dan betapa hancurnya hatiku ketika mendengar Haesa berkata seperti itu. Aku terbelalak melihat Haesa menarik tangan pria itu.

@@@

Hyukjae POV

        “Hyukkie… aku Haesa. Apa kau tak mengenaliku? Kita akan menikah hari ini. Ayo kita ke Gereja.” Gadis itu menarik tanganku. Apa-apaan ini? Tapi kenapa aku tak bisa menolak? Jelas-jelas gadis ini memang bukan Minjung. Karena aku memang telah mengikhlaskan Minjung pergi untuk selama-lamanya dari hidupku. Atau karena ia memanggilku dengan sebutan ‘Hyukkie’ seperti yang selama ini Minjung gunakan untuk menyebut namaku?
        Aku mengganti stelan jasku dengan yang baru. Satu kata yang tidak bisa terlepas dari diriku hari ini, yaitu ‘pernikahan’. Dan apa yang aku lakukan? Apa aku akan benar-benar menikah hari ini? Dengan seseorang yang baru saja aku kenal. Di saksikan dengan orang-orang yang juga tak aku kenal. Tapi kenapa aku sama sekali tak ingin pergi dari ruangan ini? Lalu pintu terbuka, dan pria yang tadi memanggilku ‘Eunhyuk’ pun masuk. Kami duduk berhadapan.
        “Siapa, kau?” Tanya pria itu yang mengaku bernama Heechul.
        “Aku Lee Hyukjae. Aku baru datang dari kota.” Kataku jujur.
        “Tapi kenapa kau tak menolak dan pergi saja dari sini?”
        Itu memang yang ingin ku lakukan. Tapi seperti yang ku bilang tadi, aku tak bisa. “Entahlah.” Aku menggeleng.
        Heechul menatap kosong ke arah lain. “Hari ini Haesa harusnya menikah dengan kekasihnya. Tapi itu tidak mungkin. Eunhyuk meninggal seminggu yang lalu dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Bus yang ditumpanginya masuk ke dalam jurang.” Ia merogoh lalu mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya. Sebuah foto yang membuat mataku membulat seketika.
        Deg! Apa yang sebenarnya terjadi hari ini. Kenapa aku dan Haesa mengalami nasib yang sama? Dan orang dalam foto itu… kenapa Heechul menyimpan fotoku bersama Minjung.
        “Ini foto Haesa dan Eunhyuk.” Jelasnya seolah tau apa yang ku pikirkan.
        Aku pun melakukan hal yang sama dengan mengeluarkan sebuah foto dari dalam ransel. Ekspresi yang ditunjukkan Heechul pun ketika melihat fotoku bersama Minjung ini sama seperti ku tadi.
Semua ini memang sangat aneh. Wajah ku dan Eunhyuk sangat mirip. Dan kami mencintai wanita berbeda namun memiliki wajah yang mirip juga. Bahkan kami merencanakan pernikahan di tanggal yang sama. Hanya saja aku yang ditinggalkan oleh Minjung, namun Eunhyuk lah yang meninggalkan Haesa.
        “Ini Minjung. Kami harusnya menikah hari ini. Tapi Minjung meninggalkanku untuk selamanya dalam sebuah kecelakaan. Bus yang ditumpanginya masuk ke dalam jurang.” Jelasku yang semakin membuatnya syok.
        Lalu aku menceritakan bagaimana ketika aku terpaksa menikah dengan wanita yang tidak ku cintai sampai akhirnya aku kabur dari acara pernikahanku.

@@@

Heechul POV
     
Ini sebuah kebetulan yang membingungkan. Pria dihadapanku ini memang tidak sedang mempermainkanku. Karena aku lah yang menjemput jenazah Eunhyuk dari rumah sakit. Jadi, Eunhyuk memang tidak mungkin mengerjaiku dengan mengaku sebagai Hyukjae.
“Aku sangat sedih karena Haesa tak ingin membatalkan hari bahagianya ini. Dia begitu yakin bahwa Eunhyuknya akan kembali. Tapi itu tidak mungkin.” Akupun berkata dengan mata yang mulai berair. Aku menjatuhkan harga diriku dengan berlutut di hadapan Hyukjae. “Ku mohon tolong menikahlah dengan adikku.” Yang ku fikirkan saat ini hanyalah kebahagiaan Haesa.
        Hyukjae yang terkejut, sontak memegang pundakku dan memaksaku untuk berdiri. “Jangan bersikap seperti itu.”
        “Aku tak tau lagi apa yang harus ku perbuat.” Akupun tak kuasa menahan air mataku. “Tapi aku janji, setelah acara ini selesai, kau boleh pergi.” Kataku untuk meyakinkannya.
        Anggukan Hyukjae menjadi saat-saat bahagia untukku.

@@@

Hyukjae POV

        Aku kembali ke ruang ganti. Semua berjalan lancar. Pernikahan hanya dihadiri keluarga dan kerabat terdekat saja. Aku kembali teringat seorang wanita yang menangis sambil memelukku. Ada perasaan aneh kala itu. Wanita yang selama ini ku panggil ibu memang bukan ibu kandungku. Tapi wanita tadi? Kenapa rasanya aku seperti memiliki kontak batin dengannya?
        Aku membaringkan diri di sofa. Tak lama, terdengar suara langkah kaki masuk ke ruangan ini.
        “Maaf, siapapun kau, aku sangat berterima kasih untuk hari ini.”
Aku langsung bangkit mendengar gadis, ah maksudku istriku yang berbicara. Aku terpaku melihatnya. Sadarlah Hyukjae, walau dia istrimu, tapi dia bukan Minjung, bukan juga cinta sejatimu. Kalian hanya dua orang tidak saling kenal yang memiliki kisah sama dan tanpa sengaja ditakdirkan untuk bertemu.
        “Kau boleh pergi sekarang.” Katanya sambil memberikan ponselnya padaku. “Tulis nomor hapemu, dan aku akan segera menghubungimu setelah mengurus surat perceraian kita.”
        Aku menggeleng. “Tidak ada.”
        Dia berjalan ke sudut ruangan. Dan aku melihat Heechul berdiri mengawasi kami dari ambang pintu. Tak lama Haesa kembali dan menyodorkan sebuah kartu nama padaku.
        “Kalau gitu, kau hubungi ku segera.” Ujar Haesa yang seperti tak ingin berlama-lama lagi di ruangan ini. Ia pun pergi begitu saja.
        Aku pun harus segera pergi dari sini. Ku buka jas ku, lalu ku sambar ranselku dan pergi dari sana. Ternyata Heechul masih berdiri seperti tadi. Aku pun berhenti tepat di hadapannya.
        “Aku bukan tak suka kau menikah dengan adikku. Namun yang ku sesali, Haesa seperti mempermainkanmu saat ini. Kata maaf saja menurutku tidak cukup atas perlakuan adikku padamu.”
        Aku tersenyum untuk menghilangkan rasa bersalah Heechul padaku. “Ku rasa ini bukan salah Haesa. Tapi karma karena aku pun meninggalkan acara pernikahanku.”
        “Kalau begitu…” ku lihat Heechul membuka dompetnya dan mengeluarkan selembar kartu nama yang langsung ia berikan padaku. “…kau terima ini. Kalau terjadi sesuatu selama kau tinggal di sini, kau bisa segera mencari bantuan padaku.”
        Aku menghela napas kelegaan. Tak ku sangka aku bertemu dengan orang baik seperti Heechul di hari pertamaku meninggalkan rumah.
        Heechul seperti menertawai sesuatu. “Astaga! Betapa anehnya aku bicara padamu.” Aku menatapnya bingung. “Aku dan Eunhyuk selayaknya teman. Kita selalu bicara informal.”
        “Kalau begitu, mulai saat ini anggap aku temanmu juga. Dan teman pasti akan dengan senang hati membantu temannya, bukan?”
        Tak ku sangka Heechul meresponku sebaik itu. “Apa yang bisa ku lakukan untukmu?” tawarnya.
        “Kalau ada orang yang bertanya tentang diriku, yakinkan mereka kalau aku adalah Hyukjae, bukan Eunhyuk yang mereka kenal.” Pintaku.
        “Akan kulakukan itu untukmu.”
        Aku tersenyum lega. “Dan satu hal lagi. Aku butuh tempat tinggal. Bisa bantu aku mencarikannya?”
        “Ayo ikut aku.” Ajaknya.

@@@

        Sudah seminggu setelah aku menikah dengan Haesa. Namun aku masih belum ingin menghubunginya. Karena ia pasti akan memaksa bertemu untuk menandatangani surat perceraian kita. Bukankah perjanjiannya memang seperti itu? Tapi kenapa aku tak ingin berpisah dengannya?
        Aku telah bekerja di sebuah café tak jauh dari apartmen sederhana yang dicarikan Heechul untukku waktu itu. Kantor Haesa lumayan dekat dari café tempatku bekerja. Tiap sore, jadwal pulangku dan Haesa selalu berbarengan. Aku sering memperhatikannya diam-diam. Kebiasaannya setelah pulang bekerja adalah mampir ke taman, memperhatikan bahkan mengajak anak-anak kecil di sana bermain. Dan aku sangat senang melihat senyumnya. Seperti melihat Minjungku hidup kembali.
        Ini sudah memasuki minggu ke empat aku menjadi stalker istriku sendiri. Ya, Haesa masih istriku. Kami belum bercerai karena aku belum menghubungi ataupun memunculkan diri di hadapannya. Itu artinya, Haesa tidak bisa memaksaku menandatangi surat cerai yang ku yakin sudah diurusnya sejak lama.
        Saatnya aku pulang. Setelah mengganti seragam, aku segera pulang. Untuk melihat Haesa juga sebenarnya. Dan sepertinya, rencana ku hari ini akan gagal. Karena ku lihat Heechul masuk ke dalam café, lalu ia mengajakku ke sebuah meja. Kami duduk dekat jendela. Dan saat itu pula, aku melihat Haesa melintas dari kejauhan.
        “Kenapa kau tak menghubungi Haesa?” tegurnya mengalihkan tatapanku.
        “Aku akan menemui Haesa dan menandatangani surat cerai kami hari ini juga.” Kataku frustasi lalu berdiri. Namun Heechul menahanku untuk duduk kembali.
        “Aku hanya bertanya, bukan memaksamu.” Aku tak bisa membalas kata-katanya. “Kalau aku ingin kau segera bercerai dengan Haesa, sudah sejak lama aku datang ke apartmen mu dan memaksamu menandatangani surat cerai saat itu juga.”
        Heechul benar. Aku semakin bingung sekarang.

@@@

        Aku berjalan menuju tempat tinggalku. Namun perkataan Heechul barusan masih menghantui pikiranku. Dia bilang besok Haesa akan ke luar kota. Dan kota tersebut adalah tempat tinggalku sebelumnya. Tempat aku bertemu hingga berpisah dengan Minjung. Dengan kesal aku menendang benda yang berada dekat dengan kakiku. Tadinya ku pikir itu hanya kaleng minuman yang sudah kosong. Namun rasanya berbeda. Setelah aku menunduk, ternyata sebuah dompet. Aku memungutnya lalu melihat kesekeliling. Tidak ada siapa-siapa.
Lalu kuputuskan untuk membukanya hanya untuk melihat identitas pemilik. Karena aku berniat untuk mengembalikannya. Hal pertama yang menarik perhatianku adalah sebuah foto. Astaga! Itu wanita yang pernah memelukku saat pernikahanku dengan Haesa yang ku yakini itu adalah ibunya Eunhyuk.
        Aku mencari lebih dalam. Bukannya tidak sopan. Aku hanya ingin mencari tau alamat wanita itu. Namun yang langsung ku temukan adalah selembar foto yang membuat dadaku sesak seketika. Foto wanita itu ketika masih muda, ia menggendong seorang anak laki-laki sekitar umur 1 tahun, dan disampingnya berdiri seorang pria yang ku yakini adalah suaminya yang juga menggendong anak laki-laki yang sama. Anak mereka kembar. Dan pria itu adalah ayahku. Aku ingat, aku juga memiliki foto yang sama, namun yang ku punya hanya bagianku dan ayah.
        Jadi, wanita itu… ibuku? Astaga! Kenyataan apa lagi ini? Kurasakan kakiku lemas seketika. Namun aku harus tetap mencari rumah wanita itu saat ini juga.
        Aku sempat bertanya kepada orang-orang yang ku temui di jalan. Ternyata rumah itu tidak jauh dari tempat aku menemukan dompet. Kenapa tak terfikirkan olehku sebelumnya? Dan kenapa ayah seolah menyembunyikan keberadaan kembaranku? Bahkan tuhanpun sepertinya tak mengizinkan ku bertemu dengan Eunhyuk.
        Dapat. Dan aku semakin gugup ketika menekan bel rumah yang tadi ku cari-cari. Kurasakan seseorang membuka pintu dari dalam. Jantungku seakan berhenti berdetak. Aku akan bertemu dengan ibu kandungku?
        “Siapa?” wanita itu langsung terpaku melihatku. Badanku pun menegang seketika. “Hyukkie?” panggilnya.
        “Aku ingin mengembalikan dompet anda.” Kataku kemudian sambil menyodorkan dompet yang kutemukan. Wanita itu diam seketika. Sepertinya ia memang menyadari bahwa aku bukanlah Eunhyuk seperti yang ia harapkan. Namun aku langsung merutuki kebodohanku. Kenapa aku bersikap seperti itu?
        Betapa bahagianya diriku ketika ibuku tersenyum menerima dompetnya. Apa aku akan segera diizinkan pulang. Kumohon, persilahkan aku masuk. Aku ingin bicara banyak denganmu ibu…
        “Masuklah. Aku baru saja selesai masak.” Ajaknya.
        Benarkah yang aku dengar? Aku tak menyia-nyiakannya dan langsung mengikuti kemanapun ia pergi. Kami duduk berhadapan di meja makan. Rumah ini sungguh sepi. Apa ia tinggal sendiri? Apa ia tidak menikah lagi setelah berpisah dengan ayahku?
        “Makanlah dulu.” Katanya sambil menyendokkan beberapa menu makanan ke dalam piringku.
        Rasanya aku ingin sekali menangis mendapati perlakuannya terhadapku. Aku berdosa karena tidak mencarinya selama ini. Berdosa karena selama ini aku hanya menganggap ibunya Leeteuklah sebagai ibuku satu-satunya. Dan diriku semakin merasa berdosa karena tidak pernah mengunjunginya lagi setelah pernikahanku dengan Haesa.
        “Setelah berpisah dengan suamiku, aku pindah ke sini bersama Eunhyuk.” Ia mulai bercerita, dan aku sedikit menghentikan aktivitas makanku. “Kami hanya tinggal berdua karena aku tidak menikah lagi saat itu. Sampai akhirnya Hyukkie meninggalkanku terlebih dulu.” Namun ia masih berusaha tersenyum di tengah ceritanya. “Saat pertama kali aku bertemu denganmu, aku sangat bahagia seperti Eunhyuk telah kembali. Tapi aku sadar, bahwa kau bukan Hyukkieku.”
        Aku bangkit dan berlutut di hadapannya. Air matanya mengalir ketika aku menggenggam kedua tangannya. “Apa kau akan bahagia kalau aku berkata bahwa aku adalah Lee Hyukjae, putra dari tuan Lee Jinki?” lalu aku mengeluarkan selembar foto dari saku jaketku. Foto ayah yang sedang menggendongku waktu aku kecil. Foto yang sama seperti yang dimiliki wanita di hadapanku.
        Air mata ibuku semakin deras kala meraih foto yang ku tunjukkan. Lalu, ia pun memelukku sekuat mungkin seolah tak akan membiarkan aku pergi lagi dari hidupnya.

@@@

Heechul POV

      Aku menuju taman tempat Hyukjae menunggu. Ada apa ia ingin bertemu denganku malam-malam begini. Seolah tidak ada hari esok saja.
        “Apa penting sekali kau ingin bertemu denganku?” keluhku sambil duduk di sampingnya.
        “Maaf kalau aku mengganggu.” Katanya, lalu diam sejenak. “Ibunya Eunhyuk…”
        Aku terbelalak mendengar Hyukjae menyebut ibunya Eunhyuk. “Ada apa dengan ibunya Eunhyuk?”
        “Dia ibuku?”
        “Hah?” kejutku. Lalu Hyukjae bercerita tentang pertemuannya tadi dengan wanita yang ku kenal sebagai ibunya Eunhyuk. Ternyata ia juga baru saja dari sana.
        “Rencananya besok aku ingin pulang. Bersama ibuku. Dan aku juga akan menemui Haesa di sana. Apapun keputusannya, akan aku terima.”
        Haesa? Memang aku yang menyarankannya pergi ke sana. Aku tak bisa membayangkan apa saja yang akan ditemui oleh adikku itu. Tapi apapun yang terjadi, sepertinya aku harus ikut bersama Hyukjae ke sana.

@@@

Haesa POV

      Aku berencana menenangkan diri ke luar kota. Surat perceraian telah di urus oleh Heechul sejak sebulan lalu setelah pernikahanku. Namun hingga detik ini, Hyukjae belum menghubungiku.
        Aku turun di stasiun kereta bawah tanah, lalu menelusuri kota. Sebenarnya, aku kesini untuk menenangkan diri hanyalah alasan di depan orang tuaku. Tujuan sebenarnya adalah untuk mencari tau tentang Hyukjae. Heechul yang menyarankanku. Karena menurutnya, ada sesuatu antara diriku dan Hyukjae.
        Aku juga heran dengan diriku sendiri. Bukankah aku yang memaksa menikah, lalu bercerai dengan Hyukjae. Aku pula yang meminta bantuan Heechul mengurus surat perceraianku. Tapi aku sama sekali tidak ingin Hyukjae menghubungiku kalau untuk membahas perceraian. Apa karena dia adalah suamiku? Tapi dia bukan Eunhyuk. Dan dia mau melakukan ini pasti karena aku mirip dengan calon istrinya.
        Untuk saat ini aku cukup lelah dan memutuskan untuk sekedar istirahat di sebuah café.

@@@

Author POV

        “Sungmin oppa…” Eun Gee membuka pintu ruang kerja Sungmin. “Ini sudah siang, apa kau tak lapar?” Tanya Eun Gee lagi.
        Sungmin tersenyum sambil membereskan beberapa berkas di atas mejanya. “Kau mau makan di mana?” Sungmin balik bertanya.
        “Hmm…” Eun Gee terlihat berfikir. “Kita ke cafenya Leeteuk oppa saja bagaimana?” tawarnya.
        “Apapun ku lakukan untukmu nyonya Lee.” Goda Sungmin sambil menggandeng tangan Eun Gee.
        Beberapa menit kemudian, mereka akhirnya sampai di tempat yang diinginkan Eun Gee, café milik Leeteuk. (café yang sama seperti yang dikunjungi Haesa saat itu). Mereka mengedar pandangan untuk mencari meja. Kali ini Eun Gee yang bersemangat sambil menarik tangan Sungmin. Sampai akhirnya mereka melihat Haesa yang tengah menyantap makanannya.
        “Minjung?” Tanya Sungmin dan Eun Gee bersamaan.
        “Apa kalian tadi menyebut Minjung?” tegur Leeteuk yang ternyata berada di sekitar sana, lalu mendekati Sungmin dan Eun Gee. “Minjung? Kau?” Ia pun sama terkejutnya mendapati Haesa duduk di sana.



@_to_be_continue_@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar