Kamis, 21 Februari 2013

3twins (part 14) end


Empat Belas…

Sekolah mengadakan pensi perpisahan sekolah. Dan saat ini, yang tengah mengisi acara adalah bandnya Ricky. Entah apa yang membuatnya hari ini membawakan lagu mellow. Di samping panggung, Najwa dan Ivo berdiri berdampingan. Tiba-tiba Ricky mengeluarkan setangkai bunga mawar putih dari balik kemejanya dan menghampiri dua cewek itu.
        Dalam beberapa saat, Ricky memang menatap dan seolah akan memberikan bunga tersebut untuk Najwa. Namun cewek itu tetap diam dan menatap datar wajah Ricky yang masih tenggelam dalam lagu yang dinyanyikannya. Nicky yang melihat kejadian itu dari kejauhan, langsung berbalik dan meninggalkan tempat ia berdiri tadi sebelum ia melihat bahwa akhirnya Ricky memberikan bunga tersebut untuk Ivo. Penonton pun bersorak dan larut dalam suasana romantis yang baru saja dilakukan Ricky. Nicky tersenyum, namun perlahan senyumnya berubah menjadi senyum kekecewaan.

@@@

        Vicky melewati depan kamar Nicky. Ada yang aneh pada kembarannya itu sejak pulang duluan dari acara pensi tadi. Tanpa ragu, Vicky menerobos masuk. Nicky tak ada di sana. Ia mengedarkan pandangan kesekeliling. Matanya langsung terhenti pada lembaran di atas kasur Nicky. Vicky menyambar kertas itu yang isinya surat panggilan untuk Nicky bergabung di klub voli provinsi.
        “Nicky gabung ke klub voli? Sejak kapan?”
        Satu lagi yang mengganjal hari ini. Di salah satu sudut kamar Nicky, cowok itu meletakkan sebuah koper dan ransel yang berukuran cukup besar.
        Tanpa pikir panjang, Vicky langsung melesat keluar kamar dan menemui Nicky yang berada di dapur.
        “Sejak kapan lo gabung di klub voli provinsi?” sambar Vicky kala ia melihat kembarannya menuju ruang tivi.
        Nicky meletakkan gelas yang sedari tadi ia pegang di meja. “Sebelum UAN.” Jawabnya singkat lalu duduk di sofa.
        “Dan…”
        “Gue berangkat sore ini.” Sambar Nicky sebelum Vicky menyelesaikan ucapannya.
        “Berangkat ke mana?” Nissa tiba-tiba muncul dari dalam toilet.
        Belum ada yang menjawab, pintu ruang tamu menejblak. Ricky muncul dari ambangnya. Nicky bangkit sambil tersenyum pahit. Senyum yang sama seperti yang ia tunjukkan ketika meninggalkan pensi siang tadi. Buru-buru Nicky melesat menaiki anak tangga.
        Ricky menatap Vicky dan Nissa penuh tanda tanya. Tapi dua orang itu kompak menggelengkan kepala.

@@@

        Nicky menuruni anak tangga dengan sudah payah sambil menenteng ransel dan koper yang telah ia siapkan tadi. Diluar rumah terdengar suara mobil berhenti. Itu taksi yang dipesan Nicky.
        “Tunggu, Nick!” teriak Ricky karena Nicky berniat meninggalkan rumah begitu saja tanpa berpamitan pada orang-orang yang masih berada di sana.
        Nicky memaksakan dirinya untuk berhenti. Karena yang memanggil adalah kembarannya sendiri. Kalau saja bukan Ricky, cowok ini tak akan mempedulikannya karena orang tersebut telah menggoreskan luka di hatinya.
        “Lo mau ninggalin Najwa?” tanya Ricky kemudian setelah berdiri di hadapan Nicky.
        Tampaknya Nicky tak mempedulikan perkataan Ricky. Ia justru melirik ke Vicky yang berdiri di samping Ricky. “Kalo lo mau pake motor, kunci sama STNKnya ada di kamar gue. Lo ambil aja.” Pesan Nicky sebelum ia berangkat.
        “Mau gue anter?” Vicky menawarkan diri.
        “Gak perlu. Gue gak mau ngerepotin lo.” Kata Nicky sebelum akhirnya ia melanjutkan langkah.
        “Nick…” Buru-buru Nissa menahan tangan Ricky dan membiarkan Vicky mengantar Nicky hingga depan rumah. “Kena…”
        “Lo gak bisa ngerasain apa? Kalo suasana hati Nicky lagi jelek!” sambar Nissa. “Ngapain malah lo nyindir-nyindir soal Najwa?” omelnya.
        “Gue yakin Nicky pasti salah paham.”
        “Ya udah, sekarang kita cari cara biar Nicky bisa ketemu sama Najwa.”

@@@

        Tangan Nicky sudah menyentuh gagang pintu taksi, namun ia tak buru-buru membukanya. Perlahan Nicky berbalik hingga akhirnya ia berhadapan dengan Vicky.
        “Gue minta maaf ya, Vick.”
        “Minta maaf buat apa sih?” protes Vicky karena merasa Nicky sedang tidak membuat kesalahan kepadanya.
        “Gapapa.” Nicky tersenyum. Jelas terlihat sangat berbeda dibandingkan senyumnya untuk Ricky. “Gue nitip salam buat Najwa ya. Minta tolong juga ke Riyu buat jagain dia.”
        Vicky menyambar tubuh Nicky untuk dipeluknya. “Jaga diri baik-baik.” Pesan cowok ini pada kembarannya.
        “Apaan sih lo!” Nicky tertawa sambil menjauhkan badannya dari dekapan Vicky. “Kayak gue mau kemana aja!”
        Vicky ikutan tertawa sebelum akhirnya Nicky masuk ke dalam taksi. Nicky memang tak pergi jauh. Tapi, membayangkan Nicky tak berada di rumah saja, sudah membuat Vicky merasa sepi dan kehilangan. Apalagi Nicky benar-benar meninggalkan rumah bukan dalam kurun waktu satu atau dua hari saja. Tapi bisa beberapa bulan.
        Vicky menghela napas. “Itu pilihan Nicky.” Cowok itu kemudian berbalik dan masuk ke dalam rumah. Vicky menyandarkan dirinya di pagar yang masih enggan ia tutup.
        Tiin.. tiin..!!
        Suara klakson motor Nicky mengejutkan Vicky. Ia langsung berbalik ke arah sumber suara. Itu memang motor Nicky, namun yang mengendarainya adalah Ricky. Hubungan dua kembarannya itu memang agak memanas akhir-akhir ini. Vicky tak ingin ambil resiko. Karenanya, cowok ini segera menutup rapat-rapat pintu pagar.
        Ban motor berhenti hanya beberapa senti dari kaki Vicky. Ricky langsung membuka kaca helm. “Lo apa-apaan sih? Buruan minggir!” teriak Ricky sedikit tergesa-gesa.
        “Lo yang apa-apaan?” balas Vicky. “Mau kemana lo?” tanya Vicky. “Lo gak niat buat kabur, kan?” sambar Vicky lagi sebelum Ricky sempat menjawab pertanyaan sebelumnya.
        “Gak ada sedikitpun niat gue buat kabur.” Tandas Ricky menjawab kekhawatiran si bungsu dari anak kembar tiga ini. “Ini yang bisa gue lakuin buat Nicky dan Najwa.”
        Vicky diam.
        Ricky langsung gemas melihatnya. “Lo pengen liat kebahagiaan Nicky, kan? Dan salah satunya ada di Najwa.”
        “Terus, lo sendiri?” tampaknya Vicky terlalu khawatir.
        “Gue udah jadian sama Ivo, tadi siang setelah pensi.”
        Vicky melebarkan mata. “Serius?”
        “Dua rius malah. Udah buruan minggir. Gue mau ke rumah Najwa.” Kata Ricky. Vicky menurut dan langsung membuka pagar. Ketika berada di tengah pagar, Ricky berhenti. “Lo coba hubungin Nicky, kemana dia pergi. Setelah itu lo langsung kabarin gue.” Tanpa menunggu respon dari Vicky, Ricky sudah kembali menutup kaca helm lalu melajukan motor Nicky meninggalkan rumah.
        Vicky berlari ke dalam rumah. Ia menyambar ponselnya dari tangan Nissa yang tengah duduk di ruang tivi. Vicky langsung mengontak Nicky.
        “Belom juga ada lima menit gue ninggalin rumah, lo udah nelpon lagi aja.” Ledek Nicky begitu menjawab telpon dari Vicky.
        Vicky tertawa kaku. “Iya. Kayaknya gue pengen nyusul nih. Lo pergi naik apa? Kereta, bis atau pesawat?”
        “Oh..” ujar Nicky tanpa rasa curiga. “Gue naik kereta dari stasiun kota.” Lanjutnya.
        “Okeh… gue kesana.” Vicky langsung mematikan telpon. “Tolong smsin Ricky kalo Nicky ke stasiun kota. Kita nyusul Nicky sekarang.”
        Tanpa protes, Nissa menuruti semua yang dipinta Vicky.

@@@

        Najwa yang baru pulang dari acara pensi sekolah, langsung masuk kamar dan mengempaskan tubuhnya di kasur. Namun tiba-tiba, Najwa tersentak bangkit.
        “Kayak suara motor kak Nicky.” Tebaknya. “Akh… mana mungkin kak Nicky ke sini.” Ujarnya kemudian dan kembali merebahkan badannya. “Lagian, ngapain juga gue mikirin kak Nicky.” Najwa bicara seorang diri.
        Tau-tau pintu kamar Najwa menjeblak dan membuat sang pemilik kamar terlonjak kaget.
        “Apa-apaan sih lo, Zaq?” Protes Najwa ka adiknya.
        Zaquan masuk lalu ambil posisi berdiri di samping tempat tidur Najwa. Tak ada tatapan permusuhan dari Zaquan hari ini. “Lo suka sama cowok yang pernah deket sama kak Venda, kan?”
        Najwa membelalakkan mata. “Kenapa lo…”
        “Gue Cuma butuh jawaban ya atau tidak.” Kata Zaquan lembut ketika memotong ucapan Najwa.
        Najwa menatap ngeri mata adiknya. Tidak biasanya Zaquan berkata demikian.
        Zaquan berdecak. “Lo jangan ngeliatin gue terus. Gue udah gak kayak kemaren-kemaren yang nyari ribut terus sama lo. Dan gue janji akan selamanya seperti ini. Gue juga mau nolongin lo buat dapetin Nicky.”
        Najwa masih diam dengan tatapan tak percaya. Ini memang pertama kalinya Zaquan ramah padanya.
        Perlahan Zaquan duduk di tepi tempat tidur Najwa. Ia tersenyum geli melihat ekspresi wajah Najwa. “Gue Cuma gak mau ada lagi yang benci sama gue.”
        “Gue gak benci sama lo kok, Zaq.” Kata Najwa buru-buru.
        “Apa setelah lo tau kalo gue adalah anak dari hasil selingkuhan bokap dengan cewek lain, lo masih gak benci sama gue?” Zaquan bicara tanpa menatap Najwa.
        Untuk kesekian kalinya Najwa kembali menunjukkan ekspresi keterkejutannya. “Gak mungkin…”
        “Nilai Biologi lo berapa, sih?” Zaquan melirik Najwa dengan tatapan merendahkan. “Perbedaan umur kita gak lebih dari setengah tahun. Dimana logikanya kalo kita berasal dari ibu yang sama?”
        Sontak Najwa malah memeluk Zaquan. “Tapi seenggaknya lo gak ikut ninggalin rumah ini.”
        Perlahan Zaquan melepaskan pelukan Najwa dengan tatapan terharu. “Dan sekarang, apa lo gak mau ngejar cinta lo ke Nicky?”
        “Gue belom yakin kalo kak Nicky juga suka sama gue. Bukannya selama ini…”
        “Nicky mau ke luar kota dalam beberapa bulan untuk ikut klub voli provinsi. Apa lo juga gak mau untuk sekedar nemuin dia?” Zaquan berusaha meyakinkan Najwa.
        Najwa melompat turun dari tempat tidurnya. “Jadi tadi beneran suara motornya kak Nicky?”
        “Motornya iya, tapi yang ke sini Ricky. Dia yang ngasih tau ke gue. Kalo Nicky berangkat satu jam lagi dari stasiun kota. Cepetan lo ganti baju makanya.” Zaquan memperingkatkan.
        “Gak perlu.” Kata Najwa singkat sambil menyambar tangan Zaquan dan menariknya keluar dari kamar.
        Najwa bergegas menuju pintu utama. Ketika membuka pintu, cewek itu terkejut mendapati orang-orang yang sangat dikenalnya. Vendi, Venda dan Kelvin.
        “Kak Venda?” Najwa sedikit histeris dan tak percaya. Namun ia langsung saja menarik tubuh Venda ke dalam pelukannya. Venda balas memeluk sambil mengusap punggung adiknya.
        Beberapa detik kemudian, Najwa melepaskan pelukannya. Mata cewek itu mulai berkaca-kaca. Vendi langsung menyambar tubuh adiknya itu sebelum Najwa benar-benar menangis. Najwa sudah tak bisa berkata-kata, ia hanya mampu memeluk tubuh kakaknya dengan erat.
        Vendi menyadari kehadiran Zaquan yang memperhatikan dari dalam ruangan. Begitu tatapan mereka bertemu, Zaquan terlihat berusaha menghindar. “Zaq!” panggil Vendi cepat sebelum Zaquan benar-benar pergi dari sana. Perlahan ia melepaskan pelukannya dari Najwa dan melangkah mendekati Zaquan.
        Venda meraih Najwa kembali ke dalam rangkulannya. Kelvin juga ikut merangkul Najwa dari sisi yang lain dan sontak membuat Najwa menatap penuh tanya padanya.
        Kelvin hanya tersenyum dan seolah telah mengetahui apa yang tengah dipikirkan Najwa. “Status gue sekarang juga sebagai kakak lo. Apa gue masih gak boleh buat ngerangkul lo?”
        Najwa tak menjawab. Namun batinnya membenarkan semua perkataan Kelvin, kakak iparnya.
        Di dalam, keadaan haru mulai terasa. Zaquan juga perlahan menyeret kakinya untuk mendekati Vendi. Begitu mereka telah dekat, Zaquan yang pertama kali berinisiatif untuk memeluk. Semuanya bercampur jadi satu. Rasa bahagia, rasa rindu, penyesalan. Semua ditumpahkan dalam satu pelukan.
        “Zaq, minta maaf, kak. Zaq juga tau, kalo kakak pergi dari rumah sebagian besar karena kakak gak bisa nerima kehadiran aku yang sebenernya, kalo aku anak…”
        “Kalo lo bahas itu lagi, gue bakal bunuh lo sekarang juga.” Ancam Vendi serius. “Biar gimanapun, lo adalah anak dari bokap gue. Dan itu artinya lo juga adik gue, sama seperti Najwa.” Lanjut Vendi membuat Zaquan semakin erat mendekapnya sama seperti apa yang dilakukan Najwa sebelumnya.
        Kelvin melirik jam ditangannya dengan cukup gelisah. “Ehm!” Suara Kelvin membuyarkan suasana haru antara Vendi dan Zaquan. Dua kakak beradik itu sontak saling melepaskan pelukan. “Kayaknya adegan kangen-kangenannya harus ditunda dulu nih untuk sementara waktu.” Lanjutnya seolah mengingatkan sesuatu.
        Najwa melempar pandangan penuh tanya ke arah Vendi. “Vendi mau ngajak kita ke acara peresmian taman baca yang dia buat.” Venda yang menjawab. Gantian, Najwa menatap Venda penuh minat. “Kamu gak lupa sama mimpi kita, kan?”
        Najwa menatap kedua kakaknya bergantian. Matanya berbinar tak percaya. “Kapan?” tanya Najwa akhirnya sedikit terdengar antusias.
        “Sekarang.” Jawab Vendi tak kalah bersemangat.
        Perlahan, binar di mata Najwapun meredup. Ia teringat akan Nicky. Najwa kini menatap Zaquan yang juga menatapnya khawatir. Gerakan samar dari mata Najwa menyiratkan sesuatu yang bisa diartikan: ‘apa yang harus kita lakukan sekarang?’. Tak satupun dari mereka berdua yang ingin mengecewakan Vendi.
        Zaquan akhirnya tersenyum. “Kak, acaranya gak dihadirin presiden atau mentri gitu, kan?” tanya Zaquan dengan polosnya.
        Vendi pun tercengang mendengar pertanyaan ajaib yang keluar dari mulut Zaquan. “Ya nggak lah.” Kata Vendi terdengar frustasi.
        Najwa dan Zaquan saling melempar senyuman nakal. “Oke. Berarti gak harus sekarang juga donk kita ke sana?”
        “Kalo nggak sekarang, kapan lagi?” Venda menatap kedua adiknya kecewa. “Emangnya kalian udah punya rencana buat pergi?”
        “Hmm… Emang mendadak sih.” Zaquan perlahan menggeser posisi berdirinya ke arah Najwa sambil berusaha tak menimbulkan kecurigaan. “Tapi ini bener-bener penting buat Najwa.” Lanjut Zaquan yang tatapannya harus selalu waspada.
        Kedua kakaknya langsung menatap Najwa menagih penjelasan. Zaquan yang terbelalak ketika menatap jam tangannya langsung terlihat panic. “Udah gak ada waktu lagi.” Ujarnya sambil meraih salah satu tangan Najwa. Namun tatapannya justru menuju sebuah benda yang menggantung di tangan Kelvin. Sontak, ide nakal pun terlintas dibenak cowok ini. “Kak, ini darurat. Zaq minta maaf ya sebelumnya.” Kata Zaquan lagi. Kali ini ia sambil menyambar kunci mobil di tangan Kelvin dan menarik tangan Najwa berlari keluar rumah tanpa memberikan penjelasan sebelumnya untuk semua yang berada di sana.
        “Zaquan! Kalian mau kemana?” teriak Vendi sambil mengikuti adiknya. Hal yang sama juga dilakukan Venda dan Kelvin. Namun tak satupun dari mereka yang berhasil menangkap Zaquan atau Najwa yang sudah melesat bersama mobil Kelvin yang dikendarain Zaquan.

@@@

        “Gue bakal ngebut, tapi tenang aja, gue udah siapin ransel buat lo peluk.” Ivo menatap Ricky yang memperingatinya dengan penuh keheranan. Ricky yang mengerti arti tatapan Ivo, langsung menghela napas. “Lo gak mungkin mau peluk gue, kan?”
        Ivo hanya mengangguk. Kali ini ia menatap Ricky penuh kekaguman.
        “Makanya gue pake ransel sebagai pengganti yang bisa lo peluk.”
        Ricky tak habisnya membuat Ivo kagum. Ia benar-benar menghargai wanita seperti Ivo. Meski Ivo sendiri tak pernah gamblang mengatakannya, mungkin karena Ivo mengenakan jilbab sehingga cowok ini memperlakukan Ivo dengan berbeda.
        “Heh? Ayo donk, lo gak mau ketinggalan adegan penting buat Nicky sama Najwa, kan?”
        Suara Ricky membuyarkan lamunan Ivo. “Iya, kak. Maaf.” Kata Ivo yang langsung naik ke boncengan motor Ricky.

@@@

        Macet. Sudah bukan pamandangan langka di kota ini. Dan beruntung bagi Najwa yang melihat motor Ricky berhenti di samping mobilnya. Najwa buru-buru membuka kaca mobil. “Kak Ricky.”
        Secepat mungkin mereka bertukar tempat, Najwa bersama Ricky, dan Ivo bersama Zaquan menggunakan mobil.
        Ricky dan Najwa bertemu dengan Vicky dan Nissa di depan pintu masuk utama. Mereka bersama-sama mencari Nicky. Dan disanalah Nicky berada. Ia duduk seorang diri. Dan saat itu, teriakan Najwa semakin kencang. Nickypun menoleh mendapati cewek itu setengah berlari ke arahnya. Seketika sudut bibir Nicky tertarik hingga membentuk sebuah senyum. Namun senyum itu langsung lenyap ketika Nicky melihat Ricky berada sedikit dibelakang Najwa.
        “Selamat ya buat kalian.” Kata Nicky dan berusaha terlihat tegar di mata Najwa. Tapi ia bertekad tidak akan mengucapkan selamat untuk Ricky sampai rasa sakit hatinya hilang.
        Najwa tersenyum pahit karena Nicky pasti mengira dirinya berpacaran dengan Ricky. “Gak nyangka, ya. Ternyata lo Cuma segitu memperjuangin gue.” Najwa meremehkan Nicky.
        Nicky mengepalkan tangan untuk meredam emosinya. “Terus, lo mau liat gue ngehajar Ricky? Biar lo tahu seberapa dalamnya perasaan gue ke lo.”
        Najwa tampak tak terpengaruh dengan apa yang dikatakan Nicky.
        “Aku belum ketinggalan, kan?” celoteh Ivo yang tiba-tiba muncul. “Ya ampun, kak. Jalanan tuh macet banget.” Curhat Ivo kepada Ricky.
        Ricky tersenyum. “Maaf ya tadi gue ninggalin lo sama Zaq.”
        Nicky melirik Vicky, Najwa dan Nissa bergantian dengan tatapan penuh tanda tanya. Mereka kompak mengangkat bahu. Sedangkan Ricky sibuk merespon curahan hati pacarnya itu dengan antusias.

@@@

        “Maafin sikap gue yang tadi ya, Na.” suara Nicky benar-benar terdengar penuh rasa bersalah.
Kini Nicky dibiarkan berbicara berdua saja dengan Najwa. Sedangkan cewek yang duduk disampingnya hanya tertawa menanggapi permintaan maaf dari Nicky.
“Kenapa ketawa?”
“Lucu aja.” Kata Najwa santai dan membuat Nicky semakin salah tingkah. “Kak Nicky lupa kalo tadi siang kak Ricky ngasih bungan ke Ivo, bukan ke gue.”
Nicky menggeleng. “Gue gak liat.”
“Astaga.” Najwa menepuk jidat. “Kak, tadi siang tuh bukan aku yang dapet bunga dari Ivo. Anak-anak satu sekolah pun tau. Dan kalo sekarang malah aku yang jadian sama kak Ricky, gimana sama Ivo?”
Nicky mengela napas dalam untuk menyembunyikan perasaan bersalahnya saat ini. “Sebenernya gue bukan gak liat.” Nicky menggacak sedikit belakang rambutnya. “Tapi sengaja gak mau liat.”
“Lho, emang kenapa?”
Nicky tak menjawab. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri. “Hmm… karena…” cowok ini sedikit member jeda dalam ucapannya. Dan Najwa sendiri terlihat santai saja untuk menunggu apa yang ingin Nicky katakan. “Karena… gue cemburu…”
        “Oh…” kata Najwa singkat.
        “Lo gak ngetawain gue?” Tanya Nicky dengan tatapan heran ke Najwa.
        Cewek itu balas menatap Nicky. “Apa yang harus diketawain? Cemburu bukan sesuatu yang lucu kan, kak? Apa lo maunya gue ketawain?”
        “Nggak.” Nicky tersenyum lega. Ia mengacak rambut Najwa dengan gemasnya. “Gue sayang sama lo.”
        “Itu ceritanya nembak?” Ledek Najwa dengan tatapan polosnya membuat senyum Nicky justru perlahan memudar.
        Nicky diam untuk mengatur suasana hatinya. Lalu ia menoleh ke Najwa dengan tatapan tegas. “Kalo emang lo gak punya perasaan apapun ke gue, untuk apa lo repot-repot nyusulin gue ke sini? Kalo tau gitu, lo biarin aja gue tanpa harus tau kebenaran siapa cewek yang di kasih bunga sama Ricky.”
        Gantian Najwa yang diam seolah merasa bersalah.
        “Sorry kalo gue galak.” Lanjut Nicky. “Gue emang seperti ini. Gak kayak cowok lain yang bisa ngasih pacarnya sesuatu yang romantis.” Hening sesaat. “Tapi satu yang perlu lo tau. Selama ini gue sering ngalah buat Ricky untuk urusan cewek. Tapi buat lo, gak ada kata ngalah lagi meski gue harus saingan sama sodara kembar gue sendiri.” Nicky masih menatap lekat wajah Najwa, tapi cewek itu masih menatap kosong ke arah lain.
        Nicky menghela napas cukup panjang untuk menenangkan diri. “Gue harus berangkat sebentar lagi. Dan lo bisa ninggalin gue di sini.” Pintanya tanpa sedikitpun menatap Najwa. Dan tak di sangka, cewek itu pun menuruti perkataan Nicky.
        Setelah memastikan Najwa benar-benar tidak ada di sampingnya, Nicky menghempaskan badan ke sandaran kursi dengan cukup frustasi. Hatinya benar-benar hancur sekarang. Benar apa yang tadi sempat ia katakan. Lebih baik tidak mengetahui sama sekali kebenaran cewek yang diberikan bunga oleh Ricky, dari pada ia harus melihat Najwa menjauh dengan sendirinya. Tak lama, Nicky merasakan seseorang duduk disampingnya. Tapi ia tak peduli.
        “Ternyata lo ada benernya juga.”
        Suara itu… Nicky buru-buru menoleh. Najwa duduk menghadapnya.       “Setelah beberapa saat gue berdiri di situ…” Najwa menunjuk arah belakang Nicky. “…Gue pikir lo ada benernya juga.”
        “Jadi, tadi lo gak bener-bener pergi?” Tanya Nicky untuk memastikan.
        Najwa seolah tak mempedulikan perkataan Nicky. Ia mengubah posisi duduknya tidak lagi mengarah ke Nicky. Tapi tiba-tiba saja Najwa tajam melirik Nicky. “Lo pikir gue terpengaruh sama apa yang lo ucapin tadi? Mau lo galak atau tukang berantem, gue gak peduli. Karena itu memang benar-benar jati diri lo yang sebenarnya. Dan gue lebih suka sama seorang Nicky Airlangga yang galak.”
        Nicky tercengang mendengar apa yang dikatakan Najwa. Ada setetes kebahagiaan yang mengalir di hatinya. “Jadi, tadi lo sempet mempermainkan gue?” Tanya Nicky ketus tanpa menatap ke Najwa. Satu detik… dua detik… tiga detik… tidak ada respon dari Najwa. Nicky merasakan sesuatu yang janggal. Perlahan ia menggerakkan wajahnya untuk menatap Najwa. Tapi apa yang ia dapat? Chu! Najwa mencium kilat pipi Nicky yang sukses membuat cowok itu syok dan hanya mampu memegangi pipinya yang seolah masih bisa merasakan lembutnya bibir Najwa yang mendarat di sana.
        “Lo udah punya pacar masih aja galak sih, kak!” protes Najwa.
        “Pacar…?” Tanya Nicky yang masih gugup akibat tragedy barusan. “Siapa…?”
        “Udah deh, gak usah pake becanda.” Najwa berdiri. “Gue juga tau kalo lo gak berangkat hari ini, tapi besok.” Cewek ini meraih tangan Nicky. “Sebagai gantinya, kak Nicky harus traktir gue makan. Abis itu kita nonton. Pokoknya, gue mau ngabisin uangnya kak Nicky.”
        Nicky malah tertawa menanggapi ucapan Najwa. Perlahan ia berdiri dan pasrah saja mengikuti arah Najwa menarik tangannya.
        “Nick, gue tau lo udah jadian, tapi jangan lupain kembaran sendiri, donk!”
        Nicky dan Najwa berhenti lalu berbalik. Di sana berdiri Vicky, Ricky, Nissa dan Ivo dengan tatapan kecewa.
        “Berasa dunia milik berdua.” Sindir Nissa.
        “Terus, kita ngontrak gitu, Nis?” Tanya Vicky dengan tatapan sok polos hingga membuat Nissa tertawa.
        “Kalo kita jangan mau ngontrak ya, Vo.” Kali ini giliran Ricky yang menggoda Ivo. “Kita nyicil rumah aja.”
        Ivo tersenyum. “Terserah kak Ricky aja. Yang penting cintanya kak Ricky gak nyicil ya ke aku.” Balasnya untuk menggoda Ricky yang sukses jadi bahan tertawaan yang lain.
“Playboy di gombalin pacarnya.” Kata Nicky puas.

@@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar