Kamis, 21 Februari 2013

3twins (part 6)


Enam…

Dalam perjalanan, Riyu terjebak macet. Riyu memandang keadaan sekitar. Tak sengaja, ketika menoleh ke kanan, ia mendapati mobil yang cukup familiar dimatanya. Jelas, itu mobil Nissa. Cewek itu tak sendiri, melainkan bersama beberapa anggota keluarganya. Nissa juga tak menyetir sendiri, tapi bersama kakaknya.
        Riyu membuka kaca jendela mobilnya dan mengetuk jendela tepat di samping Nissa duduk. Nissa yang mengenali, langsung membuka kaca jendelanya.
        “Riyu? Lo dari mana?”
        “Dari rumah sepupu gue.” Kata Riyu. Entah kenapa ketika melihat Nissa, tiba-tiba Riyu teringat Nicky. Karena akhir-akhir ini cowok itu cukup dekat dengan Najwa. “Eh, gue minta nomornya Nicky donk.”
        Nissa mengangguk, kemudian mencari kontak di ponselnya. “Nih.” Nissa menunjukkan nomor hape Nicky.
        Segera, Riyu menyalin ke ponselnya. “Thanks.” Ucapnya singkat, kemudian langsung menelpon nomor yang baru saja ia simpan dengan nama Nicky.
        “Halo…” terdengar sapaan dari dalam ponsel Riyu.
        “Nick, ini gue Riyu.” Kata Riyu cepat-cepat. “Sory gue ganggu lo malam-malam.” Riyu basa-basi, karena ini memang sudah tengah malam.
        “Iya, gapapa kok.” Balas Nicky santai. Sama sekali gak ngerasa terganggu. “Ada apaan nih? Kayaknya penting banget.”
        “Iya, Nick. Penting. Lo tau Najwa di mana? Soalnya akhir-akhir ini lo yang deket sama dia.” Riyu langsung mengatakan ke inti masalah.
        Di rumah sakit, Nicky menoleh kesamping. Ia melihat Najwa dan Vicky yang tertidur. “Ada kok sama gue. Dia udah tidur.” Jawab Nicky santai.
        “Hah!” Riyu terkejut mendengar pengakuan Nicky. “Maksud lo apa?” Riyu terlanjur berfikir negative dengan perkataan Nicky.
        “Yaa… Najwa beneran udah tidur. Bisa gue jamin kok gue lagi gak bohong. Soalnya Najwa ada di samping gue.” Nicky sama sekali tak menyadari bahwa Riyu salah sangka dengan apa yang ia katakana.
        “Brengsek lo ya, Nick!” Riyu yang kesal karena merasa dipermainkan, hanya bisa memukul stir mobilnya. “Berani-beraninya lo ngelakuin itu ke Najwa! Emangnya Najwa salah apa sama lo!” emosi Riyu benar-benar terakumulasi oleh rasa kesalnya ke Zaquan dan Nicky. Semua jadi satu dan membuatnya harus mengeluarkan kesabaran ekstra.
        “Najwa gak salah apa-apa kok ke gue.” Kata Nicky dengan polosnya. Ia masih belum menangkap reaksi negative yang ditunjukkan Riyu.
        Riyu sudah tak sabar. Ia lantas memutuskan teleponnya dengan Nicky. Riyu benar-benar khawatir dengan kondisi Najwa. Ia juga tak sanggup membayangkan apa yang telah dilakukan Nicky terhadap sepupunya. ‘Kak Vendi, maafin gue karena gak bisa ngejagain Najwa seperti apa yang lo minta ke gue.’ Keluhnya dalam hati. Riyu menyandarkan kepalanya ke sandaran jok. Ia benar-benar merasa bersalah ke Vendi karena tak bisa menepati janji. Terlebih rasa bersalahnya ke Najwa juga terhadap perlakuannya ketika di sekolah sore tadi. ‘Maafin gue, Na. Karena udah ngebentak lo kayak tadi.’
        Mobil Riyu masih terjebak macet. Nissa juga bisa dipastikan  masih di sana dan ia mendengar semua ucapan Riyu kepada Nicky. Sejujurnya Nissa sama sekali tak mempercayai tuduhan Riyu terhadap Nicky.
        “Gue tau Nicky bukan orang seperti itu.” Kata Nissa membuat Riyu menoleh kepadanya.
        Riyu juga sadar kalo Nissa pasti mendengar obrolannya di telpon tadi. “Tapi kenyataannya? Najwa tidur sama Nicky. Itu apa namanya kalo Nicky bukan cowok brengsek?”
        Nissa tak berusaha membela. Tapi ia juga gak percaya dengan semua yang ia dengar dari mulut Riyu. “Oke. Terserah lo mau ngomong apa. Tapi yang jelas, lo harus cari tau dulu kebenarannya.” Ia hanya ingin memberi jalan keluar terhadap tuduhan Riyu.
        “Gimana caranya? Kita kejebak macet di sini? Gue gak bisa nyusulin mereka sekarang juga.”
        Nissa mengerti saat ini Riyu sama sekali gak bisa berfikir jernih. Ia mengambil inisiatif menelpon Vicky.

@@@

        Nicky pindah duduk di kursi samping tempat tidur Ricky. Malam ini hanya dia yang masih terjaga. Ia menatap Ricky penuh kecemasan. Sudah selama empat jam Ricky tak sadarkan diri. Meski dokter mengatakan Ricky hanya dalam pengaruh obat aja, tapi Nicky tetap tak bisa tenang.
        “Bego banget sih lo, Rick!” kata Nicky kepada Ricky yang masih terlelap. “Ngapain juga lo nyakitin diri begini?”
        Belum sempat Nicky kembali berujar, ponsel Vicky yang berada di meja bergetar tanda ada sebuah panggilan masuk. Nicky melihat Vicky sama sekali tak terganggu dengan getaran ponselnya.
“Siapa sih yang nelpon malem-malem?” keluh Nicky. Ia mendekati ponsel Vicky. Tertera nama Nissa di layarnya. Nicky mengerutkan dahi sebelum menjawab telpon. “Hallo, Nis. Kenapa?”
Bisa dipastikan Nissa menegtahui siapa yang menjawab telponnya. “Nicky? Mana Vicky? Gue mau ngomong sama dia.”
“Vicky udah tidur.” Jawab Nicky sambil membawa ponsel Vicky keluar kamar. Ia tak ingin ada yang terganggu dengan obrolannya. Terlebih yang menelpon adalah Nissa.
“Tapi kenapa hapenya ada sama lo?” tanya Nissa curiga sambil menoleh ke Riyu yang menatapnya tak tenang. “Dimana kalian?”
“Gue dirumah sakit.”
“Siapa yang sakit?” todong Nissa. Riyu yang menatapnya meminta penjelasan. Tapi Nissa masih ingin tau lebih lanjut dulu kepada Nicky.
“Ricky. Penyakitnya kambuh.”
“Terus? Gimana dia sekarang? Lo dirumah sakit mana? Biar gue nyusul kesana?” Beberapa saat Nissa diam. “Oke… gue kesana sekarang.” Ujarnya setelah Nicky menyebutkan nama rumah sakit tempat Ricky dirawat.
“Nis, siapa yang sakit? Najwa gapapa kan?” tanya Riyu usai Nissa mengakhiri pembicaraan dengan Nicky.
“Apa gue bilang? Lo salah paham.” Nissa menyalahkan Riyu.
“Oke… gue minta maaf.” Riyu menyadari kesalahannya. “Tapi tolong jawab pertanyaan gue.”
“Yang sakit Ricky, bukan Najwa. Nicky sama Vicky ada di sana. Dan gue yakin, Najwa juga berada di antara mereka.”
Riyu tertunduk. Ia menyesali perbuatannya yang telah menuduh Nicky.
“Gue mau nyusul mereka ke sana sekarang.” Kata Nissa karena Riyu tiba-tiba terdiam. “Lo mau ikut atau nggak?” ujarnya dengan lembut. Dengan suasana hati Riyu yang seperti ini, Nissa tak tega membentaknya.
“Gue harus minta maaf ke Nicky.”
Itu artinya Riyu setuju untuk ikut ke sana. “Tapi lo gak keberatan kan kalo gue ikut mobil lo?”
Pandangan Riyu menembus kaca jendela mobil Nissa. Ada papa, mama dan adik laki-laki Nissa yang berada di kursi belakang. “Iya, lo sama gue aja.”
Nissa langsung membisikkan sesuatu kepada kakaknya. Kemudian ia menoleh ke belakang dan mengatakan sesuatu ke orang tuanya. Bisa dipastikan Nissa meminta izin untuk menemui Ricky di rumah sakit. Bukan hal yang sulit meminta izin ke mamanya kalo menyangkut Ricky dan kedua kembarannya. Tak lama Nissa membuka pintu seiring mamanya yang membuka kaca jendela.
“Salam buat Ricky ya, Riyu. Maaf tante belum bisa kesana sekarang.” Pesan mamanya sebelum Nissa masuk ke dalam mobil Riyu.
“Iya tante, pasti saya sampaikan.” Kata Riyu. Kemudian ia menoleh ke Nissa yang kini sudah disampingnya.
“Kenapa? Heran ya?” tebak Nissa karena melihat wajah Riyu yang menatapnya penuh tanya.
“Nyokap lo gak nanya-nanya, gitu?”
“Keluarga gue udah kenal dekat sama keluarganya si tritwins. Jadi nyokap gak bawel kalo gue berurusan sama mereka.”

@@@

Hari sudah pagi. Bahkan matahari sudah mulai tinggi. Tapi Najwa baru saja bangun setelah semalaman terlelap di sofa rumah sakit. Ia mengerjap-ngerjap sambil menyingkirkan beberapa helai jaket yang menumpuk di badannya. Najwa mengenali salah satunya.
“Riyu?” tanya Najwa seorang diri sambil mengangkat jaket yang ia ketahui milik Riyu.
“Lo udah bangun, Na?”
Tak ada siapa-siapa di sana. Kecuali dirinya dan… Najwa langsung menoleh ke tempat tidur pasien. Di sana Ricky terlihat duduk bersandar sambil menonton tivi, menoleh ke arahnya.
Sontak Najwa pun berdiri. “Riyu semalem ke sini?” itu hal pertama yang ia tanyakan. “Terus, sekarang dia di mana?”
“Iya, semalem Riyu datang sama Nissa. Tapi dia lagi keluar sama Vicky.” Kata Ricky. “Nicky lagi nganter Nissa pulang.” Jelas Ricky sebelum Najwa menanyakan keberadaan yang lain.
Najwa bergegas ke kamar mandi untuk membasuh mukanya. Setelah itu ia mendekati Ricky. “Gimana keadaan kakak?” Tanya Najwa sambil menyomot sehelai tisu di rak samping tempat tidur Ricky untuk mengeringkan wajahnya dari air.
“Baik. Berkat lo.”
Seketika Najwa menghentikan aktifitasnya. Ia menatap Ricky bingung.
“Makasih karena lo udah nolong gue semalem.” Kata Ricky lagi.
Najwa merasa tak enak hati. “Sama-sama kak.” Hanya itu yang bisa ia katakan. “Kakak pasti belum makan? Mau aku suapin?” tanya Najwa ketikan melihat jatah makanan Ricky dari rumah sakit belum tersentuh sedikitpun. Ia segera menarik meja ke hadapan Ricky untuk mengurangi perasaan canggungnya karena hanya berdua dengan Ricky. Jujur saja, meski udah pernah ketemu sekali, tapi ini pertama kalinya mereka ngobrol hanya berdua saja.
“Nicky pasti sering gangguin lo, ya?” Tanya Ricky iseng ketika Najwa baru duduk di tepi tempat tidur.
“Kakak pasti udah tau jawabannya.”
Jawaban Najwa membuat Ricky tertawa.
“Kok ketawa?” Balas Najwa sambil membuka plastic penutup makanan Ricky.
“Kamu bener. Gue udah tau semua jawabannya. Tapi gue seneng, karena Nicky udah gak begitu ngerasa sakit hati.” Kata Ricky yang kemudian langsung terdiam.
“Apa rasa sakit hatinya kak Nicky sekarang pindah ke kak Ricky?”
Ricky masih terdiam. Najwa langsung menatap Ricky. Meski ia sudah tau semua kebenarannya, tapi rasanya ini bukan saat yang tepat untuk mengatakannya di depan Ricky.
“Maaf kak, aku gak sopan.” Kata Najwa cepat-cepat. “Pertanyaan yang tadi lupain aja. Anggep aku gak ngomong apa-apa.” Pintanya.
Ricky hanya tersenyum menanggapi permintaan Najwa.
“Makasih kak.” Ujar Najwa. “Sekarang makan, ya.” Najwa mendekatkan sendok berisi makanan ke depan Ricky.
Tak di sangka, Ricky justru menangkap tangan Najwa. “Gak ada hal penting selain kebahagiaan Nicky, Vicky, orang tua gue, dan orang-rang yang gue sayang.”
Najwa tertegun mendengar perkataan Ricky. Sampai-sampai mereka tak menyadari kedatangan Nicky.

@@@

Nicky menutup pintu kamar rawat Ricky dari luar. Perasaannya campur aduk. Sulit untuk di gambarkan. ‘Apa ini yang bakal gue rasain juga kalo ngeliat Venda sama Kelvin?’ batinnya.
“Kenapa gak jadi masuk, Nick?”
Nicky menoleh. Vicky dan Riyu sudah berada di belakangnya. Tapi ia tak menjawab apa-apa dan hanya pergi menghindar dari Vicky.
“Nicky kenapa?” tanya Riyu.
Vicky tak menjawab. Ia membuka pintu kamar Ricky. Bersama Riyu, Vicky mengintip ke dalamnya. Tapi kali ini, Najwa dan Ricky menoleh bersamaan. Vicky tak bergegas masuk. Ia justru kembali menutup pintu dan pergi ke arah Nicky tadi berjalan. Meski sosok Nicky tak terlihat, Vicky masih terus berjalan menelusuri tiap koridor di rumah sakit tersebut. Tepat saja, Vicky berhasil menemukan Nicky yang duduk sendiri di kursi taman rumah sakit.
“Akhirnya Ricky punya kesempatan buat berdua dengan Najwa.” Kata Nicky tanpa menoleh ketika Vicky telah duduk di sampingnya.
“Apa lo cemburu liat Najwa sama Ricky?” pertanyaan Vicky membuat Nicky menoleh kepadanya.
“Gue Cuma pengen kasih mereka kesempatan aja. Sama gue ngehargain perasaan Ricky.” Ujar Nicky seperti hanya beralasan. “Biar gimana pun, Najwa tetap menjadi amanat dari Venda.”
“Tapi mata lo gak bisa bohong.”
Nicky diam. Ia menoleh dari wajah Vicky.
“Jangan lo sepelein.” Kata Vicky lagi. “Ini kasus pertama kalinya kalian jatuh cinta ke cewek yang sama.”
Sontak Nicky kembali menoleh. “Jujur, Najwa cewek yang menyenangkan buat gue. Tapi bukan berarti gue jatuh cinta juga ke dia.” Nicky menepis pandangan Vicky terhadapnya.
“Kalo gitu buktiin.” Pinta Vicky setengah menantang.
“Oke.” Nicky berdiri. “Gue bakal balik ke kamar Ricky, dan buktiin kalo gue gak masalah sama apa yang mereka lakuin berdua.”
Belum sempat Vicky menahan, Nicky sudah terlanjur pergi.

@@@

“Aku pulang dulu ya, kak.” Pamit Najwa setelah membereskan semua barang bawaannya. Riyu sendiri sudah menunggu di luar.
“Sekali lagi, makasih banyak ya, Na.” kata Ricky sambil menyambut uluran tangan Najwa.
“Sama-sama. Tapi kakak janji sesuatu ya.”
Ricky tampak berfikir. “Hmm… iya deh.”
“Kalo kakak mulai ngerasa pengen ngerokok lagi, kakak harus segera nemuin aku.”
Ricky melipat tangannya di depan dada. “Emang kamu tau, cara ampuh ngindarin rokok?” Tanya Ricky dengan tatapan merendah. Tapi jelas saja apa yang ia lakukan semua tak dari hati.
“Bisa kita buktikan.” Kata Najwa tegas sebelum benar-benar meninggalkan Ricky di dalam kamarnya.

@@@

Ketika Riyu menunggu Najwa di luar kamar rawat Ricky. Nicky dan Vicky muncul dan langsung menghampirinya. Riyu berdiri ketika mereka telah benar-benar berada di hadapannya.
“Sekali lagi gue minta maaf ya Nick, atas kejadian semalem.” Meski telah minta maaf sebelumnya, Riyu masih saja merasa tak enak hati dengan Nicky.
“Udahlah, lupain aja. Semalem juga gue salah ngomong.”
Pintu kamar Ricky terbuka. Najwa muncul dari baliknya. “Kak Ricky kapan boleh pulang, kak?” Tanya Najwa kepada Nicky ataupun Vicky.
“Kata dokter sih kemungkinan besok.” Nicky yang menjawab.
Najwa hanya mengangguk. “Kalo gitu, gue balik dulu ya.”
“Lo yang nganter kan, Riyu?” tanya Vicky dan Riyu hanya mengangguk. “Hati-hati ya.”
Nicky dan Vicky masih berada di luar kamar Ricky hingga sosok Najwa dan Riyu menghilang di belokkan.
“Apa lo cemburu juga liat Najwa sama Riyu?” ledek Vicky karena Nicky masih menatap arah yang sama meski Najwa sudah tak terlihat.
Nicky menatap Vicky tajam. “Maksudnya?”
Vicky tertawa. “Gapapa. Gue Cuma heran aja liat tampang lo. Kayaknya gak ikhlas banget Najwa pulang dianter Riyu.” Ledeknya lagi, kemudian menuju pintu kamar Ricky.
“Kayaknya lo seneng banget kalo gue beneran cemburu?” Nicky menahan tubuh Vicky. “Apa lo mau liat gue beneran cemburu?”
“No coment.” Ujar Vicky sambil masuk ke kamar Ricky tanpa menunggu Nicky kembali merespon. Karena bisa dipastikan, Nicky akan mendaratkan sebuah jitakan padanya.

@@@

Riyu menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Najwa. Ketika Najwa baru turun dari mobil, Zaquan berlari keluar menghampirinya.
“Kemana lo semalem?” Tanya Zaquan tajam. “Kalian berdua mau ngerjain gue?” Tanyanya lagi ketika melihat Riyu juga keluar dari dalam mobilnya.
“Masalah gitu, buat lo?” balas Najwa sambil menutup pintu mobil Riyu.
“Sejak kapan lo peduli sama kakak lo?” Riyu ikutan.
“Sini, gue mau ngomong.” Kata Zaquan sambil menarik paksa tangan Najwa.
“Lo apa-apaan sih?” Najwa memberontak. “Lepasin gue!” Bentaknya, namun Zaquan tetap menariknya sekuat tenaga menuju ruang tengah.
Zaquan memaksa Najwa duduk di salah satu sofa yang berada di sana. Ia meraih sebuah buku tabungan di atas meja dan menunjukkan isinya tepat di depan wajah Najwa. “Dari mana lo punya duit sebanyak ini?”
Riyu sendiri ternyata mengikuti mereka hingga ke dalam rumah. “Dari mana lo dapet buku tabungan Najwa?” teriaknya.
Zaquan sontak menoleh. “Bukan urusan, lo!”
“Jelas ini urusan gue juga.” Riyu tak mau kalah. “Najwa berada dalam pengawasan gue.”
Tapi tampaknya Zaquan sama sekali tak mempedulikan semua perkataan Riyu. “Jawab pertanyaan gue?” tanya Zaquan kepada Najwa.
Najwa langsung berdiri dan menyambar buku tabungan di tangan Zaquan. “Pengen tau urusan orang banget sih lo!” ujar Najwa ketus sambil pergi menuju kamarnya.
Zaquan menoleh ke Riyu yang menatapnya penuh senyum kemenangan. Riyu sendiri tak ingin mengejar Najwa. Ia memilih untuk meninggalkan rumah itu bersama kekesalan Zaquan.

@@@

Najwa begitu masuk kamar langsung mengunci pintu dan merebahkan badannya di kasur. Ia melirik jam di tangannya yang menunjukkan pukul 9 pagi.
Najwa langsung teringat sms dari Dylan semalam. “Anak-anak black inject jadi pada latihan main sepatu roda gak ya?” Tanya Najwa seorang diri sambil mencari-cari kontak Dylan di ponselnya. “Astaga!” Najwa menepuk dahi. Ia baru sadar kalau yang berada di dalam ponselnya adalah simcard milik Ricky.
Najwa loncat dari tempat tidur bergegas menyambar handuk yang tergatung di balik pintu dan langsung berlari ke kamar mandi. Setengah jam kemudian, ia telah sampai kembali di rumah sakit.

@@@

Kamar Ricky penuh dengan teman-teman sekolah yang datang menjenguknya. Sebut saja Erwan, Juna, Alan, Viola dan Nissa tentunya, serta dua orang lagi yang juga dekat dengannya di kelas, Beni dan Yongki.
Pintu menjeblak terbuka. “Kak Ricky…” teriak Najwa yang tak menyadari ada banyak orang di dalam sana.
Semua orang menoleh. Najwa langsung diam. Malu lebih tepatnya. Vicky langsung iseng menoleh ke Nicky yang sekarang sudah duduk di sofa sambil sok sibuk membaca majalah. Vicky hanya tertawa dalam hati. Karena itu bukan kebiasaan Nicky.
“Maaf kak, kalo aku ganggu.” Kata Najwa lagi karena tak ada yang bicara setelah ia datang.
“Iya, gapapa kok, Na.” Balas Ricky akhirnya. “Ada yang ketinggalan?”
Najwa hanya mengangguk sambil mendekati Ricky. “Semalem aku nuker simcard kita, soalnya hape kakak lowbath.”
Ricky mengeluarkan ponselnya dari dalam laci meja yang berada di samping tempat tidurnya. Hapenya pun sudah nyala kembali. Ada dua pesan. Ricky langsung membukanya.
“Kita tukeran nomor dulu aja ya sementara.” Kata Ricky iseng.
Najwa menahan napas untuk itu. ‘Apa-apaan nih?’ pikirnya. ‘Kenapa kak Ricky jadi gak beda jauh sama kak Nicky.’ Najwa menoleh ke Nicky yang masih pura-pura dengan kehadirannya.
“SMS dari Dylan nih. Katanya, lo lagi di mana? Semalem kak Vendi dateng ke rumah Aloy.” Ujar Ricky mengikuti kata-kata dalam pesan itu.
Najwa terbelalak sambil langsung berusaha merebut ponsel di tangan Ricky. Tapi tentu saja Ricky menjauhkan posel itu dari jangkauan Najwa.
“Pliss kak. Tolong balikin.” Pinta Najwa dengan sangat memohon.
“Tadi, gue bilang apa?” Ricky balik bertanya. “Kita tukeran nomor, tapi kalo butuh kontak seseorang, lo sms ke gue.”
Najwa masih diam. Ia serasa di permalukan meski orang-orang di sekitarnya tak memandang merendah. Tapi tetep aja.
“Udah lah, Rick.” Kata Nicky masih sambil pura-pura sibuk membaca majalah. “Kasih aja. Kayaknya penting.” Ujarnya seolah menyindir.
“Kalo Nicky udah ngomong gitu, nurut aja deh gue.” Kata Ricky akhirnya, membuat teman-temannya saling pandang. Kecuali Vicky pastinya, hanya ia sendiri yang menahan tawa. “Tapi nomornya Dylan aja, ya.” Ujar Ricky lagi.
Najwa mengangguk pelan. Sambil menyodorkan ponselnya ke tangan Ricky yang menengadah. Ricky mengetikkan deretan nomor di ponsel Najwa.
“Nih…” Ricky mengembalikan ponsel itu ke Najwa. “Kalo butuh apa-apa, lo sms ya…” ujarnya sedikit menggoda.
Najwa kembali mengangguk. “Makasih kak, aku permisi dulu.” Kata Najwa cepat-cepat, kemudian langsung meninggalkan kamar Ricky.
“Kayaknya bakal langsung sembuh nih, Rick?” ledek Vicky kepada Ricky, tapi matanya melirik ke Nicky. Ia sadar Nicky bereaksi sesuatu, meski Nicky masih pura-pura dengan majalahnya.
“Iya nih, bilangin ke dokter donk, Vick. Gue mau pulang sekarang aja.” Ricky menimpali perkataan Vicky.
“Eh, tunggu deh.” Kata Viola tiba-tiba. “Maksudnya apaan, nih? Cewek itu ngedeketin lo juga, Rick?” Tanya Viola dengan tatapan menyelidik.
“Hah? Juga?” Ricky balik bertanya.
“Iya.” Viola menegaskan. “Gue udah sering liat tuh cewek jalan bareng Riyu. Terus sekarang, dia ngedeketin lo bertiga, gitu?” ujarnya sedikit ketus. Menurut informasi, Viola memiliki perasaan khusus ke salah satu dari tiga anak kembar ini, yaitu Ricky.
Nicky berdiri dengan tatapan tak terima tas segala tuduhan yang dilontarkan oleh Viola. “Jangan asal ngomong.” Ujarnya sambil melempar majalah yang sejak tadi dipegangnya ke atas meja. “Lo gak tau kan, apa hubungan Riyu sama Najwa yang sebenarnya?” balas Nicky dengan tatapan menusuk.
“Apa lagi kalo bukan pacaran?” Viola tak mau kalah. “Itu kan yang mau lo bilang?”
Nicky tertawa pahit.
“Mereka sepupuan.” Nissa yang menjawab. Tapi tak sambil menatap Viola yang berdiri di sampingnya.
Sontak Viola terperangah. “Lo pasti Cuma ngebela, kan?”
Nissa menoleh tajam. “Apa-apaan sih lo?” Nissa tak terima dituduh seperti itu.
“STOP!” Teriak Nicky karena Viola siap buka mulut kembali. “Vio, gue minta sama lo buat berenti memandang Najwa kayak gitu.”
“Gue tau lo naksir Ricky.” Sambar Vicky, membuat semua orang terperangah. “Makanya lo cemburu dan berusaha membuat Najwa jelek di mata Ricky.”
Viola sudah tak bisa mengelak.
Disaat bersamaan, ponsel Ricky bergetar. Sebuah pesan masuk dari Riyu. Ricky langsung mengalihkan ke nomornya yang ada pada Najwa.

@@@

Sms dari Riyu : Dylan bilang semalem kak Vendi ke rumah Aloy. Ntar sore gue jemput lo jam 4. Kita ke base camp anak-anak black inject.

Begitu mendapat sms dari Ricky, Najwa langsung menghubungi ponsel Riyu. Jelas saja Riyu membuat bertanya-tanya karena ponsel Ricky lah yang tertera pada layarnya.
“Riyu, ini gue Najwa.” Kata Najwa ketika mendengar sapaan dari Riyu. “Motor lo kan masih di bengkel, jadi ntar sore biar gue yang jemput lo. Oke? Kita pake motor gue.” lanjut Najwa sebelum Riyu bertanya-tanya lagi perihal dirinya yang menggunakan nomor milik Ricky. kemudian ia langsung memutuskan telponnya.

@@@

Nicky dan Vicky membantu Ricky membereskan barang bawaan ketika mereka di rumah sakit. Benar saja apa yang dikatakan Ricky, sore ini ia sudah diizinkan pulang. Tapi dengan syarat, tidak ada lagi rokok.
“Mulai hari ini, gak akan ada lagi yang namanya rokok ya, Rick.” Ujar Vicky yang sedang melipat selimut ketika Ricky baru saja berganti pakaian di kamar mandi.
“Kalo ampe ketauan satu batang aja, abis lo sama gue!” Nicky mendukung dengan nada mengancam.
“Lo berdua gak perlu capek-capek ngancem gue deh.” Balas Ricky yang tak terlalu khawatir dengan ancaman kedua kembarannya. “Udah ada yang ngejamin kok.”
“Siapa?” tanya Nicky dan Vicky kompak.
Ricky tak langsung menjawab. “Pengen banget tau ya kalian?” ledeknya.
“Najwa maksudnya?” Tanya Nicky dingin.
Vicky menoleh khawatir. Ia menatap Ricky yang menjawab pertanyaan Nicky dengan mengangguk malu-malu.
“Bagus deh.” Ujar Nicky masih dengan nada dingin.
Tapi nampaknya Ricky tak terlalu mempedulikan sikap aneh kembarannya yang satu itu. Ada hal lain yang lebih penting untuk dikhawatirkan.
“Lo kenapa gak mau balikin simcardnya Najwa, sih?” Tanya Vicky.
Ini dia yang baru saja ingin Ricky bahas. Ia tak berkata-kata, hanya menyodorkan ponselnya ke Nicky, karena Nicky berdiri paling dekat dengannya. Tapi Nicky agak sedikit tak peduli. Dan Vicky berinisiatif untuk merebutnya.
“Ini serius?” Vicky menoleh ke Ricky menuntut kejelasan.
“Itu dia. Gue juga gak tau. Makanya gue nahan simcardnya Najwa.” Jelas Ricky.
“Baca deh.” Perintah Vicky kepada Nicky yang berat hati meraih ponsel Ricky. Matanya langsung terbelakak menatap layar ponsel ditangannya. Sebuah pesan dari nomor tanpa nama.

Jauhi Nicky, Ricky dan Vicky. Atau Venda yang terima akibatnya… (Kelvin)

“Brengsek tuh orang!” protesnya.
“Sementara, kita harus jaga jarak sama Najwa.” Kata Vicky memberi saran. “Dan jangan sampai Najwa tau.”
Nicky menatap Vicky tajam. “Lo mungkin bisa ngomong gitu! Tapi gue? Harus ngelanggar amanat Venda, gitu?” ujarnya ketus.
“Heh? Kelvin Cuma ngelarang Najwa buat deket sama kita, kan? Bukan Riyu atau yang lain.” Balas Ricky dengan nada sedikit lebih tenang. “Dengan kita ngejauh, bukan berarti kita harus lepas tangan buat jagain Najwa.”
Nicky diam untuk mencerna perkataan Ricky.
“Makanya… jangan ngomel dulu…” Vicky menimpali. “Kita masih bisa minta tolong Riyu.”

@@@

Najwa menghentikan motornya di depan rumah Riyu. Riyu sendiri sedang berada di teras bersama Dylan. Cowok itu telah mendahuluinya sampai di rumah Riyu.
“Na, kok lo bisa tukeran hape gitu sih sama Ricky?” Todong Riyu begitu Najwa telah dihadapannya.
“Bukan hape, Cuma simcardnya doank.” Balas Najwa sambil terus berjalan masuk ke dalam rumah. Tak lama ia kembali sambil menenteng segelas air putih dingin. “Bahas kak Vendi dulu deh.” Najwa mengalihkan. “Lo ketemu dia dimana, Dyl?” kali ini tatapannya menuju Dylan. Ia sangat berharap banyak pada cowok ini.
“Kemaren, di rumah Aloy.” Jawab Dylan. “Jujur, gue baru tau kalo sebagian anak-anak black inject masih berhubungan dengan kak Vendi. Dia gak bener-bener ngilangin diri.”
“Siapa aja yang tau?” Najwa tak ingin langsung menuduh Dylan. “Rata-rata teman seangkatan sama dia.”
Najwa berusaha sabar, tapi tetap aja ia tak bisa tahan emosi kalo sudah menyinggung tentang Vendi. “Terus, lo gak tanya dia di mana sekarang?”
“Gak bisa sefrontal itu, Na.” Dylan membela diri. “Tapi satu yang gue tau. Kak Vendi berada gak jauh dari sini.”
“Dia kerja atau apa? Kak Vendi keluar rumah tanpa uang sepeser pun. Tabungan kita juga masih utuh sampai sekarang.” Najwa mulai tak sabar.
“Kak Vendi kerja di bengkel barunya Rama. Letak pastinya gue kurang tau.”
‘Bengkel?’ batin Najwa berujar. Ia merasa mendapatkan setitik cahaya terang. “Kalo emang gak jauh dari sini…” Najwa memandang Riyu dan Dylan bergantian. “…kita telusurin bengkel-bengkel yang ada di sekitar sini.” Kata Najwa sambil meletakkan gelasnya di atas meja. Tanpa ini itu lagi, ia berlari keluar pagar.
“Udah gue duga.” Keluh Riyu.
Seolah mengerti dan tanpa tunggu dikomandoi, Riyu dan Dylan bergegas menyusul Najwa.

@@@

Ketika perjalanan pulang, Vicky yang mengendarai mobil. Sementara Nicky duduk di samping Vicky, dan Ricky duduk di kursi belakang.
“Lo niat sampe kapan pake simcardnya Najwa?” Tanya Vicky ketika mereka dalam perjalanan.
“Belom tau, mungkin sampe kita buktiin kalo yang sms ini beneran Kelvin, bukan Rio.” Tandas Ricky.
Nicky sendiri tampaknya tak begitu mempedulikan obrolan dua kembarannya. Terutama perihal Najwa. Ia sibuk diam sambil memandang hampa keluar jendela.
“Jadi, mending lo sabar dulu deh. Jangan terlalu frontal ngejagain Najwanya.” Lanjut Vicky. “Nick, lo denger apa yang gue bilang tadi, kan?” Tanya Vicky ingin memastikan karena perkataannya sama sekali tak di respon Nicky.
“Vick, stop!” perintah Nicky tiba-tiba membuat Vicky mendadak menginjak rem. Beruntung jalanan tidak terlalu ramai, hingga tak ada yang kendaraan lain yang membentak melalui klakson. Tapi nampaknya ia sama sekali tak peduli dengan teriakan Ricky yang terbentur jok belakang kursi mobil yang ditempatinya.
“Lo apa-apaan sih, Nick?” Protes Ricky sambil mengelus-elus kepalanya.
Nicky masih tak peduli, justru ia malah membuka jendela dan menjulurkan kepalanya keluar. Beberapa meter dibelakang mobil Vicky berhenti terdapat sebuah bengkel. Nicky mengenali salah satu motor yang terparkir di depannya milik Najwa.
“Itu motornya Najwa, yang merah.” Kata Nicky membuat Ricky ikutan membuka jendela dan menjulurkan kepalanya keluar.
Vicky sendiri hanya bisa melihat sedikit karena pandangannya terhalang meski sudah mencari celah.
“Yang punya motor kayak gitu kan gak Cuma Najwa doank, Nick.”
Melalui luar jendela, Nicky menatap Ricky cukup dalam. “Gue kenal banget sama motor Najwa. Di depan ada sticker bendera merah putih.”
Perkataan Nicky membuat Ricky harus menajamkan pandangannya. “Iya, sih. Ada.” kata Ricky setelah membuktikan kebenaran semua yang dikatakan Nicky.
Sekilas, terlihat dua orang cowok dan satu cewek keluar dari dalam bengkel. Sontak membuat Nicky dan Ricky langsung mingslep ke dalam mobil dan menutup jendela. Benar saja apa yang Nicky katakan. Itu motor Najwa meski Riyu yang mengendarainya. Dylan juga berada di antara mereka.
Tak lama, motor Najwa dan Dylan melintas di samping mobil Vicky, membuat ia dan dua kembarannya sedikit menunduk agar Najwa atau yang lain tidak menyadari keberadaan mereka.
“Cowok yang ngikutin motor Najwa itu, Dylan kan?” Tanya Ricky ketika motor Najwa sudah sedikit jauh di depan mereka. “Anak basket dari SMA Priority?” lanjutnya.
“Kejar, Vick!” perintah Nicky yang langsung dituruti Vicky.
“Gue curiga dia yang jadi mata-matanya Kelvin.” Kata Ricky lagi karena pertanyaannya yang tadi belum ada yang merespon.
“Walau sama-sama anak Priority, blom tentu juga dia yang jadi mata-matanya Kelvin.” Kali ini Nicky tak sependapat dengan Ricky.
“Gue kan Cuma curiga aja, apa itu salah?”
“Udah, stop!” ujar Vicky sebelum terjadi hal-hal yang tak diinginkan dari kedua kembarannya itu. “Ngapain pake berantem, sih? Najwa udah gak keliatan nih.” Omelnya.
“Siapa yang berantem?” balas Nicky dan Vicky kompak.

@@@

Najwa sampai di rumahnya setelah maghrib. Setelah itu ia langsung menuju kamar dan merebahkan badannya. Di saat yang bersamaan, ponselnya berdering menandakan sebuah panggilan masuk. Nomor tanpa nama, tapi cukup familiar di mata Najwa. Tanpa pikir panjangm ia pun langsung menjawabnya.
“Halo…”
        “Na, ini gue Rhea.” Teriak Rhea gemas.
Najwa harus sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya. “Iya, kenapa neng?” balasnya.
“Lo lupa ya, kalo Ivo tuh naksir kak Ricky?”
Najwa diam untuk mengingat apa yang Rhea katakan. Tapi ia sama sekali tak lupa. “Iya gue inget kok. Terus kenapa?”
“Terus kenapa?” Rhea mengulangi perkataan Najwa. “Lo tukeran nomor gini sama kak Ricky tuh maksudnya apa?” Tanya Rhea ketus. “Mau pamer kalo lo bisa deket ke semua tritwis? Seenggaknya lo hargain kek perasaan temen lo yang satu itu.” Rhea seolah tak memberi Najwa kesempatan untuk membela diri.
“Gue tuh…”
“Baru aja semalem dia hepi karena pulang dianterin kak Ricky, dan sekarang, lo udah ngancurin semuanya.” Rhea memotong ucapan Najwa. “Gue gak nyangka sama lo!” Rhea benar-benar tak mengizinkan Najwa membela diri sedikitpun, Karena ia langsung mematikan telponnya secara sepihak.
“Halo… Rhe… Rhe…” Najwa hanya bisa menghela napas. “Kasus lagi, nih.” Keluhnya.

@@@

“Eh, gue cari kado dulu ya sebentar.” Kata Vicky sambil berhenti di depan sebuah toko kado.
Baik Nicky ataupun Ricky, tak ada yang berkomentar. Jelas saja, karena Vicky langsung kabur sebelum ada yang mengizinkannya keluar. Tak lama, Vickypun kembali sambil menenteng bungkusan kado.
“Siapa yang ulang tahun?” tanya Nicky setelah Vicky mnyodorkan kado itu padanya.
“Ultahnya Winny, masa kalian lupa?”
Tak ada yang menjawab pertanyaan Vicky. Nicky dan Ricky hanya melengos.
“Pada sibuk mikirin Najwa sih.” Vicky menyindir pelan sebelum kembali menjalankan mobilnya.

@@@


Tidak ada komentar:

Posting Komentar