Jumat, 01 Februari 2013

TRITWINS VS BUKU BIOLOGI



Pulang sekolah…
          Ricky bersandar di pintu mobilnya yang berwarna hitam. Dikanan dan kirinya juga terparkir mobil berwarna putih dan merah. Yang putih, udah pasti milik Vicky. Karena begitu sampai, Vicky langsung melempar ranselnya ke dalam mobil. Dan mobil yang merah, berarti punya Nicky? Bukan. Itu punya Nissa. Sebelum pergi, ia sempat membuka kaca mobilnya dihadapan Vicky dan Ricky.
          “Vick, ini buku lo.” Ujarnya sambil menyodorkan sebuah buku setebal novel ‘breaking dawn’. “Makasih ya.”
Namun Ricky lah yang merebut buku itu diiringi tatapan jahilnya. “Tawaran gue yang tadi masih berlaku lho, Nis.”
“Ya ampun, aku tersanjung.” Kata Nissa pura-pura manis. “Sekali nggak, tetep nggak!” Nissa langsung menutup jendela mobil dan pergi dari sana.
“Seneng banget sih ngeledekin anak orang!” Vicky membela Nissa sambil merebut buku itu dari tangan Ricky.
Ricky hanya tertawa tak peduli. Lalu mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya. Dengan cukup iseng, Ricky menyodorkan rokok itu ke Vicky. Jelas saja Vicky menolak mentah-mentah, karena ia tak merokok.
Tiba-tiba beberapa orang siswa terlihat berlari berhamburan. Ada beberapa orang juga dibelakang mereka yang terlihat sebagai pengejar.
“Woy! Jangan lari lo!” Teriak salah satu dari mereka. Begitu melewati Vicky dan Ricky, ia merebut buku yang gipegang Vicky.
Wajahnya mirip dengan Ricky dan Vicky. Jelas saja, mereke bertiga kembar dan itu Nicky. Nicky Airlangga. Preman sekolah. Terkenalnya sih gitu. Gak segan-segan menghajar siswa, terutama yang pamer harta di depan matanya. Seragamnya sama sekali gak rapih. Kemejanya berkibar karena tak dimasukan ke dalam celana. Cara pakai dasinya tak beda jauh dengan Ricky. Lengan seragamnya digulung beserta lengan kausnya.
 “Menurut lo, Nissa kenapa kesel banget sama Nicky?” tanya Vicky pada Ricky yang tengan menikmati rokoknya.
Ricky mengembuskan asap rokoknya ke udara. “Gue kan udah bilang, cintanya Nissa ditolak sama Nicky.” Ujarnya santai.
“Bukannya selama ini mereka pacaran ya?”
Ricky tertawa sejadi-jadinya. “Lo kemana aja sih, Vick? Nicky tuh lagi pedekate sama alumni anak SMA Priority. Beda setahun di atas kita sih.” Keluh Ricky.
Suasana ricuh di depan gerbang nampaknya mulai reda. Nicky pun perlahan muncul dari kejauhan, ia berjalan sambil menenggelamkan salah satu tangannya ke dalam saku celana. Nicky tersenyum kepada kedua kembarannya dengan penuh kemenangan.
“Hai para kembaranku. Makin cakep aja kalian.” Ledek Nicky sambil berhenti sesaat, kemudian kembali berjalan.
“Heh!” Vicky menarik kerah seragam Nicky. “Mana buku gue?” Pintanya.
“Hah? Buku? Buku apaan?” Nicky balik bertanya.
“Eh, jangan belagak amnesia mendadak gitu deh!” Vicky mulai kesal. “Tuh buku penting banget.”
“Oohh… iya iya iya…” Kata Nicky akhirnya. “Tadi gue pake buat nimpuk.” Lanjut Nicky tanpa rasa bersalah.
“Terus, sekarang mana bukunya?” Pinta Vicky lagi, kali ni lebih tegas.
“Kecebur got.” Jawab Nicky enteng.
“Apa?” Vicky berteriak cukup histeris. “Gue gak mau tau, sekarang juga lo ganti buku itu.”
“Iya gue bakal ganti. Tapi jangan hari ini juga donk. Ntar sore gue mau ketemu Venda.” Nicky memohon.
“Gue gak mau tau.”
“Udah lah, lo tenang aja.” Kata Ricky yang berusaha menjadi penengah. “Urusan Venda biar gue yang gantiin lo.”
Nicky melirik kesal ke Ricky yang tak membantu apa-apa.
“Sekarang gini aja, lo pilih pergi buat cari buku itu, atau gue gak mau bantuin lo ngerjain tugas Biologi punya lo.” Vicky yang sudah cukup kesal terdengar mengancam.
Nicky melirik jamnya. 15.12. ‘Sial!’ umpatnya dalam hati.
“Gue tunggu sampe jam 5.” Ujar Vicky santai sambil berjalan menuju pintu mobil. Diikuti Ricky setelah membuang puntung rokoknya.
Nicky tak punya banyak waktu untuk berfikir. Ia segera menempatkan diri diantara mobil kedua saudaranya itu dan meminta Vicky dan Ricky untuk membuka kaca mobil masing-masing.
“Oke. Gue setuju.” Kata Nicky akhirnya—meski terpaksa—sambil memandang ke Vicky. “Tulisin judul buku sama nama pengarangnya.” Perintah Nicky, kemudian beralih ke Ricky. “Gue berniat nembak dia hari ini. So, gue harap lo gak bikin kacau semuanya.” Nicky memperingatkan.
“Serahin ke gue.” Ricky tersenyum puas, lalu menyodorkan ponselnya. Sesaat Nicky menatap penuh tanda tanya. “Lo mau semuanya lancar, kan?”
Nicky pun akhirnya mengerti. Dengan enggan ia mengeluarkan ponselnya untuk ditukar dengan milik Ricky. Kemudian kembali menoleh ke tempat Vicky berada. Ia pun meraih kertas yang disodorkan Vicky.
“Inget! Jam 5 sore.” Vicky kembali mengingatkan, lalu pergi meninggalkan Nicky. Tapi Ricky justru menghampiri Nicky sambil menyodorkan kunci mobilnya. Nicky yang mengerti dengan maksud Ricky, dengan enggan mengeluarkan kunci motornya untuk ditukarkan dengan kunci milik Ricky. Setelah mendapatkan yang ia inginkan, Ricky pun berjalan menuju lapangan parkir motor.
“Aarrgghh…!!!” Nicky kesal sendiri.
Beberapa orang yang melintas, sontak memandang Nicky dengan tatapan ingin tahu.
“Apa liat-liat!” teriak Nicky galak sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil Ricky.

@@@

          Ini adalah toko buku ketiga yang dikunjungi Nicky seharian ini. Segera ia menanyakan buku yang tengah dicarinya kepada petugas di sana.
          “Ada di sebelah sana, mas.” Ujar mbak karyawan toko sambil menunjuk salah satu lemari penyimpan buku.
          Akhirnya. Nicky pun menghela napas dan… tanpa pikir panjang, Nicky menyambar buku itu dan langsung membawanya ke kasir.
          Tak ada yang diinginkannya setelah itu selain pulang. Terang saja, Nicky langsung ke sana sepulang sekolah. Ia pun masih mengenakan seragam putih abu-abunya.
Begitu Nicky berada di atas escalator, beberapa cewek anak SMA memperhatikannya sambil bergumam gak jelas ke teman-temannya yang lain. Suasana itu membuat Nicky merasa sangat tidak nyaman.
Sebisa mungkin Nicky berlari menghindari kerumunan cewek-cewek centil itu. Sampai akhirnya ada insiden kecil terjadi. Nicky menabrak seorang cewek hingga barang belanjaan mereka sedikit berceceran.
“Maaf ya, gue buru-buru.” Kata Nicky yang merasa bersalah.
“Iya, gapapa.” Balas cewek santai.
Mereka pun berdiri. “Nih.” Nicky menyodorkan tas plastic milik cewek itu yang berhasil di kumpulkannya.
“Makasih.” Ujar cewek itu lagi penuh senyum sebelum meninggalkan Nicky.
Sesaat Nicky terhanyut dalam pesona cewek itu. Namun semua buyar ketika ponselnya bergetar. Nicky merogoh saku celananya.
“Apaan lagi sih, Vic?” keluh Nicky ketika menjawab telpon dari salah satu kembarannya itu.
“Bukunya udah dapet belom?” Tanya Vicky dari tempat yang berbeda.
“Iya, udah. Ini juga gue udah mau balik kok.” Jawab Nicky enggan.
“Cek lagi, udah bener apa belom? Gue gak yakin sama lo.”
“Iya bawel.” Nicky memutuskan sambungan telponnya. Semula ia berniat langsung pergi dari tempat itu. Namun rasanya ada yang aneh dengan barang berlanjaannya. “Kok, agak sedikit lebih berat dari yang tadi, ya?” tanya Nicky seorang diri.
Untuk mendapatkan jawabannya, Nicky mengikuti saran Vicky untuk memeriksanya. Nicky membuka tas plastic belanjaannya. “Hah?” Nicky tercengang mendapati isi tas itu bukan buku yang baru saja ia beli. “Kenapa buku biologi bisa berubah jadi novel remaja?”
Baru kali ini sebuah buku pelajaran yang berjudul biologi bisa menjadi sebuah barang berharga yang tak ternilai harganya bagi Nicky.
Nicky berlari dengan tekad bisa menemukan cewek tadi lagi. Ia menuju pintu keluar mall penuh keyakinan bahwa cewek itu juga melintas di sana.
Nicky menajamkan mata menyapu sekelilingnya mencari cewek itu. Pandangannya berhenti di atas jembatan penyebrangan yang terdapat tepat di depan gedung mall itu. Nicky merasa lega mendapati cewek itu menuju halte transjakarta.
Sekuat tenaga Nicky mengejar. Tak peduli cacian dari beberapa orang yang tak sengaja tertabrak tubuhnya meski ia telah berteriak minta maaf.
Sesampainya di halte, Nicky sudah melihat sosok cewek itu menunggu bus datang. Tapi dirinya justru di hadang petugas.
“Tiketnya, mas.” Pinta petugas itu.
Nicky melupakan hal yang berkaitan dengan transjakarta busway, ia harus terlebih dahulu membeli tiket. Segera Nicky menuju loket penjualan tiket.
“Satu, mbak.” Kata Nicky sambil mencari dompet di saku celananya, namun pandangannya sesekali mengawasi cewek tadi.
“Tiga ribu lima ratus rupiah.” Tegur penjaga loket karena Nicky tak kunjung menyodorkan uang.
Nicky menepuk jidat. Ia baru menyadari kalo dompetnya benar-benar terjatuh di kamar mandi tadi pagi. Saku celana yang lain juga tak menyisakan uang sepeserpun. Uang terakhirnya sudah ditukar dengan buku biologi. Alhasil, Nicky membatalkan transaksinya. Dan semakin kalap ketika cewek tadi sudah menaiki bus dan kini bus mulai meninggalkan halte.
Nicky mendekati tepi pagar pembatas. “Wooyy…!! Turun lo!! Buku kita ketuker.” Teriak Nicky sambil melambaikan buku itu ke arah bus. Tak peduli pandangan orang-orang yang menatapnya.
Nicky tertunduk. Bus semakin jauh berjalan.

@@@

Sore itu Vicky lagi menyiram tanaman di halaman rumahnya. Tak lama, sebuah taksi berhenti tepat di depan pagar.
“Siapa?” pikir Vicky.
Belum sempat Vicky menghampiri, Nicky muncul membuka pintu pagar dan bergegas menuju dalam rumah.
“Bukunya gimana?” tegur Vicky ketika Nicky melintas. Tapi Nicky tak menjawab.
Begitu Nicky masuk, Ricky keluar.
Nicky berlari menuju kamar mandi yang berada dalam kamarnya. Ternyata dugaannya benar. Dompet kulit berwarna hitam itu tergeletak di lantai kamar mandi. Begitu Nicky memungutnya, ia kembali keluar.

@@@

“Kok lo malah beli novel? Buku biologinya mana?” tanya Vicky yang menemukan novel yang diletakkn Nicky di atas meja ketika kembarannya itu muncul.
“Kenapa lo naik taksi? Mobil gue mogok? Terus, lo tinggalin di mana?” Ricky melakukan hal yang sama.
“Buku biologi ketuker, dompet gue ketinggalan.” Nicky menjawab sambil tetap berjalan. Ia membuka pintu taksi. “Sekarang gue mau balik ke mall buat ngambil mobil lo.” Lanjut Nicky kali ini sambil menatap Ricky.

@@@

Pagi hari, Nicky baru saja memarkirkan motornya di halaman sekolah. Sebuah motor berhenti di samping motornya. Sang pengandara itu cewek.
Nicky tercengang ketika cewek itu membuka helmnya.
“Lo anak SMA ini juga?” tegur Nicky galak.
Itu cewek yang kemaren tabrakan dan bukunya tertukar dengan Nicky. Namanya Najwa.
“Lo yang kemaren nabrak gue di mall, kan?” Najwa balik bertanya.
“Bagus deh kalo lo masih inget. Sekarang, mana buku gue?” pinta Nicky setengah memaksa.
“Gak ada di gue.” Ujar Najwa sambil melengos pergi. Tapi Nicky berhasil menahan tangannya.
“Heh! Lo tuh anak baru di sini. Jadi jangan macem-macem sama gue.” Nicky sedikit terdengar mengancam.
“Terus, ngaruh gitu karna gue anak baru, terus gue harus takut sama lo?” balas Najwa.
“Gak usah sok jagoan deh. Udah, cepet, mana buku gue?” kata Nicky lagi, kali ini sedikit memaksa untuk menggeledah tas Najwa.
“Apa-apaan sih lo, kak!”
“Nicky, berenti!” teriak Ricky yang diikuti pula oleh Vicky dan Nissa dibelakangnya.
“Rick, cewek ini yang bukunya ketuker sama gue.” Ujar Nicky sambil menunjuk Najwa. “Dan dia gak mau balikin. Lo tau kan kalo gue ada tugas buat hari ini?” Nicky sedikit minta pembelaan dari Ricky.
“Tugas lo udah selesai kok.” Kata Vicky menyeruak. Ia menyodorkan print out tugas Nicky dan sebuah buku. Buku biologi yang sempat menjadi barang berharga bagi Nicky. “Itu buku yang ketuker sama novelnya Najwa.” Lanjut Vicky.
“Kok bisa ada di lo?” Tanya Nicky penuh curiga.
Nissa tersenyum dan membuat Nicky semakin curiga dan mencurigai sikap cewek yang kini berdiri di samping Najwa sambil merangkulnya.
“Semua yang terjadi di bawah scenario Vicky.” Kata Nissa.
Kecurigaan Nicky berpindah ke Vicky.
“Semata-mata supaya lo bisa menghargai sesuatu.” Vicky membela diri.
Dylan, Riyu dan Erwan muncul. Mereka adalah orang yang kemarin sempat dikejar oleh Nicky.
“Jadi, kalian termasuk dalam scenario?” Tanya Nicky memastikan tebakannya benar.
Dylan, Riyu dan Erwan mengangguk kompak.
Entah kenapa, Nicky sontak melirik dimana Najwa berada. “Dan lo… Anak baru yang juga sepupunya Nissa, gitu?”
Gantian, Nissa dan Najwa yang mengangguk kompak.
“Pantesan lo berani ngelawan gue.” Nicky baru menyadari sesuatu. “Biasanya anak baru sopan ke gue.”
“Bukan sopan! Tapi takut.” Celetuk Ricky.
“Yaiyalah, takut. Lo galak sih, kak.” Najwa menimpali perkataan Ricky yang membuat Nicky sedikit salah tingkah.

@@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar