Minggu, 24 Februari 2013

BLACK ORCHID (part 3)



        Jung Woon, Siwon, Ryeowook dan Sun Woo mulai mengatur strategi untuk menolong Hyukjae. Ketika mobil van pergi dan hanya meninggalkan satu orang saja yang berjaga di sana, mereka pun beraksi.
        Yang pertama maju adalah Sun Woo. Ia menyamar menanyakan alamat. Kebetulan di daeran tersebut memang sangat sepi oleh warga. “Maaf paman, saya sedang mencari alamat, dan tidak ada siapapu di sekitar sini.” Berhasil. Sun Woo berhasil membawa pria tersebut hingga keluar gang. Sementara Jung Woon dan Siwon mengikuti dari belakang. Setelah mendapatkan sedikit celah, mereka pun tak menyia-nyiakan untuk menyelinap ke dalam gang tersebut.
        Hanya beberapa meter dari sana, mereka menemukan bangunan yang berdiri di tengah-tengah dan dikelilingi tembok yang cukup tinggi. Beruntung di sana tidak ada orang lain lagi yang menjaga. Siwon dan Jung Woon dapat segera masuk dengan mudah, karena pintu juga tidak terkunci. Bangunan hanya terdiri dari satu ruangan. Dan di sanalah tubuh lemah Hyukjae terbaring. Pria itu masih sadar sepenuhnya, namun ia tak bisa menggerakan bagian tubuhnya.
        “Tuan, jangan khawatir. Kami teman-teman Joon. Kami akan segera menyelamatkan mu.” Kata Siwon ketika di hadapan Hyukjae.
        Meski tak bisa melakukan apa-apa, namun terlihat dari mata Hyukjae bahwa pria itu sangat berterima kasih dengan dua pemuda di hadapannya.
        “Hei…! Siapa kalian!” Siwon dan Jong Woon sontak menegang.
‘Sial. Kami tertangkap.’ Rutuk Siwon dalam hati. Perlahan ia pun bangkit dan berbalik. Seorang pria berpakaian sama dengan pria yang bersama Sun Woo di luar menodongkan pistol bergantian tepat ke wajahnya dan Jong Woon.
“Ayolah tuan. Jangan menggangu waktu santai kita.” Kata Jung Woon seolah meremehkan bodyguard itu.

@@@

        “Siwon dan Jung Woon tertangkap. Segera habisi pria itu.” Kata Ryeowook kepada Sun Woo melalui monitor yang dihubungkan melalui alat yang digunakan Sun Woo untuk bisa mendengarkan kata-kata dari Ryeowook.
        Sun Woo melirik pria tersebut yang masih menjelaskan sesuatu padanya. “Terima kasih telah membantu, paman.” Kata Sun Woo setelah pria itu menyelesaikan kata-katanya. “Kalau begitu saya permisi.” Lanjut Sun Woo.
Ketika berbalik, Sun Woo sambil mengambil selembar sapu tangan dari balik saku jaketnya. Ia pun kembali berbalik dengan cepat dan mendekap pria tadi dari belakang menggunakan sapu tangan tadi. Seketika, tubuh pria itu melemah hingga akhirnya kehilangan kesadarannya. Tentu saja karena Sun Woo telah memberikan obat bius di sapu tangan tersebut.
        Sun Woo menekan sebuah tombol kecil pada benda semacam handsfree yang tergantung pada daun telinganya. “Cepat ke lokasi.” Perintah Sun Woo kepada Ryeowook. Lalu ia pun segera melesat menelusuri gang kecil tadi.

@@@

        Joon berkeliling di tengah gelapnya malam untuk mencari keberadaan Haesa. Ia merasa seolah memiliki tanggung jawab terhadap gadis itu. Pemuda ini pun menajamkan penglihatannya sambil mengedarkan pandangan melalui kaca mobil. Dengan spontan, kakinya menginjak pedal rem karena melihat gang sempit di seberang sana, tempat ia pertama kali bertemu Haesa.
        Joon pun segera menepikan mobil lalu menyeberang. Entah dengan alasan apa ia merasa Haesa berada di sana. Ketika beberapa meter sebelum Joon sampai, ia pun melihat seorang pemuda berbelok dan masuk ke dalam gang tersebut juga.
        “Sung Sandeul?” pekik Joon pelan membuatnya tiba-tiba saja teringat dengan pekerjaan kotornya yang harus ia selesaikan sekarang. Perlahan Joon mengikuti dan menjaga jarak agar tidak mencurigakan. Ia juga telah menyiapkan pistol dalam genggamannya. Jika waktunya telah tepat, ia akan segera menghabisi nyawa Sandeul.
        Joon melihat Sandeul kembali berbelok. “Sandeul?” terdengar suara seorang gadis dari arah tempat Sandeul berbelok. Joon pun menahan diri untuk tidak menyerang sekarang, karena saat itu Sandeul tidak sedang sendiri.
        “Aku hanya jalan-jalan. Dan ku dengar Haesa sering menemui Cheondung di sini. Jadilah aku ke sini.” Kata Sandeul menjawab kebingungan Haesa. Sandeul menatap Haesa dengan menyiratkan pertanyaan tentang siapa pemuda yang berdiri di samping Haesa itu.
        “Kenalkan, dia Choi Minho.” Minho dan Sandeul saling berjabat tangan. “Sandeul teman ku semasa pelatihan mua thai.” Jelas Haesa sambil menatap Minho. “Dan Minho…”
        “Kekasihmu, kan?” potong Sandeul.
        Sementara di ujung gang tempat Sandeul muncul, Joon dapat dengan jelas mendengar ucapan orang-orang di sana. Ia pun juga bisa melihat jelas ke arah Sandeul, Haesa dan Minho karena tempat itu dilengkapi penerangan.
        “Sandeul teman Fleur?” Tanya Joon seorang diri tak mempercayai begitu saja dengan apa yang dilihatnya.

@@@

        “Cepat pergi, atau aku akan membunuh kalian.” Ancam Soohyun.
        “Sebelum kau membunuh kami, kami lah yang akan membunuh mu terlebih dahulu.” Balas Sun Woo yang ternyata juga telah medodongkan sebuah pistol di belakang kepala Soohyun.
        Jung Woon tak menyia-nyiakan kesempatan ketika Soohyun lengah. Ia pun merebut pistol tersebut dari tangan Soohyun lalu balas menyodorkan pistol ke depan wajah Soohyun.
        Siwon sendiri langsung bertindak dengan menggotong tubuh Hyukjae seorang diri. Soohyun pun digiring meninggalkan bangunan tersebut. sementara Sun Woo tak lepas menatap lekat wajah Soohyun. Ia merasa seperti mengenal orang itu.
        Di luar sana, Ryeowook berdiri di samping pria yang tergeletak tak sadarkan diri akibat obat bius yang diberikan Sun Woo. Ia pun tersenyum lega melihat Siwon muncul sambil menggotong tubuh Hyukjae. Namun ekspresinye berubah seketika saat melihat wajah pria yang digiring oleh Sun Woo dan Jung Woon.
        “Kak Soohyun?” tebaknya dengan mata terbelalak.
        “Akh… ternyata benar?” Tanya Sun Woo memastikan kebenaran apa yang ia pikirkan sejak tadi. “Pantas saja aku seperti pernah mengenalnya.”
        “Kalian mengenalnya?” Tanya Jung Woon kepada dua adiknya dengan tatapan menyelidik.
        “Dia seniorku dan Sun Woo ketika kami belajar ilmu bela diri.” Jelas Ryeowook.
        “Kalian bereskan orang itu, dan aku akan membawanya ke mobil.” Perintah Jung Woon dan langsung disetujui dua adiknya.
        Namun ketika baru beberapa langkah, Soohyun memberontak dan berhasil merebut pistol dari tangan Jung Woon. Sun Woo yang sadar dengan kejadian itu langsung menyodorkan kembali pistolnya ke arah Soohyun. Namun Soohyun lebih dulu menodongkan pistol ke wajah Jung Woon.
        “Letakkan senjatamu atau kau mau dia mati?” ancam Soohyun. Tidak ingin mengambil resiko, Sun Woo pun menuruti dengan melepaskan pistolnya ke aspal lalu mengangkat ke dua tangannya. Namun di saat yang bersamaan, terdengar satu kali suara tembakan.
        Jong Woon memejamkan matanya, namun ia tak merasakan sakit di bagian tubuhnya yang manapun. Justru Soohyun lah yang menjerit karena peluru yang melesat keluar dari pistol yang digenggam Siwon menembus kakinya. Perlahan pria itu pun tersungkur namun masih dapat sadarkan diri.
        “Ayo cepat.” Jong Woon mengingatkan kembali untuk Ryeowook dan Sun Woo kembali menjalankan tugas mereka. Sementara ia akan membawa Soohyun ke dalam mobil.
        Sun Woo memungut pistolnya lalu dimasukkan ke dalam saku jaketnya sebelum ikut membantu Ryeowook membawa pria yang masih pingsan tadi ke dalam gang.

@@@

        Beberapa kali Minho terlihat melirik arlojinya dengan gusar.
“Kau kenapa?” Tanya Cheondung yang curiga dengan perubahan sikap Minho.
“Aku tak bisa berada di sini lebih lama lagi.”
Haesa menatap Minho khawatir. “Kenapa? Apa besok kau akan bertanding?”
“Iya. Besok kami akan bertanding melawan timnas Indonesia.” Kata Minho berusaha terlihat semangat.
“Waah…” gumam Sandeul kagum. “Kau pemain sepakbola?”
Minho menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. “Doakan kami menang ya? Dan kalau sempat, datanglah ke stadion.” Katanya untuk menutupi kegugupannya.
“Akan ku usahakan.”
Setelah Sandeul berkata, Minho pun berdiri. Meski sebenarnya ia sangat tak ingin meninggalkan tempat itu. Terlebih di sana ada Haesa, kekasihnya. Saat Minho bangkit, tangan Haesa ikut terangkat. Ternyata gelang yang dipakainya tersangkut ke ujung jaket Minho.
“Sepertinya aku memang tak diizinkan untuk pergi.” Kata Minho sedih sambil melepaskan gelang Haesa dari jaketnya. Haesa pun hanya tertawa menanggapinya. Minho membimbing tangan Haesa untuk gadis itu berdiri.
Sandeul dan Cheondung terbelalak dengan pemandangan di hadapan mereka. Sontak saja merek pura-pura sibuk sendiri dan seolah tak melihat bahwa Minho hendak mencium Haesa.
“Nitip salam buat Baekhyun, katakan juga kalau aku ingin berfoto dengannya.” Perkataan Haesa seketika membuat Minho mengurungkan niat. Padahan bibir mereka hanya berjarak beberapa centi lagi sebelum akhirnya bertemu.
“Tak akan ku biarkan.” Cibir Minho kesal. Namun sedetik kemudian ia kembali tersenyum. “Jaga diri mu.” Ujar Minho sambil mengacak rambut Haesa. Lalu beralih melirik Cheondung dan Sandeul. “Kalian tolong jaga Haesa untuk ku.” Pesan Minho sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu.

@@@

        Joon masih setia menunggu di sana. Ia juga melihat ketika Minho mulai melangkah ke arah tempat ia berada. Joon pun bergerak mencari tempat aman untuk bersembunyi dari Minho.
        Tak lama Minho pun melintas dan pemuda itu bisa dipastikan tak menyadari kehadiran Joon. Setelah Minho menghilang dari pandangannya, Joon hendak kembali ke persembunyian yang sebelumnya. Namun tiba-tiba ada sebuah tangan menggapai pundaknya.
        “Kau tak akan bisa lolos lagi, Joon.” Ancam sebuah suara di belakangnya.
        Joon digiring keluar dari tempat persembunyiannya. Mereka adalah orang-orang yang memang tengah mengincar Joon. Kyung Jae, Sunghyun dan Jaeseop. Namun bukan Joon namanya kalau ia hanya diam saja. Joon pun berontak membuat Kyung Jae mengeluarkan pistol miliknya.
Adu jotos pun tak bisa dihindari karena Sunghyun dan Jaeseop tak mau melepaskan Joon begitu saja. Kyung Jae sudah mengarahkan pistolnya ke tubuh Joon. Namun karena Joon terus bergerak menghindar, memukul bahkan menendang membuat tubuhnya sesekali dihalangi tubuh Sunghyun dan Jaeseop sehingga Kyung Jae tak juga mengambil keputusan menembak. Ia takut mengenai satu dari dua temannya.
Sesekali Joon meraba-raba jaketnya tapi ia tak dapat menemukan pistolnya yang entah jatuh di mana. Kesempatan. Kyung Jae menarik pelatuk, dan… DOR! Peluru pun lepas landas. Namun sayang, yang menjadi korban bukanlah Joon, melainkan Jaeseop yang tanpa sepengetahuan Kyung Jae mendekat untuk kembali menyerang Joon.
Joon pun segera melarikan diri dari sana.

@@@

        Sun Woo sibuk dengan laptopnya. Sementara Ryeowook membersihkan luka di kaki Soohyun yang ternyata hanya terserempet peluru yang dilepaskan Siwon. Lalu Jung Woon menemani sang ayah, Kang Hangeng yang seorang dokter untuk memeriksa kondisi Hyukjae. Namun Siwon hanya duduk di sudut ruangan memperhatikan aktifitas orang-orang yang berada satu ruangan dengannya.
        “Sepertinya selama diculik, Hyukjae diberikan obat pemati saraf. Dia masih mendengar dan melihat apapun. Namun tubuhnya tidak bisa digerakkan sama sekali. Ia juga tak bisa berbicara. Tapi aku telah memberikan obat untuk menghilangkan pengaruh obatnya.” Analisis Hangeng setelah memeriksa kondisi Hyukjae.
        “Apa Tuan Hyukjae masih bisa sembuh?” Tanya Sun Woo setelah aktifitasnya selesai.
        Hangeng menoleh ke anak bungsunya. “Tentu saja.” Katanya cerah. “Namun butuh waktu yang tidak sebentar karena aku yakin pasti Hyukjae mengalami ini dalam jangka waktu yang cukup lama.” Ujarnya kemudian.
        Suasana pun hening seketika. Ryewook bangkit karena tugasnya telah selesai. Beberapa kali sejak membawa Hyukjae dan Soohyun, Jung Woon memang terlihat sering memperhatikan Soohyun. Lalu ia pun mendekati Soohyun yang duduk di sofa dengan tatapan menyelidik.
        “Sekarang aku ingat kalau aku juga pernah mengenalmu.”
        Soohyun mendongak dan menatap Jung Woon bingung. “Maksudmu?”
        “Kau Shin Soohyun, kakak kelas ku di SMA.” Ujar Jong Woon yakin. “Kenapa kau menjadi seperti ini? Bukan kah kau termsuk siswa berprestasi?”
        “Seperti apa maksudmu?” Tanya Soohyun lagi yang masih kurang mengerti dengan maksud ucapan Jung Woon.
        “Kenapa kau malah membantu Shin Donghee? Kau tau kan siapa dia?” Jung Woon langsung ke maksud pertanyaannya.
        “Aku tidak membantu. Bahkan dia tidak tau bahwa aku menjadi anak buahnya.” Semua mata menatap Soohyun yang tengah bercerita. “Posisiku sebenarnya tidak resmi di sana. Aku hanya ingin membalas dendam ku pada orang itu…” Soohyun menuding tajam ke arah Hyukjae. “…yang telah membunuh kekasih ku dua tahun lalu.”
        “Bohong!” tegas Siwon namun matanya telah tertuju ke Hyukjae.
        Sun Woo sangat terlihat tertarik dengan pemandangan di hadapannya namun ia tak berniat untuk terlibat.
        Saat Soohyun bercerita dan menuduh Hyukjae membunuh kekasihnya, Siwon sontak melirik Hyukjae dan melihat mata pria itu yang seperti menyiratkan sesuatu bahwa bukan dia yang melakukan itu.
        Siwon ganti menatap tajam Soohyun. “Hyukjae telah berhenti dari pekerjaan kotor itu hampir 20 tahun, bahkan ia pun menghilang sejak 5 tahun lalu. Dan kemungkinan terbesar adalah Shin Donghee yang melakukannya bahkan Shin Donghee telah mengambil alih agensi itu dari tangan Hyukjae.” Jelas Siwon.
        “Kau salah besar jika ingin membalaskan dendam kepada Hyukjae dan keluarganya.” Lanjut Jung Woon membuat Soohyun tenggelam dalam pikirannya seorang diri.

@@@

        Cheondung menatap Haesa dalam. “Sekarang kau katakan padaku, kau tinggal di mana?” Tanya Cheondung ketika Minho sudah tidak ada di sekitar mereka.
        “Dengar.” Haesa berusaha setenang mungkin menghadapi Cheondung. “Semalam aku bertemu seorang pemuda yang dikejar oleh 3 pria. Aku tak kenal satu pun dari mereka. Namun anehnya, pria yang mengejar itu justru malah menginginkan ku dan akan melepas kan pemuda itu.” Jelas Haesa.
        Sandeul dan Cheondung dengan seksama mendengarkan tiap kata yang keluar dari mulut Haesa.
        “Tapi pemuda itu tak menurutinya. Dia malah membawaku lari.” Lanjut Haesa. Lalu ia menghela napas sejenak. “Maaf aku tak jujur dengan kalian bahwa aku telah menjual apartmen ku. Dan semalam aku tidur di apartmen pemuda itu.”
        “Kau tidur dengannya?” cetus Cheondung dengan kagetnya.
        “Jangan asal bicara, kau!” kesal Haesa sambil memukul kepala Cheondung. “Dia menyuruhku menggunakan kamarnya. Dan aku malah diingatkan untuk mengunci pintu. Sementara dia menempati kamar seperti ruang kerjanya.”
        “Kau masih tinggal di sana?” Tanya Sandeul penuh minat.
        “Ku bilang aku ingin mencari pekerjaan, namun ia tak mengizinkan ku pergi dan malah menyuruhku bekerja di sana.”
        Cheondung terlihat sesekali masih memegangi puncak kepalanya. “Apa pekerjaan orang itu?”
        “Entahlah. Aku belum tau banyak. Tapi kemarin ia banyak menghabiskan waktu di ruangan itu.”
        “Kalau begitu, cepat keluar dari rumah itu. Dan aku akan mencarikan mu kamar.” Perintah Cheondung.
        “Tidak.” Tolak Haesa. “Kalian cukup mengawasi ku dari jauh. Karena sepertinya orang itu menyimpan sesuatu.”
        “Sesuatu?” Sandeul mengulangi perkataan Haesa. “Apa dia terlihat mencurigakan? Mungkin saja dia termasuk anak buah dari orang yang kita cari.” Tebaknya.
        “Aku akan mencari tau tentang itu. Dan menurutku, dia juga seperti mencurigai sesuatu terhadapku. Aku akan tetap di sana dan mengikuti permainannya.”
        “Kau akan tetap sering datang, kan?” Tanya Cheondung khawatir.
        “Tentu saja.” Jawab Haesa pasti. “Oiya, gimana keadaan kakak dan ibu ku? Sepertinya aku kesulitan untuk ke sana.”
        “Masih seperti yang terakhir kali kau tau. Tapi kau jangan khawatir, Seungho sering menjenguk ibu mu dan Yong Hwa serta Jonghyun bergantian menjaga Kibum.” Jelas Cheondung lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Haesa. “Kau tau? Mereka punya misi mengungkap rahasia anak yang hilang 19 tahun yang lalu.” Bisiknya.
        Suara Cheondung sebenarnya cukup keras untuk ukuran sebuah bisikan hingga membuat Sandeul tertawa kecil karena membayangkan apa saja yang dilakukan Jonghyun dan Yong Hwa.

@@@

        Joon kembali ke mobil. Lalu ada sebuah pesan masuk di ponselnya yang ia tinggal di dalam mobil. Dari Mourice (Kang Sun Woo)…

        Aku mengirim sesuatu melalui e-mail. Tapi ku peringatkan kau untuk jangan gegabah mengambil tindakan. Besok aku dan Siwon akan datang ke sana.

        Setelah membaca isi pesan tersebut, Joon segera melesat kembali menuju apartmennya. Begitu sampai, ia pun segera ke ruangan yang ia gunakan sebagai kamarnya juga setelah Haesa berada di sana. Joon duduk di kursi lalu membuka laptopnya.
        Beberapa jam yang lalu, saat keluarga Kang menemukan serta berhasil membawa pergi Hyukjae, pria yang pingsan akibat obat bius yang diberikan Sun Woo, dibawa masuk oleh Ryeowook dan Sun Woo ke dalam bangunan tempat Siwon dan Jung Woon menemukan tubuh Hyukjae.
        Setelah itu, Sun Woo dan Ryeowook membakar bangunan tersebut beserta pria yang masih pingsan tadi. Secara tidak langsung mereka membunuh pria itu.
        Tentu saja berita yang di dapat Joon tidak seperti kenyataannya. Ia hanya tau bahwa ayahnya ditemukan mati terbakar di dalam bangunan tersebut dan mayatnya sudah tak bisa dikenali lagi.
        Joon hanya sanggup mendekap mulutnya untuk menahan tangis. Tak lama ponselnya bergetar tanda panggilan masuk. Dari Jong Woon. Dengan berat, Joon menjawab panggilan tersebut.
        “Hallo…” kata Joon dengan suara bergetar.
        “Joon, kami tau kau sangat terpukul. Ku ingatkan sekali lagi, kau jangan gegabah melakukan tindakan. Kami di sini akan tetap mencari tau keberadaan ibu mu. Besok Siwon dan Sun Woo akan membantu mu di sana.” Kata Jung Woon panjang lebar. “Kau dengar aku?” tegur Jung Woon karena Joon tak merespon apa pun.
        Klik! Joon sudah tak sanggup lagi. Ia lantas memutuskan sambungan telponnya.

@@@

        Jonghyun masuk ke dalam ruangan serba putih itu, tempat Kibum di rawat pasca kecelakaan beberapa waktu lalu. Ternyata Kibum telah sadar, namun kondisinya masih lemah dan belum diizinkan banyak bicara.
        “Kibum? Syukurlah kau telah sadar.” Kata Jonghyun lega dan Kibum terlihat berusaha menunjukan senyumnya meski sedikit. “Mana Yong Hwa?” Tanya Jonghyun tak berperasaan. Jelas saja Kibum hanya memberi tau lewat lirikan ketika Yong Hwa berada di kamar kecil.
        “Kau sudah di sini?” ujar Yong Hwa ketika baru keluar dan tengah menutup pintu.
        Jonghyun pun berbalik menatap Yong Hwa. “Aku sudah menemukan tanggal lahir Changsun, bulan Februari.”
        Yong Hwa diam memikirkan sesuatu sambil menatap Jonghyun penuh arti. Jonghyun pun tersenyum tanda ia mengerti maksud tatapan Yong Hwa.
        “Malam ini kita beraksi.” Cetus Jonghyun.
        Jonghyun dan Yong Hwa sama-sama menyadari bahwa Kibum mengawasi mereka. “Kau tak perlu tau apa yang akan kita lakukan malam nanti.” Kata Yong Hwa sambil nyengir.

@@@

        Haesa menepati janjinya untuk kembali ke apartmen Joon. Ia melangkah sambil menenteng sebuah kantong plastic berisi makanan yang sengaja ia bawakan untuk Joon. Begitu sampai, Haesa langsung menekan bel di depan pintu apartmen Joon. Setelah beberapa kali, belum ada yang merespon dari dalam.
        “Apa Joon belum pulang?” tebak Haesa namun tangannya iseng membuka knop pintu dan akhirnya pintu terbuka. “Kenapa tak di kunci?” ucapnya heran. Tapi ia tak memepedulikan dan tetap bergegas masuk ke dalam ruangan yang masih gelap.
        Selagi melangkah, tangan Haesa yang bebas meraba dinding untuk mencari saklar lampu. Setelah ruangan terang, Haesa mengedarkan pandangan. Tak ada yang aneh di sana. Lalu tatapan Haesa tertuju ke ruangan yang biasa di tempati Joon. Haesa pun melesat ke sana sambil meletakkan makanan yang ia bawa di meja manapun yang terjangkau oleh tangannya.
        Pintu itu terbuka sedikit. Haesa memutuskan mengintip terlebih dahulu. Dari dalam terdengar seperti suara orang tengah menangis. “Joon?” teriak Haesa yang khawatir sambil menerobos masuk.
        Tubuh Joon meringkuk di bawah meja. Ia menangis sambil memeluk lutut dan menenggelamkan wajahnya di sana.
        “Joon kau kenapa?” Tanya Haesa ketika ikut berjongkok di hadapan Joon. Namun tak ada respon dari orang yang bersangkutan. “Joon! Ceritakan padaku apa yang terjadi padamu?” Haesa mulai tak sabar mengguncang-guncangkan tubuh pemuda dihadapannya. Sementara Joon masih saja enggan untuk mengangkat wajahnya.
        “Joon!” Haesa memaksa Joon menunjukkan wajahnya. Air mata Joon telah membasahi jeans dan ujung lengan kaosnya. Dan wajah Joon pun terlihat mulai sembap karena telah lama ia menangis. “Kenapa tak jawab? Kau tak menganggap ku ada?”
        Bukannya menjawab, Joon malah semakin keras menangis. “Joon… aku sekarang teman mu. Kau bisa menceritakan apapun padaku mulai hari ini.” Kata Haesa lembut sambil mengusap kedua belah pipi Joon dengan telapak tangannya.
        Haesa menatap Joon yang masih terisak. Ia juga berusaha menahan air matanya agar tak pecah. Namun sebelum semuanya terjadi, Haesa cepat-cepat menarik tubuh Joon ke dalam pelukannya. Dan akhirnya, air mata yang sudah payah Haesa tahan pun jatuh juga.
        “Ayah ku meninggal.” Ujar Joon dengan suara samar membuat Haesa semakin erat memeluknya.

@@@

        Ini adalah kedua kalinya Jonghyun dan Yong Hwa menyamar dan masuk ke ruang arsip. Namun nampaknya malam ini mereka tak terlalu mendapatkan hambatan yang berarti.
        Mereka mencari sesuatu di rak arsip yang sama. Setelah beberapa lama, mereka pun akhirnya menemukan data kelahiran seorang anak laki-laki bernama Park Changsun. Anak dari pasangan Park Jung Soo dengan Kang Soo Ra.
        Jonghyun mengembalikan data-data yang dipegangnya pada tempat semula dengan sangat tak bersemangat. “Pantas saja pihak kepolisian sudah angkat tangan. Karena memang tak ada petunjuk lebih spesifik untuk menemukan anak itu. Apa lagi Changsung kini pasti sudah dewasa.” Ujarnya putus asa.
        “Ayolah… kenapa kau malah seperti ini. Aku yakin misteri ini pasti akan dapat terpecahkan.” Yong Hwa berusaha menyemangati. “Kita tinggal cari petunjuk lain dan menajamkan insting kalau-kalau ada yang mencurigakan yang kita temui di luar sana.”
        “Baiklah…” ujar Jonghyun pasrah.
        Yong Hwa kembali melanjutkan kegiatannya mengembalikan ke tempat semula. “Apa kau sudah selesai?” Tanya Yong Hwa setelah meletakkan kembali map terakhir dalam tangannya.
        Jonghyun pun berbalik dan mengangguk menunjukkan bahwa ia juga telah selesai.
        “Ayo kita pergi dari sini.” Ajak Yong Hwa untuk keluar dari ruangan tersebut.

@@@

        Setelah beberapa saat memeluk tubuh Joon, Haesa pun melepaskan tubuh pemuda dalam dekapannya. “Maaf karena tadi aku meninggalkan mu sendiri…” ujar Haesa merasa bersalah sambil menyeka air mata yang sempat sedikit membasahi pipinya.
        “Tak apa.” Joon mengangguk dan tangisnya pun telah berhenti. “Tapi kau kembali ke sini?”
        “Apa kau tak tau bahwa mencari pekerjaan itu tidak mudah? Aku sudah mendapatkannya, jadi aku akan berusaha untuk mempertahankan pekerjaanku. Apa lagi aku mendapat majikan baik hati seperti mu.” Kata Haesa ceria dan berusaha agar keceriaannya menular ke Joon.
        Joon pun tersenyum samar. ‘Tapi kau tak tau apa pekerjaan ku yang sebenarnya.’ Gumam Joon dalam hati.
        “Aku tau kau pasti belum makan?” tebaknya penuh perhatian membuat Joon mengangguk seperti anak kecil. Haesa semakin merasa bersalah dengan perlakuannya tadi. “Kalau begitu, ayo ikut aku.” Ajak Haesa yang tak sungkan menarik tangan Joon. Pemuda itu pun pasrah mengikuti langkah kaki Haesa.

@@@

        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar