Kamis, 21 Februari 2013

3twins (part 7)


Tujuh…

Ricky membuka pintu kamar Vicky. “Ada Nicky…” ia menggantungkan kata-katanya ketika melihat Nicky berbaring di atas kasur Vicky. Sang pemilik kamar sendiri tengah sibuk di depan cermin merapihkan kemejanya.
        Nicky tampak asik berkutat dengan ponsel di tangannya. “Napa lo nyariin gue?” Tanya Nicky tanpa melirik ke Ricky sedikitpun.
        Ricky masuk ke dalam kamar dan langsung ambil tempat duduk di tepi tempat tidur. “Lo serius mau ngajak Najwa?” tanya Ricky sambil menatap Nicky. “Venda yang jadi taruhannya.” Bukannya menakut-nakuti, Ricky hanya ingin mengingatkan.
        Nicky bangkit dari posisi berbaring. “Kita gak bakal tau kalo belom nyoba.” Balasnya meyakinkan.
        Ricky diam.
        Vicky sendiri nampaknya tak begitu memperhatikan apa yang sedang dibicarakan kedua kembarannya itu.
        “Atau… lo cemburu kalo gue yang pergi sama Najwa?” Ledek Nicky dengan tatapan penuh kemenangan. Salah satu tangannya menyodorkan ponsel ke depan wajah Ricky. Di saat yang bersamaan pula, muncul pemberitahuan berita terkirimnya sebuah pesan ke kontak dengan nama Ricky.
        “Lo ngapain sms gue?” Tanya Ricky dengan tampang polosnya. Ia langsung memeriksa ponselnya. Tak ada berita apapun, baik panggilan tak terjawab ataupun sms masuk. Sadar akan apa yang terjadi, Ricky menatap Nicky yang juga masih menatapnya.
        Nicky berdiri. “Gue tunggu lo lima menit buat lo bisa berubah pikiran.” Ucap Nicky yang kemudian pergi tanpa menunggu respon.
        Ricky sendiri tak buru-buru bertindak. Ia melirik Vicky yang kali ini tengah menatapnya penuh khawatir.
        “Lo tau sendiri kalo Nicky orangnya suka nekat?” Vicky hanya mengingatkan.
        Vicky kembali berkutat dengan aktiivtas yang sebelumnya sedikit terhenti. Namun ia kembali khawatir karena Ricky tak merespon ucapannya. Begitu berbalik, ia mendapati Ricky yang telah berdiri.
        Ricky mengetikkan sesuatu di ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan itu ke salah satu nomor di kontaknya. Ricky berjalan keluar. Namun ketika sampai di ambang pintu, ia berhenti dan membalikkan badan seraya menatap Vicky. Kali ini dari ujung rambut hingga ujung kaki kembarannya yang satu itu.
        “Lo bakal pergi sama siapa?”
        Vicky tak menjawab. “Lo sendiri?” ia malah balik bertanya.
        Ricky juga tak memberikan jawaban. Ia malah benar-benar meninggalkan kamar vicky.
        “Ricky ngerencanain apa nih?” tanya Vicky seorang diri. Ia berjalan ke arah pintu dan memperhatikan kemana langkah Ricky menuju. Dilihatnya kembarannya itu telah berjalan melewati depan kamar Nicky. “Lo rela kalo Nicky beneran pergi sama Najwa?” Vicky berteriak.
        “Liat aja nanti.” Balas Ricky juga dengan teriakan, namun ia tetap sambil berjalan tanpa berhenti ataupun berbalik.

@@@

        Sebuah pesan masuk ke ponsel Najwa. Dari Nicky.

        Malam ini lo free kan? Temenin gue ke ultah temen. Gue jemput jam 7 pas.

        Abis membaca pesan tersebut, Najwa langsung melirik jam tangannya. Ia terbelalak mendapati jamnya yang telah menunjukkan pukul 7 tepat.
        “Gila apa tuh orang?” komentarnya.
        Tiba-tiba pintu kamar Najwa menjeblak terbuka. Zaquan yang berdiri diambangnya. “Ada temen lo di bawah.” Hanya itu yang dikatakannya.
        Begitu Zaquan meninggalkan kamarnya, Najwa bergegas menuju luar rumahnya. Sebuah mobil berwarna merah terparkir tepat di depan pagar.
        “Siapa sih?” Najwa bertanya sendiri. Ia mendekati mobil itu.
        Perlahan kaca mobil terbuka. “Lo udah baca sms gue kan?” Tanya Nicky yang ternyata duduk dibelakang kemudi.
        “Sms lo masuk dua menit yang lalu.”
        Nicky berdecak kesal. “Provider yang dipake Ricky payah nih!” omelnya. “Padahal gue tuh udah ngirim setengah jam yang lalu.”
        Najwa sama sekali tak minat dengan apa yang dikatakan Nicky. “Terus?”
        Nicky memperhatikan pakaian yang dikenakan Najwa. Cewek itu masih mengenakan kaos putih polos dan celana trening pendek. “Yaudah sana siap-siap. Ikut gue.” Perintah Nicky.
        “Walau lo diminta ka Venda buat jagain gue, tapi bukan berarti lo bisa perintah gue seenak jidat lo!” Kata Najwa jutek, kemudian pergi.
        Nicky keluar dari mobil dan mengejar Najwa hingga depan pintu rumah. “Dengerin gue dulu.” Teriak Nicky sambil menahan tangan Najwa. Nicky meletakkan kedua tangannya di bahu Najwa sambil menatap cewek itu penuh kesungguhan. “Lo gak tau kan, sebesar apa cinta gue ke kakak lo itu?”
        Hening sejenak.
        “Ada sesuatu yang ngeharusin gue ngelakuin ini. Jadi gue mohon lo mau nurutin gue. Malam ini aja.” Pintanya penuh permohonan.
        Najwa mengacak-ngacak poninya. “Gue ngantuk nih.”
        Sebenarnya Nicky juga gak tega buat maksa Najwa. Tapi ia benar-benar harus berhasil mengajak Najwa. “Oke, gini aja.” Usaha Nicky untuk yang terakhir kali. “Kalo lo gak suka sama acaranya, kita pergi dari sana.”
        “Kemana?” Tanya Najwa iseng.
        “Kemanapun yang lo mau.” Nicky sudah tak tau harus berkata apa lagi. “Tapi yang penting sekarang, kita harus pergi kesana dulu.”
        “Oke! Tunggu sepuluh menit.” Najwa bergegas masuk dan membiarkan Nicky seorang diri di teras rumahnya.

@@@

        Tanpa sengaja, Ricky melintas di depan rumah Nissa. Di saat yang bersamaan, di sana terparkir mobil Vicky. Ricky sengaja memelankan laju mobil yang dikendarainya. Ia melihat Vicky dan Nissa sedikit berbincang di depan pagar. Ricky segera menepikan mobil. Tak lama, ia keluar dan mendekati mobil Vicky.
        “Nis.” Teriak Ricky ketika Nissa baru masuk ke dalam mobil Vicky. Ricky menarik keluar cewek itu.
        “Apaan sih, Rick?” keluh Nissa sambil melepaskan genggaman tangan Ricky.
        “Lo yang apa-apaan?” Balas Ricky. Ia menatap cewek itu dari atas hingga bawah. Nissa mengenakan gaun terusan seatas lutut berwarna hijau toska yang terbuka di bagian dada. “Lo juga, Vick.” Ricky menoleh ke Vicky yang kini berdiri di sampingnya. “Kenapa lo ngizinin Nissa pergi pake gaun kayak gitu.”
        “Lo pikir gue gak berusaha bujuk Nissa?” Vicky membela diri.
        “Kenapa lo malah nyalahin Vicky?” Nissa membela Vicky. “Emang apanya yang salah sama baju gue?” Tanya Nissa yang tak terima sikap Ricky.
        Ricky menatap Nissa tajam. “Lo pikir, di acara itu Cuma ada gue, Vicky dan Nicky doank? Gue gak suka liat lo pake baju terbuka kayak gitu!” komentar Ricky terus terang.
        “Jangan coba-coba jadi Nicky!”
        “Sekarang ikut gue.” Ricky seenaknya menarik tangan Nissa dan membawa cewek itu masuk ke dalam rumah.
        Nissa berusaha memberontak. “Lepasin gue. Kita udah telat.”
        “Gue gak akan ngebiarin lo pergi dengan pakaian kayak gitu.” Kata Ricky sambil tetap menarik tangan Nissa. Ia membawa cewek itu hingga ke dalam kamarnya.
        “Lo mau ngapain sih, Rick?”
        Ricky melepaskan tangan Nissa. Ia mengunci pintu dibelakangnya dari dalam.
        “Apa-apaan lo!” Nissa berusaha merampas kunci kamarnya yang kini sudah tenggelam ke dalam saku celana Ricky.
        Ricky sendiri seenaknya membuka salah satu pintu lemari Nissa. Di sana ia menemukan sebuah cardigan berlengan panjang berwarna senada dengan gaun yang dikenakan Nissa. “Lo bisa pake ini.” Ricky melempar baju itu tepat dipelukan Nissa kemudian membuka jendela kamar Nissa yang berada di lantai dua rumahnya dan duduk di ambangnya.
        Nissa heran menatap cardigan yang telah ada ditangannya.
        “Kenapa?” Tanya Ricky. “Bingung karena gue tau letak pakaian lo?”
        Nissa tak menjawab.
        “Gak usah takut. Gue juga udah tau kok, lemari mana aja yang isinya gak boleh gue liat.” Kata Ricky lagi.
        Nissa menatap Ricky tajam. Ia merasa dipermalukan oleh musuh di wilayahnya sendiri.
        “Gue kenal lo dari kita baru lahir.” Ujar Ricky dengan suara lembut.
Cewek ini masih diam ditempat.
        “Kita gak akan pergi kalo lo gak mau pake baju itu.” Ancam Ricky.
        “Bagus deh kalo gitu.” Sikap Nissa diluar dugaan. “Gue juga males buat pergi.” Ujar Nissa sambil membaringkan tubuhnya di atas kasur.
        Ricky melirik ke Nissa. “Padahal gue pengen benget liat Nicky dateng sama Najwa.” Kata Ricky dengan nada yang sengaja dibuat seolah-olah ia kecewa. Sebenernya sih, Cuma iseng.
        Nissa langsung bangkit. Nampaknya ucapan Ricky cukup manjur. “Tapi gue juga gak enak sama Winny.” Ujar Nissa berusaha tak terlihat kalah.
        Ricky hampir saja tak bisa menahan tawanya.
        Cewek itu melempar cardigan yang diberikan Ricky ke atas kasur. Ia kembali membuka lemarinya dan mengeluarkan cardigan lain dengan warna hampir sama dengan yang sebelumnya.
        Ricky masih diposisi yang sama ketika Nissa telah memakai cardigan pilihannya.
        “Belom mau pergi juga?”

@@@

Pesta…
        Suasana megah langsung dapat dirasaka ketika memasuki ruang acara yang diselenggarakan di sebuah gedung. Dominasi tamu undangan adalah siswa SMA Deportivo. Nissa yang datang bersama Vicky, langsung disambut oleh pemilik acara, Winny.
        “Happy birthday, cantik.” Gumam Nissa sambil memeluk Winny.
        “Makasih ya.” Winny balas memeluk Nissa. Cewek ini langsung terpaku menyadari bahwa Nissa datang bersama Vicky.
        “Selamat ya.” Vicky menyalami Winny ketika cewek itu melepas pelukannya terhadap Nissa. Lantas ia membisikan sesuatu ke telinga Nissa. “Lo pergi sama tritwins yang mana, nih?” Tanya Winny dengan tatapan menyelidik.
        “Vicky.” Jawab Nissa pelan dengan bisikan juga.
        Winny sendiri cukup terkejut mendengarnya. Dan bertambah terkejutnya ketika Winny mendapati Ricky yang muncul dikejauhan bersama cewek berjilbab yang tak lain adalah Ivo. Meski tak bergandengan tangan, tapi jelas terlihat bahwa Ricky datang bersama Ivo.
        Sementara Nissa nampaknya focus ke sisi lain ruangan. Meski dari jarak yang cukup jauh, Nissa masih bisa mengenali sosok yang satu itu. Siapa lagi kalau bukan Nicky? Cowok itu bersama seorang cewek, tapi Nissa tidak begitu mengenali.
        “Itu pacar barunya Ricky?” tanya Winny sambil menoleh ke Nissa.
        Sadar bahwa Winny bicara padanya, Nissa menoleh dan balas menoleh ke Winny dengan tatapan bingung. “Itu Nicky, bukan Ricky.” jawab Nissa yang tampaknya tidak tau arah bicara Winny.
        Winny akhirnya sadar kemana arah pandangan Nissa ketika berpaling darinya. “Yang di dalam emang beneran Nicky. Tapi coba lo liat …” Winny tidak menyelesaikan kalimatnya.
        “Hai…” Sapa Ricky yang sudah berdiri di depan Winny. “Happy birthday ya.” Ucapnya sambil menyalami tangan Winny. Dan tak tanggung-tanggung, Ricky berani cipika-cipiki ke Winny yang hanya bisa membalas canggung.
        Nissa, Vicky dan beberapa tamu undangan disekitar mereka tercengang menatap Ricky dan cewek disampingnya itu. Terutama Vicky. Ricky pasti memberi taunya jika ada cewek yang ingin didekati oleh playboy yang satu itu. Tapi kali ini tidak. Datangnya Ricky bersama Ivo sangat mengejutkan siapa saja yang mengenal Ricky.
        “Lo dateng sama siapa, Rick?” Tanya Winny mencairkan suasana.
        “Dia adik kelas kita.” Kata Ricky mengenalkan. “Namanya Ivo.”
        Winny membalas uluran tangan Ivo. “Yaudah, kalian silahkan masuk ke dalam.” Kata Winny yang langsung diturutin Ricky, Vicky, Nissa dan Ivo.
       
@@@

        Bersama Ivo, Ricky menghampiri Nicky. Ricky langsung terpesona kepada sosok yang bersandar di pundak Nicky. Siapa lagi kalo bukan Najwa? Cewek itu terlihat memejamkan mata.
        “Jangan di ganggu.” Tegur Nicky.
        Ricky tersentak. ‘Siapa juga yang mau ganggu?’ batin Ricky. “Lo udah nyampe dari tadi?” tanya Ricky.
        “Belom lama.” Jawab Nicky enteng.
        “Najwa.” Teriak Rhea yang tiba-tiba muncul.
        Nicky melotot. “Ssttt…” desisnya.
“Lo apa-apaan sih?” Tegur Ricky.
Perlahan Najwa membuka matanya.
“Maaf, kak. Gue ada urusan sama Najwa dan Ivo.” Balas Rhea tanpa menatap Ricky ataupun Nicky. “Ayo lo berdua ikut gue.” Kata Rhea lagi sambil menarik paksa tangan Najwa dan Ivo.
Nicky berdiri dan hendak menyusul Rhea. Seorang cowok yang muncul bersama Rhea tadi menghalangi tubuh Nicky dan Ricky. “Itu masalah mereka bertiga.” Kata Aga.

@@@

Rhea membawa Ivo dan Najwa keluar gedung. Ia menghela napas kemudian melirik Ivo. “Vo… gue gak tau harus ngomong apa lagi ke Najwa. Dan lo…” kali ini giliran Najwa yang mendapat tatapan sinis dari Rhea. “Entah apa yang ada dipikiran lo sampe-sampe lo beneran dateng ke acara ini sama kak Ricky.” Tuduhnya.
“Gue…”
“Ricky gak dateng sama Najwa.” Nissa yang tiba-tiba muncul memotong perkataan Najwa yang ingin membela diri.
“Dari mana kakak bisa yakin?” tanya Rhea dengan tatapan merendah.
Nissa berdecak. “Hey… Lo gak tau siapa gue?” Balas Nissa. “Gue kenal tritwins lebih lama dibanding kalian.”
“Iya , Rhe.” Kata Ivo yang akhirnya buka mulut. “Yang dateng sama kak Ricky tuh bukan Najwa, tapi gue.”
Pernyataan Ivo membuat Rhea tecengang.

@@@

Ricky, Nicky dan Vicky berdiri di depan meja minuman. Masing-masing dari mereka menenteng sebuah gelas.
Nicky mengedarkan pandangan. ‘Soraya?’ gumam Nicky dalam hati. Ia melihat sosok Soraya berjalan seorang diri ke arah Winny. ‘Gue mau ngomong apaan ya sama Soraya?’ Pikir Nicky sambil menyeruput minumannya.
Ricky merogoh saku celana dan mengeluarkan ponselnya. Sebuah pesan masuk. Dari Riyu. Ricky berdecak. “Akh, Riyu gimana sih? Udah gue bilang kalo mau sms Najwa tuh ke nomor gue!” omelnya.
Nicky melirik ke Ricky. ‘Riyu?’
Vicky tertawa. “Lagi galau kali tuh si Riyu.”
Nicky berdecak karena baru teringat sesuatu. Lantas ia menyodorkan paksa gelasnya ke tangan Vicky, kemudian pergi. Namun ketika baru beberapa langkah, ia berbalik dan kembali ke tempat semula. “Gue jadi lo sebentar.” Kata Nicky sambil melepaskan jam tangannya.
Tanpa pikir panjang, Ricky langsung mengerti apa yang diinginkan Nicky. “Berarti, gue boleh ngedeketin Najwa donk?” bisik Ricky yang juga melepaskan jam tangannya.
Nicky terdiam. “Jaga perasaan cewek yang lo ajak ke sini.” Balas Nicky tak mau kalah. Ia menukar jam tangannya dengan Ricky. “Gue gak akan lama.” Nicky tersenyum, kemudian menepuk pelan pundak Ricky dan pergi.
Setiap Nicky dan Ricky bersitegang, Vicky selalu menjadi yang paling khawatir dan tak bisa menjadi penengah.
Beruntung suasana seperti ini tak berlangsung lama. Karena Nissa dan Ivo muncul.
Ricky memasukan jam tangan Nicky ke dalam saku celananya, setelah itu nyaris saja menggandeng tangan Ivo. “Ayo ikut gue, lo pasti belom makan.” Ajak Ricky sambil berjalan.
Ivo sendiri hanya bisa menurut tanpa bisa berkomentar.
“Najwa mana?” tanya Vicky ketika ia hanya bersama Nissa.
“Dia nunggu diluar.”

@@@

Nicky hanya tinggal beberapa langkah lagi dari posisi Soraya yang berdiri di samping Winny.
“Soraya, boleh gue ngomong sebentar.” Pintanya berterus terang.
Soraya hanya mengangguk sambil mengikuti langkah Nicky yang menuju luar gedung. Nicky masih tetap mengawasi sekitar.
“Ada apaan, Rick?” tanya Soraya ketika Nicky menghentikan langkahnya.

@@@

Najwa masih diluar bersama Rhea.
“Maafin gue ya, Na.” Kata Rhe penuh penyesalan.
“Gapapa.” Balas Najwa. “Gue juga gak cepet-cepet bilang ke kalian kalo nomor gue di pake kak Ricky.”
“Lagian, kok bisa sih?”
Najwa mengangkat bahu. “Kak Ricky Cuma gak mau balikin nomor gue. Tapi dia bakal sms balik kalo ada yang sms ke nomor gue.”
“Tapi kenapa lo bisa dateng sama kak Nicky?”
“Lo tau sendiri kak Nicky kayak gimana sikapnya ke gue?” Najwa terdengar seolah tak ingin membahas Nicky.
Jelas Rhea tertawa karena ia sudah tau masalah yang menimpa temannya yang satu ini. Namun perlahan tawanya memudar kala melihat Nicky bersama Soraya berdiri tak jauh dari tempatnya berada.
Najwa yang mencurigai perubahan sikap Rhea, melihat ke arah mata Rhea menatap. Dan ia terbelalak mendapati apa yang ditangkap matanya. “Itu kan ceweknya Riyu.”
“Kak Soraya maksud lo?”

@@@

Nicky menggenggam kedua tangan Soraya dengan penuh kesungguhan. Trik seperti ini yang biasa dilakukan Ricky. Namun sial untuk Nicky kali ini. Belum sempat berkata sesuatu, Najwa keburu datang dan melabrak mereka berdua.
“Kak Nicky!”
Nicky langsung menoleh dan melepaskan tangan Soraya.
“Heh! Lo cewek yang kemaren dipeluk Riyu kan? Ngapain lo di sini?” tegur Soraya.
Najwa tak mempedulikan omelan Soraya terhadapnya. Yang kini ia tatap dalam-dalam adalah Nicky. “Lo apa-apaan sih, kak?”
Nicky yang panic, tak bisa membela diri.
“Kemaren lo bilang mau bantuin Riyu! Tapi kenapa sekarang lo malah sama cewek ini?” Najwa menunjuk Soraya, tapi ia tak menatap cewek itu.
“Heh!” Soraya yang tak terima ditunjuk seperti itu, memaksa badan Najwa untuk mengarah padanya. “Yang sopan ya, lo! Punya masalah apa lo sama Ricky? Dan lo siapanya Riyu?”
Najwa menatap Soraya dengan pandangan meremehkan. “Ricky? Lo kira dia Ricky?” Najwa tersenyum pahit sambil menunjuk Nicky. “Liat tuh sepatu nih orang!” kata Najwa lagi sebelum ia pergi menuju pintu gerbang.
‘Merah?’ Soraya salah menyangka.
Nicky mengejar Najwa. Tak perlu waktu lama, ia sudah bisa menguasai tangan cewek itu.
Najwa memberontak, namun matanya menatap Nicky penuh ketenangan. “Tolong lepasin gue.” Pinta Najwa lembut.
“Gak akan, sebelum lo denger semua penjelasan gue.”
“Gak perlu. Gue kecewa sama lo.”
Bbuuukkk…!! Sebuah tinjuan mendarat di pipi kiri Nicky yang menyebabkannya sedikit terjungkal.
Najwa menoleh. Ricky yang melakukan hal itu ke Nicky. “Apa yang lo lakuin ke Najwa?” tuduh Ricky ketika Nicky masih terjerembab ke aspal.
Insiden ini memancing kerumunan. Meski terjadi di luar gedung, berita tentang tritwins langsung bisa cepat menyebar. Semakin banyak orang bermunculan dan mengerumun. Suasana ini langsung dimanfaatkan Najwa untuk kabur.
Nicky tersenyum. Ia masih di posisi sama dan tak berniat untuk membalas pukulan Ricky. “Lo gak tau yang sebenarnya terjadi.” Nicky tampak tak mempedulikan tatapan orang-orang yang menatapnya. “Dan gara-gara lo, Najwa pergi.”
Ricky menatap sekelilingnya. Benar saja, Najwa sudah tak berada di sana.

@@@

Senin pagi. Najwa baru saja memarkirkan motornya. Tak lama, Nicky muncul bersama motornya. Riyu juga melintas di depan parkiran motor. Ia mengenakan jaket yang kupluknya menutupi kepala.
“Riyu!” Najwa berteriak sambil berusaha menghindari Nicky. Namun cowok itu berhasil menangkap tangannya. “Lupain cewek yang kemaren. Nanti lo gue kenalin sama temen-temen gue di SMA Priority.” Kata Najwa lagi tanpa mempedulikan tatapan Nicky yang menusuknya.
Bukan saatnya bicara dengan Najwa sekarang. Nicky melepaskan tangan Najwa dan meninggalkan cewek itu.
Najwa tersenyum penuh kemenangan sambil menatap punggung Nicky yang berjalan menjauhinya. Kemudian ia mendekati Riyu. Ketika Najwa sampai dihadapannya, Riyu membuka kupluk jaket.
“Lo tadi ngomong apaan?” Tanya Riyu sambil melepaskan headshet yang menggantung ditelinganya.
Najwa tertunduk lesu mendengar pertanyaan Riyu. Tapi seenggaknya bisa dipastikan Nicky mendengar semua ucapannya untuk Riyu.

@@@

Ini peringatan terakhir untuk lo. Jauhin Nicky, Ricky dan Vicky. Atau lo bakal nyesel!

Ricky meletakkan ponselnya di atas meja kemudian menyandarkan badannya ke kursi. Nissa yang baru sampai, langsung duduk di samping Ricky.
“Dapet sms dari kakak iparnya Najwa?”
Pertanyaan Nissa mengundang kecurigaan di mata Ricky yang langsung menoleh pada cewek itu.
Nissa sudah menyiapkan jawaban atas tatapan Ricky terhadapnya. “Setelah lo ngacak-ngacak penampilan gue kemaren malem, sekarang gue gak boleh tau urusan lo? Jahat banget lo.”
Ricky terdiam. Ia menatap lurus ponselnya. Sedetik kemudian, Ricky berdiri sambil menyembar ponselnya.
“Mau kemana lo?” Nissa ikutan berdiri dan mengikuti langkah Ricky yang keluar kelas.
“Gue harus ke Bandung.” Kata Ricky sambil berjalan.
“Vick, Ricky niat ke Bandung. Sekarang dia menuju tangga ke bawah.”
Ricky menoleh ketika Nissa baru saja mengakhiri pembicaraannya melalui telpon. Mereka masih tetap dalam keadaan melangkah. Dan tiba-tiba saja Ricky dan Nissa menghentikan langkah.
Vicky berdiri tepat di depan tangga dan menghalangi langkah mereka. “Lo jangan ngelangkahin Nicky.” Vicky mengingatkan.
“Kelvin sms gue lagi.” Ricky berusaha menahan emosinya. “Najwa juga lagi kesel sama Nicky.”
“Najwa udah tau kalo Kelvin ngancem dia?” tanya Nissa yang disambut gelengan kepala dari Ricky dan Vicky.

@@@

“Vo, liat kunci motor gue gak?” tanya Najwa sambil membongkar isi tasnya.
Dengan santainya Ivo menoleh. “Nggak. Tadi lo taro di mana?”
Belum sempat Najwa menjawab, Rhea datang membawa berita. “Buat kelas 2ipa1, kalo ada yang ngerasa kehilangan kunci motor, temuin kak Nissa di meja piket.” Teriak Rhea dari depan kelasnya.
Usai Rhea berbicara, Najwa bergegas keluar dari dalam kelasnya. Dari kejauhan, Ivo tersenyum kepada Rhea yang langsung membalas senyumannya.

@@@

“Kakak nemuin di deket parkiran.” Nissa menyerahkan kunci di tangannya ke Najwa. “Lain kali hati-hati ya, dek.” Nissa memperingatkan sebelum meninggalkan Najwa.
Nissa mengedipkan sebelah matanya ke Ricky dan Vicky yang sudah menunggunya di ujung koridor.
“Ada manfaatnya juga lo ngajak temen sekelasnya Najwa itu ke pesta Winny.” Puji Nissa kepada Ricky yang hanya tersenyum menanggapinya.
Ketika menaikin tangga, Ricky, Nissa dan Vicky berpapasan dengan Nicky yang mengenakan seragam olahraga mengarah turun ke bawah.
Nicky melirik ke Nissa dan dua kembarannya dengan tatapan mengintai. Ricky yang berjalan paling dekat dengan Nicky, menepuk pundaknya sambil berbisik. “Satu masalah akan segera selesai.”
Nicky berhenti dan menoleh. Tapi dari tiga orang tadi, tak ada satupun yang berhenti, atau sekedar menoleh. Nicky semakin mencurigai sesuatu.

@@@

Bel pulang sekolah. Ketika Najwa keluar kelas, ia mendapati Ricky yang telah berdiri di depannya. Najwa berfikir Ricky tak mencarinya. Maka dari itu ia hanya tersenyum sambil melengos pergi. Namun, Ricky menahan tangan Najwa dan menarik cewek itu ke tepi balkon. Kejadian itu menarik perhatian siswa yang lain.
“Ada apa, kak?” tanya Najwa sambil melirik ketiga temannya yang menunggu tak jauh dari sana. “Kalo ngebahas kak Nicky, jangan sekarang ya.” Kata Najwa enggan, sambil berusaha menghindar.
Lagi-lagi Ricky menarik tangan Najwa hingga cewek itu menabrak tubuhnya. Satu detik… dua detik… tiga detik… Najwa langsung tersadar dan menjauhkan tubuhnya. Beruntung kala itu hanya Ivo, Rhea dan Inka yang menyaksikan kejadian barusan. Meski demikian, Najwa cukup merasa malu. Dan Ivo sesekali tertunduk menyaksikan temannya bersama Ricky.
Ricky tersenyum. “Lo pernah janji ke gue.” Kata Ricky sambil menatap mata Najwa lembut. “Kalo gue mulai ngerasa pengen ngerokok, gue harus nemuin lo. Dan sekarang gue mau nagih janji itu.”
Astaga. Ricky nyaris membuat jantung Najwa copot. “Cuma hal kecil kok kak.”
Ricky membuka tangannya kehadapan Najwa tanpa berkata apa-apa. Menandakan ia meminta sesuatu.
Najwa membuka tasnya lalu mengeluarkan sekotak kecil permen dengan rasa mint dan meletakkannya di atas tangan Ricky. “Itu yang sering dimakan ka Vendi buat ngindarin rokok.”
Ricky hanya mengeluarkan beberapa butir yang sedetik kemudian telah berada di dalam mulutnya. Setelah itu, ia mengembalikan sisanya ke Najwa. Cewek itu tak buru-buru meraihnya.
Najwa menatap Ricky penuh tanya. “Kok dibalikin?”
Ricky tersenyum. “Ini kan punya kakak kamu.” Kata Ricky sambil tetap menyodorkan kotak permen itu ke hadapan Najwa. Berharap cewek yang dihadapannya meraih kotak itu.
“Gak perlu.” Kata Najwa. “Ka Vendi gak tau di mana sekarang.” Ia menatap Ricky sambil berusaha tersenyum. “Buat kakak aja.” Ujar Najwa sambil pergi bersama tiga temannya.
Ricky masih di sana sambil menatap kepergian Najwa dan kawan-kawan. Ia menggenggam erat kotak permen pemberian Najwa. Hanya Ivo yang diam-diam menoleh ke arah Ricky. Tapi bersamaan ketika Ricky menoleh ke arah lain.
Dibalkon sebrang, Nissa dan Vicky berada. Mereka mengacungkan jempol untuk Ricky. Dan Ricky membalas dengan senyuman sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu.

@@@

Sekali lagi, Najwa mencoba menstater motornya. Namun mesin tetap tak menyala. Najwa mengedarkan pandangan. Sekolah sudah sepi. Tiap Senin seluruh ekskul memang ditiadakan. Terpaksa Najwa harus mendorong motornya hingga menemukan bengkel. Namun ketika baru beberapa langkah, ia menemukan sesuatu di dekat ban motornya. Sebuah jam tangan berwarna merah. Najwa langsung meraih dan memperhatikan tiap sisinya.
“Nicky?” Najwa mengedarkan pandangan.
“Lo belom pulang?”
Najwa terlonjak mendapati Nicky yang kini telah berada di belakangnya.
Nicky menatap jam yang berada dalam genggaman Najwa. “Itu kan jam tangan gue. Kenapa bisa ada di lo?” ujar Nicky sambil merebut jam itu. “Gue pikir ilang pas olahraga tadi.” Gumamnya.
Najwa mencurigai sesuatu. “Berarti lo yang ngerjain motor gue lagi?” tuduhnya.
“Motor?” Nicky balik bertanya sambil melihat motor Najwa. Ia sama sekali tak tau apa-apa.
‘Terserah.’ Najwa sudah tak ingin mempedulikan Nicky lagi. Ia bersiap pergi dari sana. Tapi Nicky menahan motor Najwa. Cewek itu berbalik dan menatap kesal ke arah Nicky. “Mau lo apa sih?” bentaknya.
Tanpa bersuara, Nicky mengambil alih motor Najwa dan mendorongnya keluar gerbang.
Sekuat tenaga Najwa menghalangin. “Gak perlu repot-repot. Gue bisa urus diri gue sendiri. Dan lo gak perlu ngerasa besalah karena udah ngerusakin motor gue.”
Nicky berhenti dan setelah sekian saat, akhirnya cowok itu menoleh ke Najwa. “Satu hal yang harus lo tau! Gue gak ngerusakin ataupun ngerjain motor lo kayak dulu.” Tanpa minta persetujuan sang pemilik, Nicky kembali mendorong motor Najwa.
“Lo ngelakuin ini karena mau minta maaf ke gue kan? Udahlah ngaku aja.” Tanya Najwa selama perjalanan. Cewek ini mengikuti Nicky dari belakang. “Inget ya, gak segampang itu.”
Entah sadar atau tidak, Nicky telah melewati sebuah bengkel.
“Eh, itu tadi ada bengkel.” Kata Najwa memberitau.
Nicky tetap cuek. “Jangan di sana, tempat lain aja.”
“Mau ke bengkel yang dimana lagi? Di Papua? Udah sih di bengkel yang tadi aja. Lagian, ini kan motor gue.” Omel Najwa.
Nicky berhenti. “Udah deh, lo diem aja. Di depan sana juga ada bengkel. Gue juga udah kenal sama karyawannya. Kalo gak mau capek, yaudah pulang aja naik taksi. Motor lo biar gue yang urus.” Nicky balas ngomelin Najwa. Malah terdengar lebih galak.
Najwa langsung mingslep. Nicky kembali mendorong motor Najwa. Memang benar apa yang dikatakannya. Tak jauh dari sana terdapat sebuah bengkel. Kedatangan Nicky langsung disambut oleh salah satu karyawan di sana.
“Mas Vendi ada?” tanya Nicky.
“Ada. Tapi udah mau pulang.” Kata karyawan berseragam bengkel sana bernama Ibenk. Ia menoleh kebelakang. “Tuh dia.” Tunjuknya kepada seseorang yang baru keluar dari sebuah ruangan. “Mas Vendi.” Teriak Ibenk sambil mengisyaratkan orang itu untuk mendekat.
“Hei Nick.” Sapanya. “Kenapa lagi?”
“Biasa mas, ada yang iseng.”
Vendi melirik motor yang berada di dekat Nicky. “Ganti motor? yang kemaren kenapa?”
Nicky tertawa. “Bukan. Tapi, punya pacar gue.”
“Pacar?” pekik Najwa yang tiba-tiba sudah berada di belakang Nicky. “Gue bukan pa…” kata-kata Najwa terhenti ketika pandangannya sampai pada wajah Vendi.
Sedetik kemudian sikap Najwa berubah. “Bawa keluar motor gue.” Perintah Najwa pada Nicky. “Atau…” Ia ganti melirik Vendi dengan tatapan sinis. “Jangan harap lo bisa kenal lagi sama gue.” Kemudian pergi.
“Na…” Nicky yang berniat menyusul Najwa, dihalangin oleh Vendi yang kini mengejar Najwa.
Vendi berhasil mendapatkan kedua tangan Najwa dan merengkuh tangan itu ke dalam dadanya.
Najwa berusaha memberontak dan tak ingin menatap mata Vendi. “Tolong lepasin gue.” Kata Najwa dengan nada pelan.
“Gak akan.”
“Buat apa?” Najwa menoleh ke kakaknya. “Setelah sekian lama lo gak ada kabar. Apa lo udah gak sayang lagi sama gue? Kalo gitu yaudah. Jangan pernah berusaha ketemu gue lagi.”
“Lo gak tau yang sebenernya terjadi.”
“Itu karna lo gak pernah mau ngasih tau.” Sambar Najwa. Ia menghentakkan tangan hingga berhasi terlepas dari genggaman Vendi. Najwa berlari ke arah jalan dan di sana ia hampir saja tertabrak mobil jika sang pengendara tidak menginjak rem.
Najwa tersentak. Beberapa detik kemudian, ia sudah bisa menghela napas. Sang pemilik mobil tidak keluar untuk melihat keadaan Najwa. Yang ada justru Najwa yang masuk ke dalam mobil itu.
“Najwa…” Teriak Nicky hendak mengejar mobil itu.
Vendi sendiri sama sekali tak merasa khawatir dengan perginya Najwa. Ia kembali ke dalam untuk mengambil tas nya yang tertinggal tak jauh dari motor Najwa. Ketika berjalan keluar, Nicky menghalangi langkahnya.
“Kenapa lo gak ngalangin Najwa pergi sama orang asing itu?” Tanya Nicky sambil berusaha menahan emosinya. “Siapa lo sebenarnya?” tanya Nicky lagi karena Vendi tak juga memberikan jawaban. “Ada hubungan apa lo sama Najwa?”
Vendi tersenyum. Orang yang bisa ia andalkan untuk menjaga Najwa bertambah satu lagi. “Lo gak perlu khawatir. Lagian, tadi itu bukan orang asing. Tapi Riyu. Dan gue, kakak kandungnya Najwa.” Kata Vendi akhirnya sambil pergi meninggalkan Nikcy yang terpaku ditempatnya.
Tak lama, Vendi kembali ketempat Nicky berada. “Satu lagi.” Ucapnya pelan. “Tadi lo bilang apa, Najwa itu cewek lo?”
Nicky merasa mukanya merah. Ia telah berbohong di depan kakaknya Najwa. Tapi ia juga tak bisa meralat ucapannya ataupun membenarkan perkataannya.
Vendi tersenyum karena Nicky tak kunjung menjawab. “Siapapun lo untuk Najwa, gue minta lo jagain dia. Oke?” pinta Vendi sambil memukul pelan pundak Nicky.
Dengan sangat terpaksa Nicky mengangguk. Satu sisi ia senang karena Vendi bisa bersikap adil padanya, tapi di sisi lain batinnya memberontak. Karena artinya, pertanggungjawabannya bukan hanya dimata Venda, tapi di mata Vendi juga. Belum lagi Najwa yang masih marah padanya.
Ingin rasanya ia menjerit. Tapi bukan itu jalan keluarnya.

@@@ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar